Frans, Tia, Nadia dan Tegar tiba di rumah lelaki dingin itu. Hari ini dia sudah diizinkan pulang begitu juga Kristin.
Meskipun sangat menyebalkan. Tegar tetap membiarkan Nadia mengganti perbannya.
"Lo kenapa sih masih belain Kristin? Padahal tante Tia setujunya lo sama gue," kata Nadia mengawali pembicaraan.
Tegar hanya diam mengangkat sebelah alisnya. Biarkanlah gadis itu mengoceh sendiri, batin Tegar malas.
Nadia berdecak pelan, terlalu kesal jika dirinya harus mengurus lelaki yang menurutnya itu seenaknya sendiri. Jika saja pria itu jelek, mungkin dari dulu dirinya menendang jauh-jauh dia. Berhubung lelaki itu tampan, cerdas dan tenar. Nadia masih bisa mengontrol emosinya.
"Ayolah Gar, lo sama gue aja. Kalian berdua kan udah nggak ada hubungan apa-apa," keukeh Nadia seraya membalut kepala Tegar dengan perban yang baru.
"Itu tante yang mutusin, bukan gue. Jadi, kita masih berhubungan. Dan lo nggak berhak maksa-maksa gue, paham?" balas Tegar bernada tajam.
Nadia mendengus, setelah selesai dia langsung pergi. Jika dirinya berlama-lama di sana mungkin lelaki itu akan tersakiti oleh tindakan yang dikontrol emosinya.
Tegar tersenyum miring, hatinya bahagia bila gadis menyebalkan itu pergi dari hadapannya. Jika bisa selamanya pergi dan jangan datang kembali, batinnya.
▪▪▪
Dirinya masih merasa khawatir dengan lelaki yang ia sukai. Dia ingin menjenguknya sekali lagi, terakhir mereka bertemu adalah waktu di mana semua masalahnya clear. Dirinya sudah merasa sehat, tapi kenapa keluarganya melarang dirinya untuk keluar. Apa mereka takut jika dirinya tiba-tiba sakit lagi? Oh, ayolah. Dirinya bukan anak kecil lagi yang jika sakit harus ditemani kemana-mana.
Kristin yakin betul bila saat ini ia sudah sehat total. Semuanya terasa sia-sia bagi Kristin. Dirinya sudah membujuk kedua kakaknya, ibunya, sampai ayahnya pun sudah ia bujuk agar diperbolehkan keluar sebentar. Kristin melambaikan tangan pada kamera, dia menyerah. Ternyata keluarganya susah sekali untuk dibujuk begitu saja, apakah dirinya harus menyuap seseorang yang bisa membujuk mereka? Tidak kan!
Gadis itu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Penat rasanya setelah otak dan mulutnya bekerja hanya untuk satu tujuan, yaitu menemui lelaki dingin itu. Pikirannya melayang-layang pada tragedi sadis itu, tepat di depan matanya pria itu sedikit terlempar ketika tertabrak. Semua darah bercucuran di sekitar kepalanya. Dan saat kematian lelaki itu, ia terlalu histeris memanggil rohnya untuk kembali pada raganya.
Tetapi dia sangat bersyukur, usahanya berteriak tidaklah sia-sia begitu saja. Kristin tersenyum tipis mengingatnya. Kemudian tertawa sinis, kala teringat bila dirinya sampai lupa menjaga kesehatannya sendiri. Hanya demi, demi mencari tahu pelakunya. Ia tersenyum bahagia, karena melihat pria itu sadar. Dan di saat sadar, yang dilihatnya dulu adalah dirinya seraya menggenggam tangannya.
Kristin mendudukkan kembali tubuhnya, di saat itu juga kepalanya terasa pening lagi, namun dapat dia tahan. "Gue mau nemuin lo sekali lagi, tapi gimana caranya? Tuhan, kasih aku jalannya. Aku mohon ... " mintanya.
▪▪▪
Di dalam hati, Tegar berloncat senang. Senang yang tak kepalang. Karena om, tante dan juga Nadia akhirnya bisa kembali ke tempat asal mereka berasal. Ya, mereka akan kembali. Karena Frans tidak bisa meninggalkan perusahannya terlalu lama, meskipun yang mengelola itu adalah Tegar dan dirinya hanya berjaga-jaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy and Strong Girl [TELAH TERBIT]
Teen Fiction※ POnya sampai 10 April 2021 ※ Bisa cek IGku @dariadelia14 atau @mellonapublisher (27-10-2018 sd 27-12-2018) High rank #1 menantang (11 Agustus 2019) Gue dingin karena ada alasannya-Tegar Satrya Putra Nggak semua cewek itu lemah-Kristina A...