Dear Biru : semakin dewasa, kamu akan semakin sadar kalau rasa sakit itu akan datang melalui media apapun. Dan kamu juga perlu tau, kalau menangis itu manusiawi. Jangan pernah lupa untuk jadi manusia. Menangis saja jika memang ingin menangis. Toh, kamu tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai tuhan yang maha segalanya.
***
Navy duduk malas diatas brangkar sambil membiarkan dirinya diperiksa dan suntik sana-sini yang semakin lama seperti rutinitas yang membosankan. Sebelah tangannya yang bebas memegang teh kotak yang sebenarnya sudah habis namun Navy belum berniat membuangnya karena masih asik menggigiti ujung sedotannya.
Sementara Atlas disampingnya berdiri sambil sesekali berjalan bolak-balik dengan ocehannya yang seolah tanpa ujung. Navy tidak bisa melakukan kemoterapinya bulan ini karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Tekanan darahnya masih rendah dan anak itu sedikit demam. Sehingga dokter Dirva, yang biasa menanganinya terpaksa menahan anak itu untuk menginap di rumah sakit dan istirahat total. Dan karena hbnya juga rendah, Navy juga terpaksa harus transfusi darah.
"Lo gak aus At, ngoceh mulu?" Seru Navy akhirnya yang justru membuat Atlas semakin kesal.
"Harus berapa kilo hati sapi sih yang lo makan, hah?" Sebenarnya ini bukan masalah hati sapi, tapi memang Navy belakangan ini banyak pikiran dan kondisi tubuhnya sering kali drop karena kelelahan.
Navy mengangkat bahunya malas, "Mana gue tau."
"Makanya kalo di bilangin tuh nurut."
"Iya-iya, udah apa sih."
Atlas pun akhirnya berhenti mengoceh, menarik kursi besi di samping tempat tidur Navy dan mendudukinya. Seharusnya hari ini Navy hanya check up saja. Namun karena hasil checkupnya pun kurang memuaskan, jadilah Dokter Dirva berkata kalau kemo Navy yang baru akan dilakukan lusa, tak akan bisa dilakukan kalau kondisi anak itu tetap seperti ini.
Meski terlihat baik-baik saja, seperti Navy yang biasanya, namun didalamnya anak itu sebenarnya rapuh. Dan Atlas baru mempelajari itu sekarang.
"Kangen Grey." Seru Navy lagi setelah ia meletakan teh kotak kosongnya di atas meja kemudian meringkuk membiarkan cairan merah itu masuk kedalam tubuhnya. Tiba-tiba tubuhnya yang memang sedang demam menjadi lebih panas dari sebelumnya, namun Navy tak mengungkapkan hal itu. Karena memang seperti ini biasanya saat ia menjalani transfusi darah.
"Makanya sehat."
"Hmm.." gumam Navy sambil memejamkan matanya.
Setelahnya terjadi keheningan untuk beberapa saat, Atlas kira Navy sudah terlelap tidur, jadilah lelaki itu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana untuk mengusir kebosanan. Namun baru saja ia membuka aplikasi games di ponselnya, tiba-tiba suara Navy terdengar.
"Apapun yang terjadi sama gue, sama sekali bukan salah lo At." Ujar Navy pelan dengan mata yang masih terpejam sebelum anak itu kembali terlelap dalam tidurnya.
Atlaspun tersenyum. Layar ponselnya sudah berubah menjadi arena permainan games. Namun anak itu belum juga menekan tulisan 'play' pada layarnya.
Ia malah bergumam sendiri, "Percuma, gue bakalan selalu ngerasa salah Nav." Atlaspun kembali mematikan ponselnya, meletakannya kedalam saku celana kemudian melipat kedua tangannya di kasur Navy, sebelum akhirnya meletakan kepalanya di sana.
"Cepet sembuh Nav, gue mohon." Gumamnya sebelum ikut terpejam.
***
Seingat Atlas, ia baru saja memejamkan mata saat semalam banyak yang datang menjenguk Navy. Mulai dari Domino dan mamanya yang menurut Atlas adalah wanita paling awet muda dan cantik yang ia tau. Kemudian di susul dengan Nana dan kebetulan disaat yang bersamaan Aries memang sedang dalam jadwal kemo itupun sempat mampir dan datang ke ruang rawat Navy untuk menemuinya. Ketika semua orang itu pulang, Atlas langsung menelan pil yang masih wajib di minumnya sejak peristiwa terguncangnya mental anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Biru
De TodoBook 2 after "OXYGEN". This lovely cover by @aamplass Selamat datang di dunia Biru. Dunia yang lebih kelam dari kelabu.