Dear Biru : Biru itu warna kesukaanku, tapi sayang ia terlalu kelabu.
***
"Aduhhhh malah nangis nih bocah."
Tito gelagapan saat Kaila, kekasih Navy tiba-tiba menangis saat Tito menyodorkan amplop putih pemberian Navy. Tadi setelah Grey sampai di rumah sakit, Tito langsung pamit pergi, ia mampir sebentar kekantin untuk memakan bubur pemberian Grey, karena anak itu tidak membawakan minum, jadilah Tito membeli minum di kantin rumah sakit.
Tadi niatnya hanya memberikan surat itu kemudian langsung pulang, semalam Tito tidur dengan tidak nyaman dan anak itu ingin sekali tidur sekarang. Namun begitu Kaila nangis, mata Tito langsung terbuka seketika. Kantuknya hilang, berganti jadi rasa takut, duh kalo di sangka gue nangisin anak orang gimana?
"Kai! Jangan nangis anjir." Wajah Tito celingukan kekanan dan kekiri mengawasi apakah ada tetangga yang melihat.
"Gue capek sama Navy Kak! Dia tuh gak pernah ngerti banget kalo gue cemburu. Tapi gue gak bisa marah sama dia, kan kesel ya."
"Yah malah curhat." Di beri tanggapan seperti itu Kaila malah makin menangis kemudian memukul dada Tito, "semua cowok tuh sama aja ya, pekanya di bawah rata-rata."
"Yaelaahhh." Tito makin mendesah. Meskipun ia belum terlalu tua, tapi Tito paling jijik dengan drama anak muda seperti ini. Ya mungkin karena Tito tak punya pacar, tapi kalaupun ia punya pacar, ia tak ingin punya pacar sejenis Kaila. Navy hebat sekali dapat tahan dengan mahluk seperti ini.
"Udah ah gue mau balik." Tito baru akan mengenakan kembali helmnya ketika Kaila menarik jaket kulit yang di kenakannya, membuat Tito makin menoleh, "Apaan lagi dah."
"Bilang Navy, gue mau putus." Kali ini nada suara Kaila berbeda, berubah menjadi serius dan anak itu tidak lagi merengek seperti tadi. Kali ini Tito tau kalau Kaila bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Iya nanti gu—"
"IHHH KOK GAK DI CEGAH SIHHH. BILANGAN JANGAN KEK. EMANG YA COWOK ITU GAK—e-eh! Kak Tito!!!!" Belum juga Kaila menyelesaikan ucapannya Tito sudah buru-buru mengenakan helm dan naik keatas motornya, lelaki itu bahkan sempat tersenyum sebelum meninggalkan Kaila di depan gerbang rumah gadis itu.
Sudah sejak lama Tito menyuruh Navy memutuskan anak itu, tapi masih saja di pertahankan. Bukan karena Kaila anak nakal atau kecentilan dengan lelaki lain. Tapi memang Kaila dan Navy tidak cocok. Kaila selalu mendominasi hubungan mereka dan Navy selalu jadi cowok penurut yang takut pacar, tanpa sadar kalau Kaila hanya memanfaatkannya.
Tito lebih setuju kalau Navy bersama Nara. Meski Navy hanya menganggap gadis itu sahabat.
***
"Kenapa gak mau minum obat?" Tanya Grey saat pintu ruang rawat itu baru tertutup karena Tito baru saja pergi. Navy masih pada posisinya berbaring membelakangi Grey, berpura-pura tidur padahal ia sangat sadar. navy bisa mendengar gesekan kursi dengan lantai yang terdengar kasar, sepertinya Grey menarik bangku itu dengan penuh emosi, kemudian mendudukinya, persis di samping brankar Navy.
"Gue tau lo gak tidur." Grey selalu tau. Mendengar jelas ucapan kakaknya itu, namun Navy masih tetap pada posisinya, hingga Grey kembali membuka mulut, "Kenapa sih harus apa-apa di suruh dulu? Harus ada gue dulu? Gimana kalo nanti gue udah gak ada la—"
"Grey!" ucap Navy yang tiba-tiba membalik tubuhnya menghadap kearah kakak satu-satunya, anggota keluarga dan satu-satunya yang mungkin masih peduli dengannya. Navy tak pernah suka saat Grey berkata seperti itu, karena selalu, memang akan selalu Navy ingin Grey ada di sampingnya. Sebut Navy egois, ia tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Biru
RandomBook 2 after "OXYGEN". This lovely cover by @aamplass Selamat datang di dunia Biru. Dunia yang lebih kelam dari kelabu.