Arif merasa bebas karena tidak ada pengganggu lagi seperti saudara kembarnya yang menurut dirinya sangatlah menyebalkan. Kini Arif berjalan menyusuri koridor menunjukkan gaya ketampanannya. Tentu saja banyak yang mengaguminya, karena pada dasarnya Arif adalah the most wanted SMA Negeri.
Saat belokan di koridor, entah siapa yang salah. Intinya mereka bertabrakan hingga sama-sama terhuyung ke belakang. Kemudian keduanya saling menatap dingin.
Arif mengangkat telunjuknya dan berada tepat di depan hidung orang tersebut. "Elo sahabatnya Kristin, 'kan?" tanya Arif.
•••
Gadis itu masih terbaring lemah di atas ranjangnya, sejak kemarin belum juga sadar. Utar menghampiri kamar putrinya, ia duduk di sebelah Kristin. Mengelus puncak rambutnya lembut. "Sayang, bangun dong. Masak kamu tidur terus, muka kamu udah pucet, loh," ujarnya bernada sendu.
Tapi tetap saja, gadis itu masih belum menunjukkan tanda-tanda akan kesadarannya. Utar melihat jam dinding di atas televisi besar, sebentar lagi suaminya akan pulang setelah semalaman tak kunjung pulang.
Utar mengecup kening putrinya sebelum keluar menuju ke dapur.
Tak berselang lama, mata gadis itu bergerak menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelah ia membuka matanya, tubuhnya terasa kaku dan perutnya juga sakit. Ah! Kristin ingat, ia belum makan waktu itu. Tapi ia tidak ingat sudah berapa lama dirinya tidur dengan perut kosong. Ia menyikap selimutnya, berusaha bangun meskipun hampir seluruh tubuhnya kaku dan sakit.
Ia berjalan gontai menuruni tangga, melihat siapa saja yang ada dirumah besar ini. Sebenarnya, tujuan utamanya adalah makan. Karena itulah ia berjalan ke dapur.
Kristin mendekati wanita yang ia yakin adalah mamanya. "Ma ...," panggil Kristin dengan suara parau khas bangun tidurnya.
Utar menoleh. "Sayang, kamu sudah sadar?" Perempuan paruh baya ini menghentikan aktivitasnya, diganti dengan kecupan lembut di kening putrinya.
Kristin tersenyum. "Memangnya Kristin sudah berapa lama tidur?"
"Mulai kemarin setelah kamu tiba di rumah," jawabnya dengan lembut.
"Ma ... aku laper ...," rengek Kristin seperti anak kecil.
Utar mengelus lembut puncak rambut putrinya seraya tersenyum. "Iya, ini mama lagi masak. Kamu mau makan apa?"
"Aku pengen ayam kecap."
Utar mengangguk. "Kamu tunggu di meja makan aja, atau mandi. Sudah seharian kamu belum mandi, bau," ledek mamanya sembari menutup hidung.
Raut wajah Kristin berubah kesal. "Iya mama cantik, tapi nggak usah lebay nutup hidung. Au ah aku mau mandi." Sebelum ia benar-benar pergi, tangannya masih sempat mencomot dua perkedel di atas piring kemudian ngacir begitu saja.
"Eh ... dasar!" Utar menggelengkan kepala melihat tingkah laku putrinya ini.
Setelah mandi, Kristin duduk di depan kaca riasnya. Rambut panjang yang awalnya ia cepol kini ia lepaskan, mengacak sedikit agar semua rambutnya menjuntai ke bawah.
"Gue masih heran. Kenapa gue jadi tomboy? Padahal gue ini cewek, mana mungkin bisa memiliki kekuatan yang setara dengan cowok. Meskipun sudah empat tahun bergulat di dunia karate, tetap saja cowok yang menang." Ia berbicara pada pantulannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy and Strong Girl [TELAH TERBIT]
Jugendliteratur※ POnya sampai 10 April 2021 ※ Bisa cek IGku @dariadelia14 atau @mellonapublisher (27-10-2018 sd 27-12-2018) High rank #1 menantang (11 Agustus 2019) Gue dingin karena ada alasannya-Tegar Satrya Putra Nggak semua cewek itu lemah-Kristina A...