Pelajaran berakhir dengan cepat, waktu istirahat di mulai.
Kristin langsung menyenderkan badannya ke belakang dengan menghadap atas. Menghela napasnya kasar. "Huh! Nguras otak banget," gumamnya.Lelaki di sebelahnya melirik sekilas.
Arif berbalik menatap kembarannyam. "Nggak ke kantin?" tanyanya.
Kristin membenarkan posisi duduknya menjadi tegak kembali. "Nggak, lagi males."
"Temenin gue yok ke kantin," minta Arif menunjuk pintu kelas dengan ujung kepalanya.
Kristin mengangkat sebelah alisnya. "Gue bukan bodyguard lo lagi, pergi aja sendiri. Manja banget jadi orang," celetuknya.
"Awas lo, nyampek rumah gue bakal gelitikin lo sampek pingsan." Arif bangkit dan pergi.
"Gue nggak takut, wle." Kristin menjulurkan lidahnya mengejek. Entah Arif mendengarnya atau tidak, yang penting dirinya sudah mengejeknya. "Kembaran tolol, sifatnya tolak belakang banget sama gue," gerutu Kristin seraya membereskan buku-bukunya.
Kembaran? Jadi mereka berdua kembar, Tegar membatin. Meskipun dirinya mengerjakan soal, tapi telinganya terbuka lebar. Ia bisa mendengar gumaman Kristin sekalipun.
Penghuni kelas lama-kelamaan menjadi sedikit. Hanya tinggal beberapa saja yang di kelas, termasuk Tegar dan Kristin.
Lagi sibuk-sibuknya main game di ponselnya, penghuni kelas dikejutkan oleh suara pintu yang dibuka dengan keras.
"Ah gila, ngagetin," sebal Kristin terkejut. Ponselnya hampir saja terlempar ke bawah.
Diambang pintu sana menampilkan seorang cowok, lumayan ganteng, sih. Dia menghampiri Kristin dengan membawa sebungket bunga mawar pink. Semua tatapan tertuju pada lelaki itu termasuk Tegar.
Kristin mengangkat sebelah alisnya, kala melihat lelaki ini berlutut dengan satu kaki dan menyodorkan bunganya di hadapan Kristin.
"Eh," kaget Kristin yang melihatnya tanpa kedip.
"Kamu mau nggak jadi pacar aku?" mintanya berharap.
Kristin menahan tawanya agar tidak meledak. Semua penghuni kelas mulai diam menunggu jawaban dari Kristin. Ikut tegang apa jawaban Kristin si gadis cantik itu.
"Lo bilang apa tadi?" Kristin sengaja meminta ulang ucapan cowok itu, karena menurutnya itu terdengar sangat lucu.
Lelaki ini munurutinya dengan senang hati. "Kamu mau nggak jadi pacarku?"
Penghuni kelas menatap Kristin bingung dengan permintaannya tadi termasuk Tegar. Namun, cowok ini tidak menunjukkan ekspresinya. Yang artinya datar.
Kristin tersenyum lebar, dan dengan GRnya lelaki ini bisa memastikan bahwa Kristin akan menerimanya.
"Maaf, lo bukan tipe gue. Lo emang ganteng, tapi gue nggak kenal sama lo," jawab Kristin terdengar dingin. Ekspresi wajahmu berubah datar.
"Lo cukup terima gue dan kita akan saling mengenal." Sepertinya lelaki ini tidak mau menyerah.
"Gue kan udah bilang, lo bukan tipe gue," ulang Kristin memantapkan suaranya.
Lelaki ini berdiri. "Gue ulang. Lo mau nggak jadi pacar gue?"
Kali ini Kristin mengeluarkan ledakan tawanya, seisi kelas bertambah bingung dengan kelakuan Kristin yang aneh. Apalagi mimik wajahnya yang berubah-ubah.
"Hahahaha gue baru dengar kata-kata itu," ujarnya di sela-sela tawa. Maksud kata 'baru dengar' itu adalah. Dulu yang megatakan permintaan itu hanyalah kedua sahabatnya. Tidak ada yang berani berkata seperti itu selain mereka. Kini, kata itu muncul dari cowok kelas sebelah. Dan Kristin tidak mengenal siapa cowok itu.
"Baru denger!" seisi kelas dan lelaki itu kompak mengatakannya disertai kaget di wajah mereka. Tegar juga kaget mendengarnya, ia sampai memelototkan mata sebentar. Lalu wajahnya berubah datar lagi. Aneh juga di telinganya.
Kristin menghentikan tawanya, menatap tajam lelaki itu. "Iya, gue baru denger kata-kata itu. Jadi, mending lo pergi sekarang," usirnya, "dan satu hal lagi, gue nolak cinta lo itu," lanjutnya.
Lelaki ini akhirnya pergi, ia membuang sebungket bunga itu di tong sampah depan kelas Kristin. Sumpah demi apa, makhluk di kelas itu merasa kesal dengan cewek yang belum mendengar kata-kata itu. Masa iya gadis secantik itu belum pernah ditembak? Mungkin seperti itu pemikiran mereka termasuk cowok dingin di sebelah Kristin.
Kristin tertawa kecil seraya mengeluarkan ponselnya yang sempat ia letakkan di laci kemudian melanjutkan gamenya, ia agak memiringkan wajahnya ke telinga Tegar yang juga melanjutkan aktivitasnya lalu berbisik tanpa melepaskan pandangannya pada ponsel. "Sebenarnya gue bohong yang tadi, gue males banget nerima-nerima cowok yang alay nggak berguna. Ini rahasia gue, selama gue hidup gue nggak pernah pacaran. Kebanyakan cowok soalnya, tapi mereka sahabat gue." Ia memberitahu.
Entah dorongan dari mana dia bisa bercerita dengan cowok dingin itu. Selepasnya Kristin menegakkan kembali posisi duduknya seraya terus memainkan ponsel.
Lelaki ini menatap Kristin dengan ekspresi yang susah diartikan, dia ngasih tahu gue? Aneh!
•••
"Baiklah, anak-anak. Minggu depan saya mau tugas itu selesai, saya permisi." Selepasnya bu Diani melengang pergi, setumpuk buku itu kembali dibawanya pergi.
Semuanya beberes untuk pulang.
"Kita kerja kelompok dimana?" tanya Kristin pada teman sebangku sembari membereskan alat tulisnya.
"Rumah gue," jawab Tegar dingin. Itupun tanpa menatap Kristin.
"Kapan?"
"Besok, pulang sekolah."
"Oke, besok gue bawa bahan-bahannya sama baju ganti. Gue duluan ya." Ia berdiri sambil menggemblok tasnya.
"Ayo cepetan." Kristin menepuk pundak Arif kasar saat melalui bangku cowok itu."Yok dah." Arif berdiri sebelum berjalan mendahului Kristin.
🌻🌻🌻
Untung update, masih kurang dari seminggu kan?
🌈🌈🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy and Strong Girl [TELAH TERBIT]
Teen Fiction※ POnya sampai 10 April 2021 ※ Bisa cek IGku @dariadelia14 atau @mellonapublisher (27-10-2018 sd 27-12-2018) High rank #1 menantang (11 Agustus 2019) Gue dingin karena ada alasannya-Tegar Satrya Putra Nggak semua cewek itu lemah-Kristina A...