Dear Biru 25

5.1K 609 84
                                    

Dear Biru : Bilamana dirasa lelah, berhenti dulu saja, istirahat. Namun jangan menyerah. Kamu harus lebih tangguh dari itu.

***

Dari sejak pagi tadi Nana sudah sibuk sendiri dirumahnya membuat kue ulang tahun untuk Navy dengan tangannya sendiri. Semenjak hari itu Nana memikirkan semuanya dan ia berniat memberikan jawabannya hari ini.

Senyum Nana mengembang saat menuliskan kata 'mau' diatas kue tersebut dengan cream berwarna biru, menutupi cream berwarna putih yang menutupi seluruh permukaan kue tersebut. Setelahnya ia meletakan beberapa lilin kecil disekelilingnya.

Tingnung.

Suara bel yang menggema itu membuat Nana mendesah. Ia sedang tidak bisa diganggu meski sebenarnya pekerjaannya sudah hampir selesai. Hanya saja Nana masih ingin merapihkan atau kalau bisa ia ingin menghias lagi kuenya.

"Kakk Nadaaaaa! Bukain pintunyaaaaaa.." teriak Nana. Namun belum ada sahutan dari pemikik nama. Nana mendesah namun belum melepas plastik cream di tangannya. "Kakkkkk! Bukainnnnn itu ada oranggg."

Tingnung.

Sedetik kemudian sosok perempuan yang sudah ia kenal seumur hidupnya itu tiba-tiba saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang dibebat handuk, mengenakan tank top dan handuk yang melilit dibawahnya menandakan kalau kakaknya itu baru selesai mandi. Lagi-lagi Nana mendesah.

Tingnung.

"Kenapa gak di bukain sih itu?" Nada melirik kearah pintu sekilas.

"Dari tadi gue minta tolong lo bukain."

"Abis mandi gue, gak denger. Udah sana bukain, gue mau pake baju dulu." Ujar kakaknya yang bahkan sebelum mendapatkan persetujuan, sudah berlalu begitu saja menaiki tangga. Memang kamar mandi dilantai 2 sedang rusak, jadi wanita itu memilih mandi dibawah.

Kali ini Nana pun harus pasrah. Ia meletakan plastik cream ditangannya keatas meja kemudian berjalan kedepan tanpa melepaskan apron ataupun membersihkan wajahnya yang sebenarnya penuh dengan cream yang menempel.

"Hai Nana." Sapa lelaki bersenyum lebar itu saat Nana membukakan pintu.

"Lo mulu perasaan." Nana menyilangkan tangannya didepan dada malas. Itu Atlas, dengan pakaian siap perginya dan entah mengapa lelaki itu terlihat begitu bahagia hari ini.

"Gue mau minta tolong dong."

"Gak bisa, gue sibuk. Udah ya." Gadis itu hendak menutup pintu namun Atlas buru-buru menahannya, "e-eh bentar dulu kenapa sih."

Mata Atlas tiba-tiba saja meneliti Nana dari ujung rambut hingga ujung kaki sebelum berkata, "Lu abis ngapain dah? Bikin kue? Ah! Iyaya ya? Buat gue pasti, mana.. mana?" Atlas menyodorkan kedua tangannya dihadapan Nana.

"Dih, lu siapa aja gue gak tau." Nana memutar matanya malas, "Udah cepet mau minta tolong apaan?"

"Gue mau pergi nih sama Kak Gera. Boleh minta tolong gak temenin Navy?"

"Ohh itu doang? Yaudah sekalian gue emang mau ketemu Navy."

"Ngapain?"

"Kepo." Nana langsung mendorong tubuh Atlas menjauh sambil berkata, "udah sana ah. Gue lagi ribet."

"Yaudah, makasih ya Nana." Lelaki itu entah mengapa menjulurkan tangannya kemudian mengacak-acak rambut Nana tanpa sungkan. Kemudian berjalan meninggalkan Nana. Menghampiri Tito yang sudah berada diatas motor persis di depan rumah Navy. Lelaki itu sempat melambaikan tangan juga kearah Nana sebelum mereka berdua pergi, meninggalkan kepulan asap tipis diudara.

Dear BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang