"Tegar, nanti gue nebeng lo aja ya? Soalnya si manja- eh, maksud gue Arif juga kerja kelompok nanti," minta Kristin.
"Terserah," jawabnya singkat.
Kayaknya gue kudu banyak-banyak sabar kalo deket sama dia, Kristin membatin.
•••
Sesampainya di rumah besar milik Tegar. Kristin meminta izin untuk berganti pakaian yang sudah ia bawa dari rumahnya. Gadis berambut panjang yang dicepol itu menuruni tangga memutar di rumah lelaki dingin itu, menghampiri pemiliknya yang tengah mempersiapkan bahan-bahan untuk memulai tugasnya. Rupanya dia sudah berganti pakaian dengan pakaian santai. Kaos merah dengan garis kuning di lengan dan celana jeans pendek.
Sementara Kristin hanya memakai kaos polos pink bergambar es krim strauberi di tengah dan celana hitam panjang.
"Lo punya teras belakang nggak?" tanya Kristin setelah berada di dekatnya.
Tanpa menoleh ia menjawab "Ada."
"Kita ngerjain di sana aja, biar fresh juga pikirannya," saran Kristin, menunjukkan senyum khas miliknya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan hanya membalasnya dengan deheman, Tegar membawa perlengkapan itu ke teras belakangnya. Kristin mengambil sisa perlengkapan itu, mengekori Tegar.
Kristin akui rumah ini begitu besar, mungkin lebih besar sedikit dari rumahnya sendiri. Di teras belakang rumah ini juga menakjubkan. Ada beberapa tanaman bunga di sisi-sisinya. Di tengah ada kolam ikan dengan jembatan setengah lingkaran ke atas. Fix, ini seperti taman belakang milik orang bangsawan.
Tak terasa 3 jam lamanya mereka mengerjakan tugas seni itu. Yang ditugaskan untuk membuat salah satu monumen negara tiga dimensi (3D). Selama itu juga, tidak ada obrolan atau candaan yang mengisi pekerjaan mereka. Hanya Kristin yang berbicara di awal guna membagi tugas mereka. Gadis ini berusaha menghilangkan kesunyian.
"Lo tinggal sendirian di sini?" Ok, mungkin dengan melontarkan beberapa pertanyaan akan menjadi topik pembicaraan nantinya.
"He'em."
"Boleh nanya dikit?" Pertanyaan konyol sudah tersedia di otak Kristin karena lelaki di depannya ini sudah kelewat batas seorang pendiam.
"Hm." Menjawabnya pun tanpa menoleh atau menatapnya, lagi.
Dalam hitungan ketiga Kristin melontarkan pertanyaannya itu. "Lo itu spesies mana sih? Di lahirin di Antartika?"
Pertanyaan konyol, umpat Tegar dalam batin. Cowok dingin itu menatap tajam mata coklat kehijauan Kristin. "Nggak bermutu," lontarnya penuh penekanan.
"Nggak bermutu" Ia menirukan suara Tegar dengan penekanan juga. "Gue bosen, udah hampir tiga jam kita gini tapi masih aja sunyi," cerocos Kristin.
"Dengerin musik," saran Tegar dingin.
"Bener juga." Kristin menyetujui saran itu, ia langsung mengambil ponsel yang tak jauh darinya. "Mending dari tadi gue dengerin musik, daripada nunggu lo angkat bicara." Seraya menggerutu ia menskrol layar ponsel, memilih musik yang akan didengarnya pertama.
Tegar hanya bisa menatapnya dingin, tapi dalam batinnya ia berkata, menarik, kenapa gue jadi penasaran sama dia?
Kristin melanjutkan aktivitasnya sambil mendengarkan musik, Tegar juga melanjutkan kegiatannya dan sesekali curi-curi pandang pada Kristin.
"Selesai!!" seru Kristin antusias setelah tiga puluh menit berlalu. "Akhirnya selesai juga."
"Ini udah malem."
![](https://img.wattpad.com/cover/164473269-288-k467659.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy and Strong Girl [TELAH TERBIT]
Teenfikce※ POnya sampai 10 April 2021 ※ Bisa cek IGku @dariadelia14 atau @mellonapublisher (27-10-2018 sd 27-12-2018) High rank #1 menantang (11 Agustus 2019) Gue dingin karena ada alasannya-Tegar Satrya Putra Nggak semua cewek itu lemah-Kristina A...