Gadis yang rambutnya di kepang dua itu sedang sibuk memotret tangannya yang sedang menggenggam tangan Navy untuk bahan postingnya di instagram. Sedikit kesal karena sejak tadi ia tidak mendapatkan foto yang ia inginkan. Entah jarinya yang terlihat tidak bagus atau angle fotonya yang terasa kurang pas. Hingga jepretan terakhir Nana menyerah. Ia melepaskan tangan Navy kemudian menekuk bibirnya.
"Susah masa, gak kaya di tumblr-tumblr." Navy terkekeh. Namun Nana sadar kalau kekahan itu begitu di paksakan. Nana terlalu tau Navy, baginya lelaki itu seperti buku yang terbuka, sangat mudah untuk di baca.
"Kenapa sih? Gak suka ya gue post-post gini? Tentang kita?"
Navy menggelengkan kepalanya sebelum kembali sibuk dengan ponselnya. Nana pun meletakan kepalanya di bahu Navy dan memandangi ponsel lelaki itu. Yang di lakukannya sebenarnya hanya mengecek group yang baru saja di buat oleh Domino berisi dirinya, Domino, Aries dan Atlas. Entah apa visi misi Domino membuat group tersebut. Namun Navy tidak suka. Lelaki itu kemudian mengeluarkan akun dirinya sendiri dari group tersebut. Membuat Nana mengernyit.
"Kok left group?" Nana mengangkat kepalanya agar dapat memandang wajah Navy.
"Gak penting." Jawabnya sebelum akhirnya ponselnya di hujani chat bertubi-tubi oleh Domino. Tentu saja karena mereka tidak satu kelas dan Domino terkejut kenapa sahabat kecilnya itu tiba-tiba keluar dari group begitu saja.
Sementara tak jauh dari tempatnya Atlas dan Aries hanya bisa saling menghela napas. Aries yang tidak ingin ikut campur lebih jauh dan Atlas yang sudah mengerti mengapa Navy seperti itu.
Lelaki itu menekan tombol lock di ponselnya kemudian meletakan ponselnya di atas meja dengan posisi layar yang berhadapan dengan meja sehingga baik Navy ataupun Nana tak bisa melihat layar ponsel tersebut.
"Na, gue mau putus." Ujar Navy tiba-tiba dengan wajah yang kelewat datar sambil memandangi Nana tepat di kedua bola matanya, mengisyaratkan sebuah keseriusan yang tentunya membuat Nana terkejut setengah mati.
Gadis itu ingin menangis, ingin menanggapi ucapan itu dengan candaan namun tidak bisa. Yang dilakukannya adalah memalingkan wajah, menunduk dan memandangi jemarinya yang saling bertaut diatas pahanya. Sesekali ia memainkan jemarinya, tipikal Nana kalau sedang gugup dan Navy menangkap itu semua dengan jelas.
"Gue bakalan jawab kalo lo kasih alesan yang masuk akal." Jawabnya tanpa sekalipun menoleh kearah Navy. "Dan gue gak terima alesan klise kaya 'bentar lagi ujian, gue mau fokus' atau 'gue udah ada yang baru' karena gue tau lo gak mungkin begitu. Atau—"
"Gue mau putus, gak ada alesannya. Gue cuma mau udahan aja." Sela Navy dengan santainya sama sekali tidak tersentuh dengan nada suara Nana yang mulai sumbang menahan tangis.
"Kalo gitu gue gak bisa jawab."
"Terserah." Navy langsung mengambil ponsel dan tasnya, tanpa aba-aba lelaki itu langsung berdiri dan berjalan meninggalkan Nana yang sibuk menandaskan air matanya dari pelupuk agar tidak sampai mengalir di pipinya.
Navy berjalan kearah belakang menghampiri tempat Atlas dan Aries duduk, "pindah ke depan Yes." Serunya pada Aries. Lelaki itu sebenarnya ingin bertanya, namun melihat Atlas yang menggerakan kepalanya seolah memberi kode kepada Aries untuk menuruti permintaan lelaki itu. Jadilah Aries langsung membereskan barang-barangnya dan berpindah duduk jadi di samping Nana. Namun baru juga lelaki itu duduk, Nana langsung bangkit dan berdiri di samping tempat Navy duduk.
"Lo bisa lari sekarang. Tapi lo gak akan pernah bisa lari selamanya. Gak gini caranya ngadepin masalah. Gue kira lo udah dewasa Nav, ternyata gue salah." Hanya itu yang dikatakannya sebelum berlari keluar dari ruangan dengan mata basahnya dan beberapa orang yang memandangi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Biru
RandomBook 2 after "OXYGEN". This lovely cover by @aamplass Selamat datang di dunia Biru. Dunia yang lebih kelam dari kelabu.