Pergi

6.7K 1K 51
                                    

Lagi-lagi Wonwoo terbangun di malam hari. Kesekian kali baginya setelah lebih dari seminggu ini tidur di kamar Soonyoung, Mingyu masih sering berpindah ke ranjangnya saat tidur. Mungkin mabuk ketika pertama kali menginjakkan kaki di kamar itu bisa menjadi alasan. Namun, Wonwoo yakin hari-hari setelahnya Mingyu tidak teler atau  tidur setengah mabuk.

Meskipun sudah sering terjadi, tangan yang saat itu berada di dekapannya masih terasa asing. Apalagi, jika nafas hangat Mingyu tepat mengenai tengkuknya, detik selanjutnya akan terdengar pekikan akibat Wonwoo yang memukul kepala sang alpha keras-keras. Ia bersyukur karena selama ini Mingyu tak pernah keluar batas dalam melakukan sentuhan dengannya, sedikit memaklumi alpha itu terlebih ketika Soonyoung juga sering mengalaminya sebelum Wonwoo. Dan Wonwoo baru sadar jika Mingyu sedikit touchy dan sering melakukan skinship sederhana. Bahkan ketika sadar pun alpha itu sudah berani menggenggam tangan Wonwoo atau menyentuh puncak kepalanya.

"Mingyu-ssi, bangun! Atau kutendang kau dari ranjang." Wonwoo mengguncang pundak Mingyu brutal menggunakan salah satu tangannya yang bebas. Mingyu terlihat tidak bergeming, malah dia semakin memperdalam wajahnya pada perpotongan leher Wonwoo.

Wajah Wonwoo seketika memerah saat sang beta merasakan sebuah benda tak bertulang menempel pada kulit lehernya. Ditambah dengan gumaman samar yang semakin membuat Wonwoo geram dan malu secara bersamaan.

"M-mingyu-ssi."

Ini buruk. Tangan Wonwoo hampir melayang memukul Mingyu yang berada di sampingnya. Namun itu tak sempat terjadi karena Mingyu terlebih dulu mencekal pergelangan tangannya. "Tidurlah lagi, jika kau marah aromamu semakin menajam Wonwoo, kau bisa membangunkan serigala di dalam tubuhku."

Wonwoo memincing sebal, berusaha bangun dan melepas genggaman Mingyu di tangannya. Mingyu ternyata sudah bangun sejak Wonwoo bergerak tak nyaman tadi. Mingyu tersenyum jahil melihat perubahan mimik wajah Wonwoo. Entah sejak kapan wajah pemarah itu menjadi salah satu favoritnya.

"Hyung, berhenti memberontak dan lihat aku sebentar."

Wonwoo perlahan menurut dan mengurangi tenaganya untuk melawan Mingyu. "Ingin kuberitahu sesuatu?"

"Ya, dan segeralah pindah dari ranjang Soonyoung."

"Aku lapar dan aku ingin memakanmu."

●●●

Esok paginya, Mingyu dinyatakan tewas setelah Wonwoo menendang selangkangan Mingyu.

The end.







Bohong...

Mingyu tidak apa-apa bahkan senyuman jahilnya masih terpatri indah ketika melihat Wonwoo bergegas mengemasi barang-barang setelah Soonyoung menyatakan bahwa Jihoon sudah selesai heat melalui telepon.

"Tidak ingin memberi salam perpisahan, hm?" Wonwoo membuang muka, tangannya meraih tas punggung yang ia bawa sebagai tempat pakaian, melangkah terburu-buru menuju pintu kamar untuk memasang sepatunya. "Ayolah Hyung. Aku hanya bercanda tadi pagi, maafkan aku."

"Ingat ini Kim Mingyu, aku tidak akan pindah kemari ketika Jihoon heat entah itu bulan depan atau bulan seterusnya. Dan aku harap kau tidak muncul dihadapanku setelah ini." Suara Wonwoo semakin memelan sejalan dengan kalimatnya yang semakin panjang.

Mingyu menghela nafas, tidak setuju dengan perkataan si beta yang masih saja tidak mau memberi maaf padanya. "Kalau begitu, terima ini. Walaupun kita tak akan pernah bertemu lagi, kuharap kau membawanya kemanapun."

