16

2.6K 237 11
                                    

.
.
.

Pagi datang menjemput, tanpa melihat keputusasaan Jimin, pagi yang mau tak mau membangunkan Jimin dan membuat tersadar dari kenyataan pahit yang diterima sejak
semalam hingga pagi ini.

Tidak ada Pria itu di sampingnya, Jimin terbangun dengan perasaan kosong amat sangat. Dirinya merasa buruk. Ini sangat buruk. Tak ada Taehyung ketika dia bangun. Bahkan dirinya masih dalam keadaan sama seperti semalam.

“Ini kesalahanku. Aku layak diperlakukan seperti ini.” lirih Jimin berusaha menyemangati hatinya.

Jimin bangun untuk membersihkan dirinya. Dia terdiam cukup lama didepan cermin, memperhatikan tubuhnya yang penuh kissmark dan
lebam. Sudut bibirnya ada luka yang telah mengering. Menyisakan rasa perih ketika di sentuh.

Sudah lama dia tidak mendapati perlakuan kasar Taehyung. Ini membuat Jimin sedikit mengingat hari-hari pertama dirinya berhubungan dengan Pria Tan itu.

Hiks

Hiks

Hiks

“Tae Oppaa...” Tangisan Jimin pecah, dia tertekan. Dia merindukan Taehyung. Tapi pria itu seperti
membenci dirinya. Dia tidak bisa di benci Taehyung. Ada sebagian hatinya yang sangat sakit.

Dia perlu Taehyung mengusap kembut kepalanya dan merengkuh dirinya kedalam pelukan hangat yang selalu Jimin damba.

“Oppa, Jimin takut. Jimin tidak bisa..” isakan Jimin terdengar semakin keras hingga keluar dari kamar mandinya.

Dia meringsut duduk di lantai dan meraung layaknya anak kecil. Dia melepaskan semua beban pikiran yang sudah tertampung cukup lama. Belum lagi pikiran-pikiran negatif yang terus menghantui isi kepala mungilnya.

Sakit hati yang semakin dalam dari yang bisa ditanggulangi oleh Jimin semakin menjadi. Tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya hingga suasana hati bisa berubah secepat aliran darahnya sekarang.

Nafasnya memburu naik turun, Jimin merasakan marah sekarang. Dia meremas kuat ujung piayamanya.

“Kau memang Jalang Jimin. Memang pantas disebut Jalang. Eomma mian.”
Taehyung tak pantas bersama seseorang sepertiku. Dia berhak memiliki yang lebih baik dariku. Yang bukan jalang sepertiku.
.
.
.

Ini sudah hari ketiga.

Taehyung menghindari Jimin. Dia merasa belum siap untuk menerima kebencian dari Jimin. Sangat tersiksa, dia sungguh merindukan wanita mungil itu.

Namun sekali lagi ketakutan selalu menghampiri dan mencegahnya untuk memeluk Jimin. Karena Taehyung saking sibuknya menghindari Jimin.

Dia tidak memperhatikan keadaan Jimin. Atau lebih tepatnya.

Selama tiga hari Taehyung hanya mendengar laporan dari orang-orangnya tentang Jimin yang lebih memilih diam dikamarnya. Dan tidak pernah keluar kemanapun.

Makanpun diantar ke dalam kamarnya. Selama itupun Taehyung tidur di kantor atau hotel.

“Bagaimana keadaannya?” Tanya Taehyung seperti biasa menanyakan keadaan Jimin pada Seok Jin.

“Nona Muda masih belum mau keluar kamar. Dia hanya menerima kepala pelayan Oh yang masuk kamarnya.” jawab Seok Jin.

Sedikit mengernyit, Taehyung melangkahkan kakinya masuk lebih ke dalam mansionnya. Hari ini dia akan meminta maaf, dia salah. Ini salahnya dan ia tidak bisa menahan lebih lama lagi hasrat rindunya pada wanita tersayangnya. Malam yang tak terhitung (elah baru juga tiga hari) untuk merenung, dan malam yang tak terhitung juga tanpa senyuman pelukan hangat Jimin bagai neraka untuk Taehyung.

Dia tidak pernah sepengecut ini. Dia juga bingung sendiri dengan tingkah lakunya. Marah sampai diluar kontrol, ketakutan, dan rindu. Itu perasaan langka yang dimiliki Kim Taehyung.

Vengeance (Vmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang