❁ 01. Dia ❁

5.7K 212 34
                                    

Tiga bersaudara ini sudah berada di koridor sekolah. Semua mata tertuju pada mereka, dengan kedua kakak yang tampan dan adik perempuannya yang cantik. Sekarang mereka sudah ada di kelasnya masing masing. Kristin yang membaca buku novelnya dan Arif yang sibuk dengan game di ponselnya.

"Kak!" Kristin mencondongkan badannya ke depan memanggil kakaknya dan Arif membalas dengan deheman. "Nanti mampir ke toko buku ya?" mintanya.

"Iya, bilang dulu ke kak Ozan," jawabnya tanpa sedetik pun mengalihkan tatapan dari layar ponsel.

"Ok, makasih." Arif membalasnya dengan deheman lagi.

Semua bergegas masuk karena suara bel berbunyi dengan nyaring. Tak lama kemudian seorang guru dan ... sepertinya murid baru, semua cewek menatapnya penuh kagum karena sebetulnya anak baru itu memang tampan.

"Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu," suruh ibu Vina-guru wali kelas XI IPA 2.

"Nama saya Tegar Satrya Putra, bisa di panggil Tegar. Pindahan dari SMA Nusa, terima kasih." Nada suara lelaki itu datar dan dingin. Kristin yang duduk di bangkunya langsung acuh pada cowok itu. Dia pasti susah diajak berteman, batinnya.

"Baiklah, Tegar. Kamu bisa duduk di samping Kristin." Ibu Vina menunjuk bangku kosong di sebelah Kristin.

Spontan Kristin langsung melihat ke samping dan benar saja, bangku itu kosong. Kristin juga baru menyadarinya. "Bu Vina, bukannya ini tempatnya Avi bu?" tanya Kristin terdengar protes.

"Oh ya ibu lupa." Kristin menghela napas lega mendengarnya. Namun, tidak untuk selanjutnya. "Avi pindah sekolah kemarin, jadi tidak masalah bukan jika Tegar duduk di sana?" lanjut bu Vina terdengar menggoda Kristin.

Belum sempat Kristin menjawab, bu Vina sudah menyuruh Tegar untuk duduk di sebelahnya.

"Bu Vina gimana, sih? Katanya nggak boleh duduk beda jenis, tapi ini apa?" Sungguh, peraturan di kelas ini memang melarang untuk duduk dengan beda jenis. Agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pastinya.

Bu Vina tersenyum jahil. "Kalo buat kalian tidak masalah bukan? Kalian cocok kok."

Kristin memasang wajah cengonya mendengar balasan dari gurunya, ia menepuk jidatnya sendiri sambil geleng-geleng. "Ampun deh bu ...! Lanjutin aja ngajarnya bu, daripada pusing mikirin ini." Kristin menyerah.

Bu Vina tertawa kecil diikuti lainnya, hanya Kristin yang berani melakukan hal ini jika yang lainnya mungkin akan nurut saja. Bu Vina mulai dengan membagi ilmunya.
Mau tidak mau binti terpaksa Kristin menerimanya. Sebenarnya ia mau-mau saja berteman dengan anak baru itu, tapi setelah melihat tampang dinginnya, Kristin sudah tahu bila lelaki ini susah untuk diajak bicara apalagi berteman.

Pelajaran usai, digantikan dengan istirahat. Setelah memasukkan buku-bukunya ke laci, Kristin menatap Tegar untuk berkenalan.
"Gu ...." Belum sempat Kristin genap berbicara, Tegar sudah bangkit dari duduknya. Ia berdecak pelan. "Dasar cowok frozen," umpatnya kesal.

Tegar mendengarnya, tapi ia tetap berjalan keluar kelas.

"Kris, gue laper," rengek Arif memutar balikkan badannya menghadap Kristin.

"Gue bawa bekal, kalo mau ke kantin sama kak Ozan aja."

"Bawa bekal dua?"

"Nggak, cuma satu."

"Terus? Gue makan apa?"

"Kantin."

Arif cemberut kesal, kedua saudara kembar ini memang bertolak belakang. Arif yang selalu manja dan seenaknya sendiri, sedangkan Kristin yang mandiri dan penurut. Kristin mengeluarkan kotak bekalnya dan mulai memakannya tanpa peduli dengan saudara kembarnya.

Mata Arif tiba-tiba berbinar, karena yang dibawa Kristin adalah spageti, makanan kesukaannya. Andai saja di kantin menjual spageti, dia pasti akan membelinya setiap hari. Arif berdiri dan duduk di tempat Tegar.

"Gue juga mau, suapin," minta Arif mengeluarkan suara manja.

Kristin memutar bola matanya malas, makanan spageti juga kesukaannya. Tapi mau gimana lagi, saudara kembarnya juga menyukainya.
"Iya." Terpaksa Kristin menyuapkan makanan tersebut ke mulut saudaranya kemudian ke mulutnya lagi dan begitu seterusnya. Jijik? Tidak, untuk apa merasa jijik, lagi pun dia adalah saudaranya.

Arif mengeluarkan ponsel, bersandar sambil bermain game dengan mulut terus terisi spageti. Makhluk yang masih berada di kelas menatap mereka berdua iri, meskipun mereka tahu bila keduanya saudara kembar. Tapi keuwuan tetaplah tercipta.

"Gue mau duduk." Suara berat itu terdengar dari sebelah Arif. Keduanya menoleh serempak, ternyata Tegar. Dia sudah datang rupanya.

"Bentar." Arif bangkit, kembali ke tempat duduknya. Tapi, dengan duduk menghadap Kristin. Kristin yang sudah mengenal persis sifat Arif, tetap menyuapinya dalam posisi apapun itu. Tegar? Ia duduk di tempatnya seraya memainkan ponsel.

"Kak, udah bilang ke kak Ozan?" tanya Kristin sembari membereskan kotak bekalnya.

"Belum. Bilang aja nanti pas pulang sekolah." Tanpa melepaskan tatapan dari ponselnya Arif menjawab.

"Jadi, beneran mau ke sana?" Kristin mencoba memastikan. Takut-takut dia berbohong yang akan berakhir menyakiti hatinya.

"Kan lo sendiri yang minta, mana bisa gue nolak." Kristin dibuat gemas dengan tuturan kata tadi.

"Makasih." Ia mengacak rambut Arif gemas.

"Hm."

🌻🌻🌻

Masalah update belum pasti ya, paling lama mungkin satu mingguan. Jadi mohon bersabar
🌈🌈🌈

Cool Boy and Strong Girl             [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang