Dear Biru : sadar bahwa aku bukan ratumu, bukan berarti aku berhenti menunggu.
***
Namanya Genara Kintan Safana. Biasa Navy panggil Nara. Tingginya sepundak Navy, berambut panjang kecokelatan. Hobinya baca novel, pernah menjadi juara satu lomba puisi se-Jabodetabek. Hobi lainnya makan. Hobi lainnya juga melamun, seperti yang sekarang gadis itu lakukan. Mungkin yang membuat Navy risih karena gadis itu melamun sambil memandanginya.
"Bae bae kesambet." Celetuk Navy membuat Nara kini mengedipkan matanya.
"Kesambet cowok ganteng kaya lo, gapapa deh. Ikhlas." Salah satu ciri seorang Nara, mulutnya tidak pernah ada saringan. Celotehannya kadang membuat semua orang bingung. Apa yang ia bicarakan fakta atau asal berucap saja.
"Terserah lo." Navy menutup buku tebal berisi soal-soal ujian milik Nara, yang tentunya sudah di isi oleh gadis itu beserta coretan rumus kecil di sampingnya. Meski sudah tau hari ini akan Pra-UN namun Navy belum belajar sama sekali. Kalau boleh jujur bahkan sampai sekarang tubuhnya masih lemas.
"Kok Bang Abu ngizinin lo sekolah?" Tanya Nara lagi, gadis itu mengeser buku yang baru saja di tutup oleh Navy, kemudian membukanya lagi. Yang Nara maksud 'Bang Abu' adalah Grey. Nara memang lebih senang memanggil Grey dengan Abu dan Navy dengan Biru. Karena memang asal usul nama kakak beradik itu memang berdasarkan warna.
"Yakan Pra-UN."
Nara menoleh kearah Navy, "Lo sok sok maksa masuk padahal masih sakit kaya di novel-novel gitu ya? Awas aja kalo nanti tiba-tiba pingsan kaya di novel-novel. Kan gue yang ribet."
Navy menghela napas sambil memutar bola matanya, hobi lain yang Nara suka yang sering membuat Navy kesal. "Ya enggak lah. Kalo bukan karena Pra-UN juga gue mending di rumah."
Gadis itu mengangguk-anggukan kepala kemudian pandangannya kembali pada buku di atas mejanya. "Tapi udah mendingan?" Tanya Nara tanpa menoleh.
Entah bagaimana, hal itu langsung membuat Navy menarik sudut bibirnya keatas, "Cie khawatir." Tanpa aba-aba, Nara langsung memukul lengan Navy kesal. Hanya sekilas, karena setelahnya Nara kembali menunduk fokus pada bukunya. "Orang nanya tuh di jawab."
"Gue oke, Nara. Gak usah khawatir." Navy mengucapkannya dengan senyuman, dan meski Nara tak melihat itu, nada suara lebut yang Navy keluarkan mampu membut Nara merasa hangat.
Banyak yang Navy tau soal Nara, kecuali satu hal.
Perasaannya.
***
Biasanya jam sekolahnya berakhir pada jam 3 sore, namun karena hari inianak kelas 3 hanya melaksanakan Pra-UN, maka kegiatan belajar hari itu berakhir jam 12 siang. Seharusnya kedua anak itu senang karena dapat pulang lebih cepat, namun baik Navy maupun Nara masih enggan untuk pulang. Mereka berdua duduk di pinggir lapangan sekolah dengan telur gulung di tangan mereka, jajanan sekolah kesukaan mereka berdua. Mereka berdua masih asik memandangi lapangan dimana anak-anak basket sedang berlatih untuk perlombaan minggu depan.
"Kalo di novel-novel nih ya Ru, pemeran utamanya pasti cowok ganteng, anak basket, terus banyak yang suka. Lo kenapa gak suka basket?" Tanya Nara sebelum menggigit telurnya lagi.
Navy mengangkat bahunya sekilas, "Mungkin karena gue bukan pemeran utama?"
"Tapi mau jadi pemeran utama?" Tanya Nara lagi sambil menggigit telur terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Biru
RandomBook 2 after "OXYGEN". This lovely cover by @aamplass Selamat datang di dunia Biru. Dunia yang lebih kelam dari kelabu.