9

3.4K 293 6
                                    


.
.
.

Park Jimin Pov

Tetesan air begitu menyenangkan, sudah lama sejak terakhir bermain hujan. Lihat bahkan langit mengerti seperti apa perasaanku saat ini.

Aku ingin bernapas, aku benci kehidupan ini. Ingin bangun, aku benci bermimpi.

Aku terjebak. Terjebak keadaan, terjebak didalam diriku sendiri dan sebenarnya aku tak tahu apa yang sudah kulakukan hingga semua orang mulai mengatai, menertawakan, mengejek, menginjak, bahkan memintaku untuk mati.Hanya satu hal yang kuinginkan.

Tidak ingin kesepian.

Hanya ingin seseorang menemukanku, menyelamatkanku dari kehidupan yang menyulitkan ini. Sekarang semua sudah terlambat.

Disaat aku mulai membuka dan berharap. Kenapa kau pergi begitu saja?

Eh?

kenapa aku berpikir seperti itu?

Mengapa sangat gelap di sini (Jimin menunjuk hatinya). Tidak ada siapapun di sini (hatinya).

Ini berbahaya. Ini membuatku hancur. Tolong siapapun. Tolong selamatkan aku karena sebenarnya, jauh sebenarnya aku tidak bisa mengerti semuanya yang terjadi pada diriku sendiri.

Hari ini awan menutupi langit menghalangi sinar mentari yang bersinar. Seolah paham dengan
kekosongan memoriku.

Gila ini menelanku.

Tolong seseorang selamatkan aku.
Selamatkan aku dari kegilaan yang kekanak-kanakan ini.

End Jimin Pov

Jimin begitu menikmati tubuhnya yang terkena bulir-bulir lembut dingin turun dari langit. Pikirannya ribut namun seperti pemeran drama profesional, ekspresinya sangat bahagia, Membawa tubuh mungilnya bermain.

Tersenyum bahkan tertawa kecil.

Menyadari menjadi pusat perhatian, Jimin membalas senyuman orang orang yang memandangnya.

Sembunyikan, jangan biarkan orang lain mengetahui kesedihanmu. Batin Jimin.

“Sepertinya kau sangat menyukai hal seperti ini Park Jimin.” Suara Bariton menyapa pendengaran gadis itu yang masih sibuk bermain hujan. Tak perduli tubuhnya menggigil, bibir peachnya yang sudah berubah menjadi kebiruan.

Mendengar suara yang begitu lama dia rindukan, Jimin kesal tapi rindu. Dia tidak ingin menghiraukan suara itu. Dia akan mendiamkan Taehyung untuk sekarang.

Warna tebal dari hujan di seoul semakin gelap. Mobil balap, payung yang menggeliat di tempat
itu.

Hari berawan dan udaranya menjadi bersih. Dan setelah Hujan berhenti dan terlihat pantulan dalam genangan air. Dengan background
abu-abu terang.

“Kenapa kau di sini? Kenapa kau keluar dari rumah kita? Aku tidak tau kau dapat ijin dari
siapa.” ucap Taehyung lagi masih melihat Jimin yang tidak menggubris kehadirannya sama sekali.

“Park Jimin. Kau tidak menghiraukanku?”

“Jimin!” Bentak Taehyung geram dengan kelakuan wanitanya.

Namun wanita itu masih saja menulikan pendengarannya dan akan pergi menjauh ketika tangan itu langsung menarik dan memeluknya.

Jimin tidak bergeming.

Bau aspal basah bercampur dengan aroma maskulin pemilik suara bariton menyeruak di indera penciuman Jimin.

Mendongakkan wajah dan menatap manik gelap Taehyung, menyampaikan segala kekesalannya. Memicingkan matanya tajam berharap mahkluk besar ini peka.

Vengeance (Vmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang