8

3.4K 294 17
                                    


Pagi ini terlihat begitu cerah, namun tampaknya tidak bagi gadis ah wanita mungil itu. Dia terlihat murung, melewatkan jam makan dan lebih memilih bergelung dengan buku novel klasik di Gazebo favoritnya.

Dia kesal, Seok Jin pengawal barunya memberitahu Taehyung tidak akan pulang untuk beberapa waktu karena urusan bisnis di luar negeri.

Kenapa tak mengatakan kepadanya? Kenapa pergi begitu saja? Kenapa tidak berpamitan? Kenapa dia menyebalkan? Pertanyaan yang dijejalkannya pada Seok Jin, pengawal pribadinya itu hanya tersenyum menggeleng tanpa menjawab.

“Nona, Anda melewatkan jam makan lagi.”

“Aku tidak apa2.”

Seokjin menghela nafas pasrah. Dia akan diamuk oleh Tuan besarnya jika tahu apa yang terjadi. Beberapa hari ini entah sudah peraturan Taehyung yang keberapa telah dilanggarnya.

“Anda akan sakit Nona.” ucap Seok Jin lagi.

Kali ini Jimin tidak menjawab atau bahkan menggerakkan bagian tubuhnya, dia terlalu fokus pada novelnya.

Cukup sudah. Batin SeokJin

srett

Jimin membolakan matanya kaget, Badannya terasa mengambang dan dalam sekejap dia merasakan sesuatu yang keras menyentuh kulitnya.

Lengan kokoh, dada bidang itu ada dihadapannya. Pengawalnya mengangkatnya cepat dan tanpa hambatan (di gendong ala bridal ya)

“Aa.. pa yang kau lakukan Oppa?” tanya Jimin kaget.
Setahunya tidak ada yang berani
menyentuhnya selama ini selain Taehyung.

“Anda Harus makan.”

Jimin mencebikkan bibirnya ke bawah dan Huwweeeeeeee tangisnya pecah.

Dia terlalu kaget dan dia paling tidak suka diganggu ketika tengah berkonsentrasi akan sesuatu.

Suara tangisan Jimin menggema seisi mansion. Para pelayan dan Penjaga segera berlari ke arah Nona Mudanya. Takut sesuatu terjadi. Seok Jin yang tidak tahu akan seperti ini, panik.

Dia mendapat tatapan tajam dari seluruh isirumah seakan berkata. Habislah kau Kim Seok Jin.

Seok Jin mendudukkan dirinya dengan Jimin dipangkuannya. Dan mengelus punggung sempit itu pelan.

“Nona, Maafkan saya. Anda harus makan.”

Terdiam sejenak. Jimin masih sesenggukan.

“Aku … Hiks... Kaget. Dan aku tidak mau makan.” sesenggukan Jimin.

Tangisnya akan pecah lagi. Pria yang dipercayakan Taehyung untuk menjaga Milik Tuannya itu menjadi gelapan. Berusaha memikirkan segala cara untuk menenangkannya.

“Anda mau jalan-jalan keluar Nona?” tawar Seok Jin.

Jimin berhenti menangis namun masih sesenggukan. Tawaran itu terlalu menggiurkan. Dia sudah lama tidak melihat dunia luar. Ini adalah kesempatan bagus.

“Bisakah aku keluar.”

“Tentu, anda bisa keluar dan menikmati makan siang.” Seok Jin bersyukur caranya bisa ampuh menenangkan Jimin.

Jimin tersenyum dan mengangguk sehingga beberapa anak rambut menutupi wajahnya.

Seok Jin menyelipkan anak rambut itu dan menghapus lembut sisa air mata yang masih setia menumpang di wajah cantik Jimin. Mempersilahkan Nona Mudanya untuk bersiap.

“Tuan Besar akan membunuhku kalau dia tau apa yang kulakukan pada kekasihnya.” ucapnya horor mengingat Taehyung yang akan bereaksi bagai iblis akibat tindakannya.

“Jangan ada yang mengatakan hal macam-macam pada Tuan Besar” Perintahnya kepada seluruh penghuni.

Mereka semua hanya membungkuk dan segera membubarkan diri.

.
.
.

Seok Jin benar-benar akan dibunuh Taehyung, Jimin memilih datang ke daerah Myeondong menikmati jajanan makan di sana.

Ditengah keramaian Jimin melepaskan genggaman Seok Jin karena terdesak menjauh oleh
kumpulan makhluk di sana.

“Oppa.” teriaknya namun percuma, dia semakin terdorong.

Oh, Jimin bukankah ini bagus untuk kabur? Lihat kau sudah terbebas dari kekangan Kim Taehyung. Batin Jimin.

Wanita mungil itu berhenti berteriak, memperhatikan sekitarnya. Dia berada cukup jauh dari tempat tadi. Melihat kiri kanan untuk mengetahui keberadaanya. Kerumunan ini membuat pusing saja.

Sesak. Jimin melangkahkan kakinya menjauh dari area perbelanjaan dan
mendudukkan dirinya di bangku taman. Mendongakkan kepalanya melihat mentari yang bersinar malu-malu dibalik awan.

“Sepertinya akan turun hujan.” menengadahkan tangannya merasakan udara yang mulai lembab.

Senyum yang terpahat manis itu memudar, ternyata perasaannya tidak bahagia. Rasanya begitu menyesakkan. Dia rindu.
.
.
.

Mati, itu sudah mutlak untuk Seok Jin. Dia benar-benar melakukan kesalahan sangat besar.

Jimin harus ditemukan sebelum terjadi sesuatu. Seok Jin menelfon. Dan mengerahkan teman-temannya untuk membantu.

.
.
.

Cuaca semakin mendung, Pria pucat itu memutuskan untuk menghentikan laju mobilnya dan mengunjungi sebuah restoran untuk sekedar makan siang.

Masuk di ikuti oleh para penjaganya dan mulai memesan makanan.
Saat menunggu pesanan datang, Pria pucat tersebut terusik dengan keberadaan seseorang yang tengah asyik bermain hujan.

Tidak memperdulikan orang-orang yang menatap jelas kearahnya karena larut melompat kedalam genangan air yang tercipta.

Senyuman itu sangat manis dan cantik. Tubuh mungilnya basah. Rambut panjangnya bahkan sudah lepek karena air hujan, namun itu menambah kesan sexy wanita tersebut.

“Gadis yang bahagia, aku belum pernah melihatnya di sekitar sini.” ucap seseorang yang lewat begitu saja di samping pria pucat.

“Dia gadis yang ceria. Hehehe.” balas sang teman.

Tanpa sadar senyuman manis tersemat pada Pria pucat itu. Merasakan kebahagian yang dirasakan gadis didepannya.

Hatinya menghangat. Sesuatu yang langka yang pernah dirasakannya.
Sudah 30 menit, gadis itu bermain di bawah tetesan air langit.

“Sudah terlalu lama dia bermain. Aku akan menegur gadis itu.” ucap Pria pucat, bersiap bangun keluar restoran untuk menghentikannya bermain.

Pria pucat itu terhenti dengan smirk mengerikan terukir di wajahnya.

Vengeance (Vmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang