Asrama

8.4K 1.1K 49
                                    

Wonwoo memutuskan merantau ke pusat kota di usianya yang hampir menginjak 20. Mengejar kampus impiannya di Seoul. Mulanya dia sedikit ragu untuk berani mendaftar di kampus pusat kota. Namun, setelah dia berdiskusi dengan keluarganya, dia memutuskan untuk mengejarnya.

Banyak pertimbangan yang dilakukan, terlebih dengan kehidupan kota yang lebih mahal dari Changwon. Wonwoo harus ekstra berhemat untuk masalah keuangan ini. Untungnya dia tidak perlu mengeluarkan biaya sewa kamar karena fasilitas kampus yang menyediakan asrama untuk mahasiswanya.

Jangan lupa, jika asrama kampusnya itu gratis.

Pagi buta, Wonwoo telah sampai di depan gerbang asrama seorang diri. Kopor di sebelahnya yang besar berdiri tegak bersama satu tas jinjing yang tak kalah berat. Mata rubahnya menatap sekeliling yang amatlah sepi, berharap ada petugas ataupun penjaga asrama yang bisa dia tanyai meskipun dia tidak yakin.

Wonwoo kemudian berjongkok, mengeluarkan ponselnya untuk melihat waktu di jam digital yang tersedia di dalam ponsel sembari memeriksa pemberitahuan yang masuk. Ada beberapa pesan perhatian yang dikirim dari sang ibu.

Belum apa-apa Wonwoo sudah merasa rindu.

"Pendatang baru?" Wonwoo menengadah setelah mendengar suara di atas kepalanya. Cahaya yang redup ditambah matanya yang minus, sedikit menyulitkan Wonwoo untuk tahu siapa yang menyapanya barusan.

"Selamat pagi." Wonwoo membungkuk sebagai tanda salam. Dia hanya khawatir jika yang ditemuinya senior atau orang penting, sebisa mungkin dia harus mampu menjaga kesopanannya.

"Tidak usah formal, aku juga anak baru. Sebentar aku bukakan pintu untukmu."

●○●

"Aku Kwon Soonyoung, kau?" Sebuah tangan terulur ke arah si beta. Mau tak mau Wonwoo kembali meletakkan tas jinjingnya ke lantai dan menerima uluran tangan lelaki bernama Soonyoung tadi.

Mereka mengobrol di koridor sambil berjalan ngomong-ngomong.

"Jeon Wonwoo."

"Kau seorang?"

"Beta."

"Ah beta, aku alpha dari asrama 1. Dimana kamarmu?"

"Asrama 2 nomor 17." Soonyoung kembali berbalik dan membuat Wonwoo kembali menghentikan langkahnya. "Sepertinya aku tahu kamar itu. Biar kuingat, sepertinya milik seseorang yang berbahaya."

Wonwoo kembali berjalan, memilih tidak peduli dengan Soonyoung yang bergaya seperti detektif yang tengah mengidentifikasi sesuatu. Wonwoo lelah dan ingin tidur akibat perjalanan busnya tadi berhasil meremukan tubuhnya.

Itu mungkin hanya frasa hiperbolis tapi jika boleh memilih dia lebih baik menggunakan kereta cepat saja. Namun nasib berkata lain, kereta terakhir berangkat sebelum acara pesta pelepasannya berakhir, padahal tiket sudah ditangan dan salahkan kakak sepupunya -Kang Seulgi yang tidak mau berpisah kemarin malam. Gadis itu sudah menganggap Wonwoo seperti adik kandungnya sendiri, setiap hari mereka menempel layaknya perangko dan surat. Sulit dipisahkan.

"Hei tunggu aku." Mereka terus berjalan, menaiki tangga satu kali untuk bisa mencapai kamarnya. Berhubung Wonwoo belum memiliki kunci untuk asramanya, dia memutuskan untuk mengetuk pintu.

Pada ketukan kedua, Soonyoung menghentikan pergerakkannya tiba-tiba. "Kau tidak akan bisa membangunkannya jika hanya menggunakan ketukan."

Wonwoo menyerngit. "Biar aku saja."

Pemuda sipit itu kemudian mengeluarkan ponsel pintarnya, menekan beberapa tombol di layar sebelum terdengar suara serak bak orang bangun tidur. "Jihoon-ie~, bisa kau buka pintunya?"

Wonwoo tak bisa mendengar jelas percakapan keduanya, yang ia tahu orang di balik pintu di dalam sana terdengar berteriak dan mengumpat sebelum membukakan pintu dengan mata tak kalah sipitnya dengan Soonyoung.

"Sialan Kwon, untuk apa datang pagi-pagi?" Tubuh kecil berambut pirang itu muncul dengan pajama yang melorot di area pundak, memperlihatkan kulit putih susunya yang terpantul sinar bohlam di koridor.

"Wow Ji, mengundang sekali." Soonyoung kembali berbicara dan tak lama sebuah sepatu melayang menuju wajahnya.

Helaan napas terdengar cukup keras, menyadarkan dua anak adam yang sempat ingin melakukan baku hantam di koridor pagi buta itu. Orang yang bernama Jihoon itu melirik Wonwoo, sedikit mendongak sebab perbedaan tinggi badan mereka yang lumayan mencolok.

"Siapa dia Kwon?" Jihoon mencicit.

"Roommate-mu?"

○●○

Mereka berdua telah berkenalan setelah Soonyoung pergi -diusir Jihoon dari kamarnya. Jihoon adalah seorang omega lelaki, meskipun begitu dia tidak terlihat lemah sama sekali.

"Aku tak pernah melihatmu, kau teman si Kwon itu?," tanya Jihoon sambil mengambil beberapa makanan untuk tamunya -atau sekarang yang ia ketahui sebagai roommate.

"Tidak, kami bertemu di gerbang asrama. Apa itu bisa disebut teman?"

"Kurasa." Kelihatannya baik Wonwoo maupun Jihoon memilki sifat yang tak jauh berbeda, sama-sama pendiam.

Dan Wonwoo rasa dia akan cocok dengan teman sekamarnya ini. Meski harus merasakan sedikit canggung karena kesamaan sifat tersebut.

"Jadi Soonyoung-ssi dan dirimu satu kota?"

"Kami saling mengenal karena ini." Wonwoo melirik pergelangan tangan Jihoon, disana tercetak jelas sebuat tanda mate berwarna kehitaman. "Kami bertemu saat kami masih sekolah menengah, saat itu aku tak sengaja bertemu dengannya di tempat arcades dan begitulah."

Wonwoo menatap tanda itu takjub. