Dear Biru 35 (part 2)

5K 488 66
                                    

Alunan lagu Nadin Amizah yang mengalun di speaker mobil menjadi satu-satunya suara yang terdengar. Penghuni mobil itu tak ada bersuara sedikitpun seolah saling sibuk dengan pikiran masing-masing.

Selain Navy agak kesal karena Atlas tiba-tiba berkata kalau ia mengantuk sehabis meminum pilnya dan meminta Navy menyetir dengan Nana yang duduk di sampingnya. Sedangkan Atlas berselonjoran di belakang sambil berpura-pura tidur. Padahal lelaki itu sengaja melakukannya. Entah ada apa dengan semua orang hari ini.

Navy menggerakan perseneling di sampingnya, memasukan gigi 2 saat melihat di depannya mulai macet. Memutar stir cepat-cepat saat di lihatnya sebelah kiri lebih renggang dari jalurnya saat ini. Karena terlalu mendadak, mobil yang berada di belakangnya sampai menekan klakson.

"Hati-hati Nav." refleks Nana mengucapkan hal itu. Benar-benar tidak ada niat mengucapkannya hingga gadis itu merutuk sendiri di dalam hati.

"Sorry." Ujar Navy kemudian mulai memainkan stirnya agar posisi mobilnya lurus kembali.

Hanya itu saja, karena setelahnya lagi-lagi tak ada yang bersuara. Hanya radio yang mulai memutar lagu lain. Yang entah mengapa lagi-lagi lagunya tentang cinta, membuat Navy jadi tidak nyaman sendiri. Lelaki itu menambah kecepatannya saat ia melewati lampu merah yang membuat kemacetan. Kemudian berdecak saat melihat kalau jalan yang di laluinya diblokade oleh pasukan ojek online yang sedang berdemo. Entah apa tujuan dari demo tersebut, Navy terlalu malas untuk mencari tau. Lelaki itu hanya memutar stir untuk mencari jalan lain, yang sebenarnya ia tidak tau.

"At!" Serunya mencoba membangunkan Atlas sambil melirik lelaki itu dari kaca tengah, namun lelaki itu tetap tidak bergerak.

"At, bukain maps. Gue gak tau jalan." Serunya lagi, namun lelaki itu tetap tidak bergerak. Navy pun berdecak. Lelaki yang memang belum terlalu lancar mengendarai mobil itu akhirnya terpaksa mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Dan membuka maps dengan laju mobil yang sengaja ia buat lebih pelan, karena Navy takut menabrak.

"Sini, gue pegangin hpnya." Tawar Nana yang risih melihat Navy begitu kesulitan fokus kedua tempat sekaligus, ponsel dan jalanan.

"Gak usah, bisa kok gue." Batu, tipikal Navy. Namun Nana malas berbasa-basi, gadis itupun langsung mengambil ponsel Navy begitu saja.

"Di depan belok kiri." Ujar Nana.

"Kan gue bilang—"

"Dari pada nabrak. Udah deh gak usah batu." Omel Nana yang sebenarnya dan seharusnya menyinggung perasaan Navy, namun entah mengapa lelaki itu malah senang mendengarnya. Omelan Nana yang sudah lama tak didengarnya. Navy langsung memejamkan matanya sekilas, berusaha mengusir rindu yang terus-terusan berusaha keluar dari persembunyiannya dan meminta agar segera di tebus.

Lelaki itupun memutar stirnya sesuai arahan Nana. Memang efek dari blokador jalan itu adalah mereka harus memutar jalan lebih jauh lagi untuk sampai di rumah. Tapi percayalah, Navy mengucap syukur di dalam hatinya.

Hingga tiba-tiba sebuah mobil van hitam menyalipnya dengan begitu cepat membuat Navy sedikit goyah dan refleks menggerakan stirnya namun buru-buru ia menstabilkan laju mobilnya, "Gila ya." Lelaki itu langsung menoleh kesampinnya, "lo gak apa-apa?" Sejujurnya pertanyaan itu refleks ia layangkan kepada Nana dan langsung membuatnya kembali merutuk dalam hati dan memalingkan wajah.

"Ada apaan sih." Bukan Nana yang menjawab, justru Atlas yang tersungkur kebawah joklah yang berbicara. Rencana berpura-pura tidurnya yang hampir terwujud itu akhirnya sirnah.

"Gantian At, gue jadi ngeri bawanya." Navy melirik Atlas sekilas dari kaca tengah. Atlas juga tak pungkiri kalau sebenarnya ia ngeri sendiri jika Navy yang membawa mobil, apalagi karena kejadian barusan.

Dear BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang