Suasana di rumah ini menjadi tegang. Tegar tidak percaya dengan ucapan tantenya ini. Bagaimana mungkin kedua orang tuanya meninggalkan wasiat tentang perjodohan. Menurut Tegar ini sangatlah tak berlogika. Sebuah hubungan erat terjalin pada pernikahan, dan sifat perjodohan akan berakhir dengan pernikahan.
Dulu, kedua orang tuanya selalu memanjakannya. Membiarkan dirinya memilih, jika pilihannya salah maka orang tuanya akan menegur. Membenarkan apa pilihan yang terbaik. Tapi kenapa sekarang langsung menginjak perjodohan?
"Apa?! Tapi, tapi mereka nggak pernah membicarakannya padaku dulu, Tan."
"Tegar! Ini amanah dari ayah dan ibumu. Bagaimana tante mengada-ada tentang ini?!" tukas Tia-tante Tegar.
"Tan, Tegar di sini hanya untuk mengurus perusahaan papa, bukan untuk bertunangan. Setahuku, jika ada hal seperti ini mereka akan menanyakannya dulu padaku. Intinya, aku nggak akan mau menuruti tante. Kalaupun itu benar, pasti ada buktinya. Tegar pergi," pamitnya sebelum pergi.
Ia sudah muak dengan acara perjodohan tanpa harus mendengarkan pendapatnya dulu. Tegar duduk di kursi taman tak jauh dari rumah om dan tantenya. Untuk kali ini ia ingin menyendiri, hati dan pikirannya tak lagi sependapat seperti biasanya.
Pria muda ini mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia menghidupkan ponselnya yang sempat ia matikan semenjak kehadirannya di sini.
Notif pesan dan telepon keluar Satu persatu membuat bunyi nyaring pada ponselnya. Jika dilihat satu persatu, yang paling banyak mengirimnya pesan dan telepon adalah Kristin. Kemudian dia menelepon balik gadis itu, tentunya saja dengan cepat terhubung.
"Heh! Lo kemana? Main ngilang aja, lo pikir gue di sini baik apa?" Sebuah semburan keras langsung diterima oleh gendang telinga Tegar.
"Gue minta maaf. Lo kangen sama gue? Sampe ngirim pesan banyak banget." Meskipun tuturan katanya menggoda, namun nada bicaranya tetaplah mode es.
"Kepedean, kapan lo balik? Gue mau lo cerita ke gue masalah lo itu. Lo ngerti nggak sih, gue bertengkar lagi sama Real waktu itu. Gara-gara dia bilang ke gue kalo dia yang ngebuat orang tua lo tiada. Muka gue jadi lebam lagi dan ayah nyembur gue habis-habisan. Gue nggak boleh main sama anak cowok lagi, ngeselin tahu nggak! Jadi, lo sekarang di mana?" curhat Kristin.
Tegar bingung, apakah dia harus jujur atau berbohong?
"Gue pasti balik kok Kris. Gue janji, kalo gue udah balik. Gue akan cerita ke elo masalah gue, oke."Kristin diam sejenak, antara penasaran di mana keberadaan Tegar sekarang dengan kesal, bingung, serta merasa tak enak bila dirinya terus terjerumus ke dalam privasi orang.
Tegar masih menunggu jawaban Kristin hingga akhirnya ia merasa gemas karena tak kunjung ada jawaban
"Kris, lo kenapa?"Kristin menjawab cepat, "Kalo lo merasa nggak enak cerita ke gue. Gue nggak masalah, kayaknya gue terlalu memasuki urusan keluarga lo."
Tegar menggeleng, meskipun dia tahu bila Kristin tak dapat melihatnya. "Nggak, gue nggak masalah. Kayaknya gue udah terlalu lama mendam rasa ini sendiri, gue mau ada seseorang yang mau dengerin cerita gue. Gue harap lo mau, Kris."
"Oke, terserah lo aja. Gue akan selalu dengerin cerita lo. Makanya cepetan balik ke sini."
"Iya, lo tunggu aja. Gue tutup dulu ya?"
"Bye."
"Bye."
Setelah menelepon Kristin. Hati Tegar tiba-tiba merasa lebih rilex. Tapi tidak untuk saat ini.
"Hay!" sapanya dengan tersenyum manis.
Tegar memutar bola matanya malas. "Ngapain lo ke sini?" sinisnya.
"Cuma kangen aja."
