Dear Biru 43

4.8K 550 96
                                    

"Jadi semalem lo kenapa?"

Jika memang tersenyum lebih dari 1 jam tanpa henti bisa di kategorikan sebagai gila, mungkin Navy sudah menganggap dirinya benar-benar gila karena memang sejak membuka kedua matanya dan menyadari Grey—yang ia kira hanya mimpi—berbaring di sampingnya, bahkan mengecek suhu badan Navy yang semalam sempat naik beberapa derajat dan membuat Grey tidak bisa tidur itu lantas membuatnya senyum-senyum sendiri sampai sekarang.

"Kangen lo aja kali gue." Seru Navy diakhiri tawa yang membuat Grey menggelengkan kepalanya, sambil menghidangkan nasi goreng di atas piring Navy, kemudian meletakan sebagian lagi di atas piring Atlas.

"Kenapa gak bilang sih kalo mau pulang?" Tanya Navy tanpa menyentuh nasi gorengnya. Sementara Atlas di sampingnya sudah mulai menyantap makanannya dengan tenang.

Grey melirik kearah Atlas kemudian berujar, "Atlas tau sebenernya, lagian gue mau kasih surprise kan. Eh malah lo berdua gak ada di depan. Gue keatas, malah gue yang kena surprise dadakan." Lelaki itu sambil berbicara, sambil meletakan wajan bekas menggoreng di tempat cuci piring. Kemudian dengan santai menarik kursi di hadapan Navy dan mendudukinya. Rasanya benar-benar rindu berada di sana, tanpa kekhawatiran dan dapat melihat adiknya—atau mungkin untuk sekarang adalah, adik-adiknya. Berada di hadapannya, bersama-sama menyantap sarapan pagi.

Navy menoleh kesal kearah Atlas, "Apaan?" Jawab lelaki itu santai, tidak mengerti maksud dari tatapan Navy.

"Kenapa gak kasih tau gue? Tau gitu gue gak usah capek-capek ngerjain PR."

"Jadi sakit gara-gara ngerjain PR?" Sambar Grey, "Gue tinggal lama, kok lu masih goblok aja sih Nav?" Tambahnya di akhiri dengan tawa di bibirnya membuat Navy semakin menekuk bibirnya. Ia melemparkan saus saset di atas piring kayu kearah Grey.

Ah, rasanya terlalu nyaman seperti ini.

Grey menggerakan tangan kanannya, mengambil selembar roti diatas meja kemudian memakannya begitu saja tanpa selai. "Kok makan roti?" Tanya Navy, baru menyadari kalau Grey hanya membuat 2 porsi nasi goreng.

"Ya emang kenapa? Males makan Nasi buat sarapan, gak kebiasa di rutan." Mendengar ucapan Grey membuat hati Navy terasa mencelos kebawah. Kalau di pikir-pikir selama ini Navy selalu hidup enak, segalanya di penuhi Grey, dan ketika Grey tak ada, semuanya di sediakan Atlas. Tanpa Navy sadar Grey selama ini tidak hidup dengan baik di sel.

"Makan punya gue nih, biar kebiasa lagi." Navy mendorong piring nasi gorengnya yang belum ia sentuh sama sekali. Tentulah tindakan anak itu membuat Grey sedikit kesal.

"Jangan mulai deh Nav. Makan buruan." Grey mengalihkan pandangannya kepada Atlas yang tiba-tiba berhenti makan, "Dia masih se-batu ini At, pas gue gak ada?" Tanya Grey yang langsung di berikan anggukan kepala oleh Atlas.

"Makan buruan. Gak usah sok sweet gitu sama gue." Grey mendorong piringnya kembali ke hadapan Navy.

"Bang."

"Buruan."

"Buat lo aja."

Gemas, Atlas pun langsung mengambil sendok dipiring Navy dan mendekatkan sesendok nasi goreng kearah mulut anak itu, "buka." Seru Atlas tanpa basa-basi, meski Navy sempat berdecak kesal, namun anak itu tetap menuruti ucapan Atlas dan memakan suapan yang di berikan Atlas.

"Abisin." Atlas meletakan sendok Navy kembali ke piring dan menyuruh anak itu menghabiskan nasinya. Dan setelahnya Atlas menggeser piringnya yang tersisa nasi setengah kearah Grey. "Abisin bang, gue kenyang." Ujar Atlas dengan santainya.

Lelaki itu langsung bangkit dari tempatnya bergerak kearah dapur untuk mengambil segelas air dari botol minum di dalam kulkas. Sambil menenggak airnya, matanya masih terfokus ke meja makan. Tempat Navy masih berdumal dan Grey yang menertawakannya. Sesekali tangan lelaki itu mengusap puncak kepala Navy, menyadarkan Atlas betapa sayangnya Grey dengan anak itu.

Dear BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang