Dear Biru : Kapan kamu sadar, jalan sendirian itu lelah. Bagaimana jika aku temani?
***
Tidak banyak yang Navy lakukan hari itu, mungkin sebagian waktunya hanya ia gunakan untuk tidur, ia juga tidak kecewa karena memang tubuhnya membutuhkan itu.
Setelah Grey dan Navy bertengkar, memang mereka tidak saling berbicara. Navy terbagun jam 2 siang dan ternyata hanya Tito yang berada di rumahnya, entah kemana Grey, ia tidak bertanya dan Tito pun tak menjelaskan apa-apa.
Sebenarnya ada raut yang berbeda saat Tito menatap Navy, namun karena tubuhnya yang lemas, Navy memilih untuk tidak peduli. Ia hanya makan makanan yang di beli oleh Tito kemudian kembali naik keatas kedalam kamarnya. Tidak lama kemudian Tito naik dan memberikannya injeksi serta obat, lalu Navy kembali tertidur.
Saat makan malampun sama, Grey masih tidak ada di rumah. Namun kali ini tidak ada Tito juga di sana. Hanya ada makanan di atas nakasnya dan Note dari Tito yang menyuruh anak itu untuk makan dan meminum obatnya sendiri. Tidak ada bantahan sedikitpun, tubuhnya langsung melakukan hal yang tertulis dalam note dan setelahnya ia kembali memejamkan mata.
Rasanya Navy malas berpikir apapun, benar-benar berkebalikan dengan dirinya tadi pagi. Sebenarnya ada rasa takut yang berkecambuk di dadanya. Ia takut Grey marah. Ia takut Grey kecewa dan pada akhirnya meninggalkannya. Tapi entah bagaimana Navy justru enggan barang menelpon abangnya dan menanyakan dimana lelaki itu berada.
Dan kini jam 3 malam, tiba-tiba Navy terbangun lagi, namun pandangan berbeda akhirnya tersuguh di kedua bola matanya. Ada Grey di sampingnya, tidur dikasur yang sama sambil memeluk tubuh Navy. Karena jarak mereka yang cukup dekat, Navy bisa mencium bau alkohol yang keluar dari mulut Grey. Anak itu mendesah, padahal Grey sudah berjanji tidak akan menyentuh benda-benda itu lagi. Namun Navy juga sadar, semua itu juga bagian dari kesalahannya.
Navy menggerakan tangannya menyentuh kening Grey, ia tau sekali setiap Grey minum, anak itu pasti terserang demam. Sebenarnya Grey punya alergi terhadap minuman beralkohol, itulah sebabnya Navy memintanya berjanji untuk tidak minum lagi.
Anak itu pun langsung menggeser tangan Grey yang melingkar di tubuhnya. Ia bangkit dari kasur dan mengecek lemari kecil di samping tempat tidurnya, tempat Grey meletakan berbagai obat-obatan yang selalu ia sebut siaga 1 saat Navy sakit. Setelah menemukan plaster demam, Navy pun menempelkannya di kening Grey, membuat lelaki itu menggeliat sedikit, terusik dari tidurnya.
"Nav.." gumaman itu lolos dari bibir Grey meski mata lelaki itu masih terpejam.
Meski tau Grey hanya mengigau, namun Navy masih juga menanggapi dengan gumaman, "hmm.."
"Gue sayang lo." Sebuah kalimat yang membuat Navy langsung menggerakan tangannya dan menyentuh kedua ujung matanya dengan jari, bermaksud menahan tangisnya. Kenapa dalam keadaan seperti ini, Grey masih saja memikirkannya?
"Iya, gue tau." Jawab Navy. Ia menangkaskan air matanya yang sempat lolos kemudian menoleh kearah Grey yang masih meringkuk dengan mata yang terpejam. Namun sedetik kemudian tiba-tiba Grey memegang lengan Navy lembut tanpa tenaga, karena nyatanya lelaki itu memang tidak sadar.
"Jangan nyerah, gue mohon jangan nyerah." Navy yang masih memandangi wajah Grey akhirnya melihat cairan bening yang mengalir dari ujung mata lelaki itu. Membuat Navy dirujam rasa bersalah karena telah mengatakan hal yang tak seharusnya ia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Biru
RandomBook 2 after "OXYGEN". This lovely cover by @aamplass Selamat datang di dunia Biru. Dunia yang lebih kelam dari kelabu.