❁ 42. Bermalam? ❁

2.5K 101 0
                                    

Ya ampun, jangan ketahuan, batin Tegar.

Perlahan penjaga rumah itu menghampiri suara dengan senternya.

Tegar bersembunyi di balik pot bunga besar. Dirinya berdo'a agar penjaga itu tidak mengetahui keberadaannya.

"Siapa?" tanya penjaga itu lagi.

"Meong ...," kata Tegar menirukan suara kucing kecil.

"Oalah kucing, toh. " Setelahnya penjaga itu berbalik lagi untuk pergi.

Tegar menghela napas lega saat mendengar derapan kaki menjauh. Dia menyembulkan kepalanya melihat situasi. Setelah aman Tegar berdiri. Menjalankan rencananya tadi.

Dia mendongkak melihat balkon kamar Kristin. "Lampunya sudah mati, apa dia sudah tidur?" tanyanya sendiri.

Tidak masalah bagi Tegar, mau lampu hidup atau mati. Dirinya harus naik ke atas sana. Matanya mencari sesuatu yang bisa membawanya ke atas sana. Seketika senyumnya melebar, dia menemukan pohon tinggi di dekat balkon kamar gadis itu.

Tanpa babibu lagi Tegar langsung memanjat pohon itu dan mendarat dengan aman di balkon itu. Tegar menghela napasnya sebelum mengetuk jendela besar berkaca.

Kristin terganggu dengan suara itu. Jadilah dia terbangun. "Siapa?" Dengan suara parau Kristin bertanya.

"Ini gue. Buka jendelanya sekarang," kata Tegar berbisik, sangat pelan.

Karena kantuk melanda, Kristin tidak bisa mendengar dengan jelas suara siapa itu. Tetapi kalimatnya mudah di tangkap saraf. Dengan gontai Kristin berjalan membuka jendela besar yang menghubungkan dirinya dengan balkon kamarnya.

Belum sempat Kristin bersuara lagi. Tegar sudah langsung mendekapnya.
"Maaf ...," lirihnya.

Terkejut dengan dekapan tiba-tiba. Kristin mulai sadar akan dunianya, dia mendorong tubuh Tegar.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Kristin penuh penekanan agar suaranya tidak sampai di dengar keluarganya.

"Maaf. Ini bukan salah gue, percaya sama gue, Kris. Gue mohon percaya sama gue," mohon Tegar lagi.

Buliran cair kembali keluar dari pelupuk matanya. "Percaya? Setelah semuanya jelas kayak gini lo masih mau gue percaya? Percuma."

Tegar menangkup wajah gadis itu, dirinya berharap Kristin kembali mempercayainya "Gue mohon ... percaya sama gue. Gue janji akan buktiin semuanya jika ini adalah jebakan dari Nadia, agar hubungan kita retak. Gue cinta sama lo, Kris ... tolong kali ini aja lo percaya sama gue," kata Tegar tulus dari hatinya. Dia menyatukan kening mereka.

Kristin juga berpikiran sama dengan lelaki itu. Ia memegang pergelangan tangan Tegar, hatinya sedikit luluh mendengar tuturan itu. "Bakal gue coba. Buktiin kalau itu bukan anak lo baru gue percaya," katanya.

Tegar mengembangkan senyumnya sebelum mendekap gadis itu lagi.
"Makasih ... gku janji akan buktiin semuanya." Ia melepaskan dekapannya masih dengan menangkup wajah gadis itu.

"Janji. Bakal gue buktiin semuanya," katanya lagi.

Masih rindu dengan gadis itu. Tanpa buang waktu Tegar mengecup dalam pipi gadis itu. Inilah yang membuat Kristin tidak bisa membenci lelaki di hadapannya. Semuanya berjalan cepat begitu saja. Tanpa terasa usia mereka sudah hampir mendekati ikatan lebih erat lagi.

Cool Boy and Strong Girl             [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang