Dear Biru : mengingat kamu suka hujan. Apa kamu senang kalau hujan turun? Apa kamu senang kalau hujan itu hanya ada di hidupmu? Bolehkah aku datang membawa sedikit hangat? Jangan terlalu akrab dengan hujan. Nanti dinginnya menyakitkan.
***
Gadis berambut panjang itu berbaring menghadap kearah timur, sedangkan lelaki di sampingnya berbaring menghadap kearah yang berlawanan. Kepala mereka tidak berjarak jauh, namun masih ada jarak yang tersisa. Lelaki itu baru menyelesaikan ceritanya tentang anak lelaki seusianya yang baru saja ia kenal kemarin.
Nara, gadis itu langsung menurunkan novel yang sejak tadi di bacanya. Ia meletakan Novel itu di dadanya dan menoleh kearah kanannya, menatap sahabatnya yang masih asik bermain Mobile Legend.
"Namanya lucu juga, Atlas." Ujar Nara salah fokus, membuat Navy langsung mendengus, "Tokoh novel bikinan gue, gue ganti jadi Atlas ah."
"Gak nyambung dah." Navy menekan ponselnya dengan tenaga ekstra saat ia sedang berada di depam tower musuh, gemas karena tower itu tak kunjung hancur. Namun akhirnya ia bisa menghancurkan base musuh dan tulisan Victory pun muncul di layar ponselnya.
"Jadi nama asli Bang Tito itu, Gera? Kok bisa namanya bagus-bagus gitu di panggilnya Tito?" Sebenarnya Navy tau alasan yang sesungguhnya, namun ia tak bisa memberitahu Nara Tentang hal itu. "Gak tau sih, tapi kata Grey, dia udah dipanggil begitu dari SMA." Nara menggangguk-nganggukan kepalanya mengerti.
"Ngomong-ngomong, lo mau lanjut SMA dimana?" Kali ini Nara mengubah posisi tidurnya jadi tengkurap. Mata gadis itu masih kembali terfokus pada novel esti kinasih yang sebenarnya sudah lama ia punya, namun baru ia baca sekarang.
"SMA 6 kayanya sih. Grey nyuruh di sana."
"Demi apa? itu kan jauh. Isinya juga orang pinter semua. Gue gak yakin otak lo mampu." Navy langsung menjitak pelan kepala Nara, sebelum akhirnya lelaki itu bangkit dari tempat tidur bersprei pink itu. Lelaki itu melangkah mendekati jendela bertralis di sebelah kiri ruangan. Matanya menerobos kearah rumah besar yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri, rumahnya sendiri.
Ia bisa melihat sebuah motor yang baru saja masuk kedalam rumahnya. Navy sudah terlalu kenal motor beserta seseorang yang mengendarainya, yang membuatnya heran adalah penumpang di belakangnya. Seumur hidup Navy, seseorang itu tak pernah menampakan wajahnya di rumah itu.
"Atlas bakalan sekolah di situ. Jadi Grey nyuruh gue kesitu juga." jawab Navy, lelaki itu berbalik dan menyandarkan tubuhnya pada tralis jendela. Dan ternyata Nara juga sudah mengubah posisinya jadi duduk di atas kasur.
"Jadi sekarang lo harus ngikutin si Atlas-Atlas itu terus? lo di suruh jadi Babysitternya dia apa gimana sih?"
Navy menghela naps sebelum menjawab pelan sambil menundukan kepalanya, "Bukan gue, tapi dia." Karena suaranya yang terlalu pelan, Narapun tak bisa mendengar ucapan anak itu, jadilah ia bergumam "Hah?"
"Budek." Ledeknya di akhiri tawa palsu di bibirnya.
"Ish, serius."
"Gue tanya tadi lo mau SMA dimana?" Ujar Navy bohong merubah kata-katanya. Sejujurnya Nara adalah salah satu orang yang ia percaya. Namun untuk urusan ini, Navy belum bisa. Sebenarnya jauh di lubuk hati Navy, ia hanya takut Nara akan menjauhinya setelah tau yang sebenarnya. Tentang siapa Navy dan keluarganya.
"Yang bener?" Nara menyipitkan matanya menerawang mata Navy yang entah bagaimana ia bisa melihat kilatan aneh di sana. Terlebih lagi saat Navy memalingkan matanya tiba-tiba saat menjawab, "iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Biru
AcakBook 2 after "OXYGEN". This lovely cover by @aamplass Selamat datang di dunia Biru. Dunia yang lebih kelam dari kelabu.