❁ 40. Gadis Pembawa Bencana ❁

2.4K 85 0
                                    

     Kaum adam ke tempatnya tadi. Sudah cukup kekepoan mereka terhadap gadis milik Tegar. Dan Tegar bisa memaklumi kejadian tadi. Yang ia nilai bukanlah kehidupan sosialnya, melainkan kepribadiannya yang baik. Biarlah gadisnya itu menikmati masa-masa mudanya tanpa ada halangan lagi.

Setelah beberapa bujukan dari gadis berlima itu, akhirnya Kristin bisa menerima mereka dengan menanggapi semua ucapan mereka. Mereka merubah topik pembicaraannya dengan menceritakan saudara-saudara mereka.

Ada yang sedikit akrab, ada juga yang selalu bertengkar. Tetapi dibalik itu semua, saudara memiliki cara kasih sayang berbeda-beda. Gunanya saudara adalah untuk menghidupkan hati saudaranya yang telah mati. Tempat curhatan terbaik berada di kepribadian saudara. Mereka tak akan mengumbar-ambirkan curhatan saudaranya sendiri pada teman atau sahabatnya. Cukup mendengarkan, memberikan saran, dan itulah yang akan dilakukan para saudara. Untuk apa juga mereka mengumbarkan itu, toh tidak berguna juga bagi mereka.

"Kris, saudara lo gimana?" tanya Karin penasaran.

Kristin menggeleng pelan. "Ya gitu."

"Ya gitu itu gimana?" tanya Diana gemas.

"Ya, mereka baik. Bantuin gue juga di saat ada masalah. Terus selalu ngejaga gue, hampir semua dilarang dengan alasan demi kebaikan gue," jawab Kristin lugas.

"Emang dilarang ngapain?" tanya Erika ikut penasaran.

"Gue dilarang main sama anak laki," jawabnya jujur.

"Kok dilarang, emang kenapa? Main sama anak laki kan juga seru," kata Riza heran.

"Gue dilarang main sama mereka karena pernah ada kejadian saling keroyokan," jujur Kristin. "Waktu itu gue diculik. Demi bebas dari mereka ya, gue hajar mereka satu lawan satu. Mereka KO di saat kedua kakak gue sama Tegar dateng. Mulai sejak itu gue dilarang main sama anak laki."

Semuanya tertegun dengan cerita Kristin. Mana ada kan cewek lawan cowok satu persatu. Itu mustahil bagi mereka, namun bagi Kristin itu nyata. Ternyata latihan karatenya selama ini tidak sia-sia begitu saja.

"Bo'ong lo," sindir Riza.

"Nggak ada yang percaya kan?" Semuanya menggeleng. "Tapi itu nyata, kalau nggak percaya tanya aja ke Tegar. Dia saksi mata," kata Kristin.

"Lo makan apaan sih, Kris?" tanya Sinta ngelantur.

"Nasilah. Mau makan apa lagi? Rumput," canda Kristin.

Mereka tertawa kecil menanggapinya.

"TEGAR!!" suara cempreng setelah pintu yang dibuka paksa itu menimbulkan perhatian semua. Termasuk para lelaki yang langsung ke ruang tengah. Sementara para gadis serempak berdiri menoleh ke arah sumber suara.

Gadis cantik itu melanglah lebar ke arah mereka. Bagaikan hantu tak diundang. Mereka terkejut setengah mati mendengar teriakan itu.

Gadis itu datang lagi. Nadia berdiri tepat di hadapan Tegar yang memasang mode dingin lagi.

"Kenapa kamu balik ke sini lagi? Ayo balik ke Delhi," rengek Nadia memegang lengan Tegar.

Lelaki itu menangkisnya. "Ngapain lo ke sini?" tanya Tegar sinis.

"Aku hamil," kata Nadia keras. Mimik wajah itu seolah meminta pertanggungjawaban Tegar.

Cool Boy and Strong Girl             [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang