Dear biru 24

5.2K 618 62
                                    

Dear Biru : dan nanti, bila kemungkinan terburuk itu tiba. Aku tak yakin jika rela menyertainya.

***

Apa Navy pernah bilang kalau ia suka menonton serial televisi berbau kriminal, Seperti misalnya Major Crimes, The Closer, Cold Case atau yang paling terkenal NCIS?

Ya, Navy suka serial televisi itu, setidaknya sebelum abangnya sendiri tertangkap dan Navy harus duduk dibaris depan menyaksikan putusan yang akan diberikan hakim pengadilan.

Grey duduk persis dihadapannya hanya saja mereka tersekat pembatas antara terdakwa dan hadirin persidangan. Tadi saat Grey masuk kedalam, Ia langsung berlari dan memeluk Navy meski hanya beberapa detik karena tindakannya itu harus diurai oleh polisi yang membawanya kepersidangan ini.

Ia rindu Navy. Begitu pula anak itu.

Persidangan berlangsung hampir persis dengan yang pernah ia lihat di televisi. Praduga dibacakan, pembelaan dari tertuduh, pengajuan banding dan pada akhirnya ketukan palu itupun terdengar.

Satu setengah tahun penjara dengan denda seratus juta.

Tito yang duduk disamping Navy langsung mendesah kasar. Tidak mungkin Grey hanya diberi kurung batang satu setengah tahun jika anak itu tidak menyetujui persetujuan untuk membongkar semuanya sebelum persidangan ini berlangsung. Kali ini Tito benar-benar harus waspsda.

Para hadirin langsung berdiri ketika pengadilan berakhir dan hakim meninggalkan tempatnya. Grey berbalik setelah meminta waktu kepada para penjaganya. Yang untung saja mereka mau.

Grey langsung memeluk Navy kembali. Ia ingin menangis namun sebisa mungkin air matanya itu ia tahan. Seolah yang ingin ia lakukan adalah meluapkan segala rindunya selama ini. Serta rasa penyesalannya karena tak bisa ada disaat Navy membutuhkannya.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Grey dengan posisinya yang masih memeluk Navy. Tidak peduli kalau posisinya tak terlalu nyaman karena terhalang dengan pembatas kayu diantara mereka.

"Baik Bang. Lo gimana?"

"Gue baik kalo lo baik Nav." rasa sesak langsung menjalar didada Navy begitu mendengar ucapan Grey. Sosok abang yang selama ini sering ia buat kesal, ia buat repot, ia buat kecewa, kini harus terpisah jauh darinya.

Memang betul kata orang, jika sudah kehilangan baru tau kalau kita benar-benar sayang.

"Lo harus baik terus ya Nav." Navy langsung menganggukan kepalanya.

Sejurus kemudian Grey melepaskan pelukannya, tangannya bergerak mengacak-acak rambut Navy, satuhal yang ia rindukan, satu hal yang selalu ia protes saat Grey melakukannya, justru kini menjadi satu hal yang Navy harap dapat Grey lakukan setiap harinya.

"Tunggu gue satu setengah tahun lagi Nav. Abis itu gue janji gak akan pernah ninggalin lo lagi."

"Gue pegang janji lo." Grey mengulas senyuman yang tentunya dibalas dengan senyuman juga oleh Navy. Lelaki itu melirik Tito sekilas, tidak ada yang ia katakan kecuali tatapannya yang kelewat serius bahkan tanpa senyum. Tito bisa menangkap itu sebagai sebuah peringatan dari Grey. Jadi Tito menganggukan kepalanya dan hanya memandangi Grey bahkan setelah lelaki itu dibawa pergi oleh dua polisi penjaganya.

***

Setelah mendengar putusan itu baik Navy, Atlas ataupun Tito merasa sedikit lega, setidaknya hukuman yang dijatuhkan kepada Grey tidak seberat yang seharusnya dan tidak selama yang mereka kira. Setidaknya hanya satu setengah tahun sampai mereka bisa bersama lagi.

Atlas dan Navy duduk didepan televisi. Kali ini memutuskan untuk menginap dirumah Navy. Seperti itu saja hidup mereka bertiga. Kadang dirumah Atlas, kadang dirumah Navy. Tergantung saja bagaimana enaknya.

Dear BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang