Dear Biru : ku kira kamu itu waktu luang. Ternyata seluruh waktuku adalah kamu. Dan sepertinya seluruh hidupku juga kamu.
***
Hari ini kemo pertama Navy.
Butuh setidaknya 4 hari untuk mengontrol kondisi anak itu hingga dikatakan baik untuk menjalani kemo. Dan 4 hari juga Navy tak pernah mengatakan apapun kepada Atlas, bisa di bilang anak itu masih mogok berbicara dengannya. Navy naik diatas kursi roda dengan seorang suster yang mendorongnya dan tentunya Atlas mengikutinya dibelakang.
Sebenarnya kondisi Navy sudah baik, hanya saja tubuhnya masih kadang lemas sehingga suster menganjurkannya untuk naik kursi roda. Mereka berhenti persis didepan ruangan dengan pintu kaca transparan seperti pintu-pintu dibangsal lainnya. Hanya saja tulisan di atasnya sangat menakutkan bagi sebagian orang.
Suster tersebut bergerak membukakan pintu, sementara Atlas langsung sigap mendorong kursi roda Navy masuk kedalam sana. Ketika mereka masuk, sudah ada beberapa orang yang sedang menjalani kemoterapinya.
Suster yang mengantar mereka pun langsung memerintahkan Atlas untuk mendorong kursi roda Navy kesebuah kursi yang letaknya paling ujung ruangan. Navy langsung bangkit dan duduk di kursi tersebut.
"Tunggu sebentar ya." Suster tersebut meninggalkan mereka berdua sambil mendorong kursi rodanya.
Tidak lama kemudian suster itu datang dengan seorang dokter yang tentunya sudah Navy ataupun Atlas kenal. Itu Dokter Ira, yang menangani Navy sejak hari pertama dirawat disini. Ini memang pertama kalinya Navy mendapatkan penanganan atas kankernya.
"Udah siap?" Tanya dokter tersebut yang di jawab dengan anggukan kepala ragu-ragu oleh Navy. "Tenang aja, gak seserem di tv-tv kok." Dokter Ira mengulas senyuman menenangkan namun tetap saja Navy masih merasakan takut yang berkecambuk didadanya.
Tiba-tiba Atlas menepuk tangan Navy pelan, "Gue tunggu depan ya."
"Jangan." Ujar Navy cepat bahkan sebelum Atlas sempat bergerak sesentipun. "Temenin gue." Ya, tentu saja karena ia tak memiliki siapapun sekarang, hanya Atlas yang bisa ia pinta seperti ini.
Atlas langsung menoleh kearah Dokte Ira seperti meminta persetujuan apakah boleh Atlas berada di sana? Karena sejujurnya pasien lain tidak ada yang ditemani didalam sana. Namun Dokter Ira menganggukan kepalanya tanda setuju.
"Okey."
Suster yang tadi mengantar mereka pun mengambilkan sebuah kursi besi untuk Atlas, "Duduk aja." Perintahnya.
"Makasih sus." Ujar Atlas sebelum duduk di samping Navy. Memandangi wajah lelaki itu yang terlihat tegang, namun tidak setegang saat Atlas pamit untuk pergi. Setidaknya itu awal yang bagus untuk permintaan maafnya.
"Ini di minum dulu ya. Buat ngurangin mual." Dokter tersebut memberikan sebuah pil kepada Navy yang langsung ditelan oleh anak itu dengan bantuan air tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Biru
RandomBook 2 after "OXYGEN". This lovely cover by @aamplass Selamat datang di dunia Biru. Dunia yang lebih kelam dari kelabu.