Ya. Gadis inilah yang akan dijodohkan dengan Tegar. Keturunan India dan Indonesia, jika dilihat intens gadis ini memang cantik. Hidungnya luncing seperti ayahnya yang asli dari India dan senyuman manisnya dari sang ibu. Orang tuanya bekerja sama dengan perusahaan orang tua Tegar. Agar kerja sama itu terus terjalin, maka Frans dan Tia berpikiran untuk menjodohkan Tegar. Jadi, mereka berdua berbohong.
"Nadia! sampai kapan pun gue nggak akan nerima perjodohan ini, gue udah ada yang punya," bohongnya.
Nadia memayumkan bibirnya. "Ayolah, masa lo nggak suka sama gue? Secara gue ini cantik, manis dan banyak yang suka ke gue. Setidaknya sedikit rasa suka itu lo tunjukin," katanya dengan nada khasnya yang agak melengking.
Mengapa Nadia fasih berbahasa formal? Karena sejak SD sampai SMP dirinya tinggal di Indonesia.
"Nggak! Nggak sedikit pun gue suka sama lo. Cari aja cowok lain, katanya banyak yang suka. Lusa gue pulang. Jangan harap bisa ketemu lagi sama gue." Tegar berdiri, meninggalkan Nadia sendiri.
"Gue bakal ikut," katanya setengah berteriak.
•••
"Kamu yakin bisa ngurusin perusahaan ini dari jarak jauh?" tanya Tia meyakinkan.
Tegar mengangguk mantap. "Tegar bisa Tan, kalo Tegar kesusahan kan ada om Frans. Kalo gitu Tegar pamit pulang dulu ya." Ia mencium punggung tangan Tia dan Frans bergantian.
"Gue ikut!" seru Nadia tiba-tiba datang dengan membawa koper
"Aku ikut ke Indonesia."Raut wajah Tegar berubah jadi dingin. "Gue pulang sendiri, nggak ada yang boleh ikut," ketusnya
Tia tersenyum seraya mengelus pundak Tegar. "Nggak apa Gar, biarin dia ikut. Tante percaya sama kamu, kok."
"Tapi tan-"
"Nggak ada tapi-tapian," potong Tia cepat.
"Sudahlah, kalian berdua cepat ke bandara," suruh Frans.
Tegar melirik Nadia, gadis itu tersenyum puas, sangat menyebalkan di mata Tegar. Di dalam hatinya, Tegar sudah mengumpati sumpah serapah pada gadis itu.
•••
Dua hari setelah kedatangan Tegar di Indonesia. Nadia tinggal di rumah Tegar. Pagi ini keduanya masuk sekolah seperti biasa dan Nadia datang dengan status murid baru.
Saat turun dari mobilnya, Kristin langsung menangkap sesosok lelaki yang selama ini ia nantikan kehadirannya. Tanpa buang waktu, Kristin berlari ke arahnya lalu menepuk keras bahunya.
"Hai, akhirnya lo balik juga!" seru Kristin dengan senyum lebarnya. Tidak pernah dirinya merasakan hal sebahagia ini kala menemui seorang cowok.
Tegar membalikkan badannya, sedikit terkejut. "Kristin? Tumben pagi."
"Nggak tahu, mungkin takdir kali ya? Haha ...," canda Kristin diringi tawa.
Seketika tawa Kristin hilang kala matanya menemukan seseorang di masa lalu. Tegar mengikuti arah pandangan Kristin, mimik wajahnya pun menjadi malas.
Nadia berjalan menghampiri mereka. Tidak! Lebih tepatnya Kristin.
"Hai! Anak orang miskin yang sok jagoan. Sekolah di sini juga? Emang mampu lo bayar uang sekolah di sekolah elite ini?" Nadia tertawa mengejek. "Palingan juga banyak tunggakan, ya kan?"
🌻🌻🌻
So, apa kelanjutan dari ceritanya? Terus baca ya guys
Jangan lupa vote and comentnya
🌈🌈🌈

KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy and Strong Girl [TELAH TERBIT]
Teen Fiction※ POnya sampai 10 April 2021 ※ Bisa cek IGku @dariadelia14 atau @mellonapublisher (27-10-2018 sd 27-12-2018) High rank #1 menantang (11 Agustus 2019) Gue dingin karena ada alasannya-Tegar Satrya Putra Nggak semua cewek itu lemah-Kristina A...