15 years later..
"Mommy, aku berangkat dulu ne.. Banyak pasien hari ini..". Ujarku pada mommy yang sedang menyiapkan jas serta barang-barang milik daddy.
"Ne! Nanti mommy kirim makan siang! Hati-hati..". Jawabnya dengan berteriak, aku segera mengambil kunci mobilku dan menuju ke rumah sakit.
Sebelumnya, perkenalkan. Namaku Park Jihan, putri sematawayang dari pasangan Park Jimin dan Kim Hana.
Umurku kini hampir genap 25 tahun, dengan pekerjaanku sebagai dokter mata.
Setiap hari aku selalu berangkat sangat pagi, sebelum memiliki mobil aku memang sering berangkat dengan daddy. Tapi sekarang, aku sudah punya jadi tidak merepotkan daddy lagi.
~~
"Tuan Kim, silahkan masuk..". Seorang suster memanggilku kedalam ruang pemeriksaan, sudah lama sekali rasanya tidak ada yang memanggilku dengan marga itu.
Dengan berjalan pelan, aku masuk menuju ke ruang pemeriksaan.
Mungkin rabun mataku sudah bertambah, dan sepertinya kacamataku harus di perbarui lagi.
Didalam ruangan itu, telah duduk seorang gadis muda yang mengenakkan setelan dokter.
Aku berjalan menuju padanya dan duduk dihadapannya, aku baru melihatnya hari ini. Mungkin dia dokter baru, atau mungkin dokter pengganti.
"Ada keluhan apa tuan Kim?". Tanyanya padaku, kutatap matanya dengan mata rabunku.
Wajahnya terlihat tidak asing, bahkan senyum ramah itu mengingatkanku pada seseorang. Tapi siapa? Aku lupa.
"Mataku, sepertinya butuh kacamata lebih tebal lagi. Rabunku sudah bertambah.. Akhir-akhir ini juga sering sakit, kau bisa membantu ku dokter.. Jihan?". Ujarku padanya detelah membaca name tag yang dia kenakan.
"Saya periksa dulu tuan Kim..". Dia mengambil peralatan untuk memeriksa ku, aku tak bisa melepaskan pandanganku padanya begitu saja.
Dia mengingatkanku pada seseorang, matanya sipit sekali. Bahkan ketika tersenyum mereka hilang, eyesmile seperti Jimin.
Ah Jimin, aku sudah lama tak mendengar kabarnya. Bahkan reuni terakhir kali kami tak bertemu.
"Jadi, tuan Kim... Kelihatannya rabun anda sudah mulai parah, bagaimana kalau operasi saja? Jika terus menerus memakai kacamata nanti malah rusak matanya.".
Jelas dokter Jihan padaku, aku mengangguk pelan. Operasi ya? Artinya buruk sekali mataku.
"Tapi bukankah memakai kacamata itu, bisa menyembuhkan rabun?". Tanyaku padanya.
"Tidak, kacamata sebenarnya hanya membantu penglihatan. Tetapi, rabunnya tidak tersembuhkan atau bahkan bisa bertambah..".
"Baiklah dok, saya setuju di operasi. Kapan itu dilaksanakan?". Tanyaku akhirnya mengiyakan rencana operasi tersebut.
"Nanti asisten saya yang akan mengubungi anda, jadwal saya sedang sedikit padat..".
Aku beranjak dari ruang pemeriksaan, dia memberiku resep obat untuk sedikit meringkankan sakit pada mataku.
~~
"Kau sedang apa Chagi?". Pertanyaan Jimin membuatku sedikit terkejut, ku tatap dia yang baru saja pulang dari kantor.
"Sedang melihat yearsbook milik angkatanmu..". Ujarku meletakkan yearsbook itu dimeja, kemudian menghampirinya dan meminta jas serta peralatan kantornya.
"Rindu pada Taehyung?". Tuduhnya membuat tubuhku sedikit menegang, sekeras mungkin aku mencoba untuk terlihat rileks tapi gagal.
"Tidak usah begitu, kalau kau rindu katakan saja.. Aku tak akan marah, melupakan kenangan itu lebih sulit dari melupakan orang yang melukisnya..". Katanya mengelus rambutku dengan sayang, dia tidak berubah seinchi pun dari dirinya yang dulu.
Masih seperti Jimin yang selalu menutupi sakit hatinya demi orang yang dicintainya, sungguh tak sedikit pun berubah. Saat ini pun dihadapanku, dia tengah melakukannya.
"Aniyo.. Aku hanya ingin melihatmu jaman dulu hehe, tidak berubah". Kataku tersenyum padanya, dia memelukku erat.
"Kau bisa membohongi orang lain, tapi kau tak bisa membohongiku Han.. Kau masih mengharapkannya bukan?". Ujarnya dengan nada yang kuyakin itu nada kecewa.
Aku sungguh tak ingin membahas hal seperti ini ketika aku sudah bahagia bersama Jimin. Aku tak ingin merusak semuanya.
"Bukan begitu Jim.. ". Entah kenapa suara ku bergetar mengelak itu, ada rasa dihati yang membenarkan keduanya.
Membenarkan aku masih mengharapkan Taegyung, dan membenarkan aku tak ingin apapun selain Jimin dan keluargaku.
"See? Untuk mengelaknya kau bergetar, berhenti membohongiku Han..". Ujarnya menohok ku.
"M-maafkan aku, a-aku hanya.. Tiba-tiba mengingat waktu itu.. Kami kan pernah—". Ujarku terpotong oleh perkataannya.
"Sstt.. Sudah, itu sudah berlalu. Jangan ungkit, lagipula Jihan memang anak kita. Tidak ada DNA dari Taehyung sedikit pun padanya. Aku yakin..". Jimin memelukku erat, entah kenapa air mataku jatuh begitu saja.
"Apa maksud kalian? DNA apa? Jadi aku bukan anak kalian?". Sebuah suara gadis muda mengagetkan kami.
Jihan, berdiri di ambang pintu dengan badan bergetar dan nafas nya yang memburu. Apa dia mendengar semuanya?.
Tbc
See you next part :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunbae~ [+Sequel "Stay"] #TAMAT#
Fiksi PenggemarSemua orang punya hak untuk saling mencintai