Wonwoo mengambil benda itu tergesa, kemudian berbalik untuk segera meninggalkan kamar itu. Menghilang dari kehidupan Kim Mingyu.

"Berhati-hatilah, beta."

●●●

Wonwoo membasuh wajahnya. Sesampainya di kamar, dia memutuskan untuk mandi tanpa menghiraukan Jihoon yang saat itu tengah sarapan menggunakan sereal yang sama seperti milik Mingyu. Menghidupkan keran agar aliran air membahasi tubuhnya. Dia menggosok pelan badannya, membalurkan sabun di sekujur tubuh yang terasa lengket setelah berjalan cepat karena amarah.

Tak sengaja, ia menyentuh tengkuknya sendiri saat ingin membersihkan bagian tersebut, mengingatkannya pada kecupan kecil tak berarti sang alpha yang sejak hari ini benar-benar dia benci. Ruam kemerahan kembali muncul di wajahnya dan jangan lupa perasaan aneh seperti memenuhi rongga dadanya.

"Sialan, Kim Mingyu." Dia mendesis dibawah guyuran air dingin. Berusaha menghilangkan bayang-bayang alpha kurang ajar teman sekamar Soonyoung itu.

Sepuluh menit berlalu, Wonwoo keluar dengan celana olahraga semata kaki dan kaos oblong. Rambutnya yang basah ia keringkan menggunakan handuk. Jihoon menatapnya beberapa detik sebelum kembali fokus pada kegiatannya -bermain ponsel.

"Ada apa dengan wajahmu?"

Wonwoo mendudukan diri disisi Jihoon, menyangga badannya dengan kedua tangan.  "Aku akan cari tempat lain untuk heat-mu bulan depan," ujar Wonwoo.

"Mengapa? Apa teman sekamar Soonyoung terlalu mengganggumu?"

"Lebih dari itu." Jihoon hanya mengangguk, tak berniat bertanya lebih setelah melihat wajah masam temannya. "Kau dan Soonyoung, mengapa tak sekamar saja?"

"Orang tua kita tidak setuju Wonwoo. Mereka takut aku diklaim Soonyoung sebelum waktunya. Dan tiba-tiba kami punya anak sebelum menikah." Wonwoo ingin tertawa. Namun ia tahan karena merasa itu berlebihan. Kemudian matanya menatap benda yang ia lempar begitu saja bersama tas punggung miliknya, benda pemberian Mingyu.

"Jihoon, apa di buku omegamu ada bab soal beta berferomon?" Si mungil dengan rambut pirang itu mendongak tertarik. Dia mematikan ponsel pintarnya dan memilih menatap fokus Wonwoo yang berada di sampingnya.

"Siapa yang berferomon Wonwoo?... apa itu-"

"Bukan aku! Aku melihat sesuatu di headline news internet tadi malam. Aku hanya penasaran saja." Wonwoo segera menyerobot ucapan Jihoon sebelum omega itu berasumsi macam-macam.

Wajah Jihoon melembut, tatapan ingin tahunya meredup seketika. "Aku tak begitu ingat, mungkin ada. Aku akan mencarinya dulu."

"Uh? Tidak usah. Lagipula itu tidak terlalu penting."

"Jeon, kau berhasil membuatku penasaran asal kau ingin tahu." Wonwoo hanya terkekeh sebelum beranjak untuk merapikan barang-barangnya yang tercecer di atas tempat tidur.

"Jihoon?"

Omega itu bergumam menanggapi.

"Aku tak mau tahu kau harus mencuci sprei kasurku."

Alis Jihoon menukik tak mengerti. "Kenapa harus?"

Wonwoo meraih selembar tissu, mengambil bungkusan plastik yang terhimpit diantara dinding dan kasur miliknya, dan memperlihatkannya kepada Jihoon

"Kalian meninggalkan jejak bungkus kondom disini. Bulan depan tolong jangan bermain di tempatku lagi, mengerti?"

Jihoon mendesis, mengangguk seraya mengumpati Soonyoung.

"Kwon ceroboh."

●tbc●





Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang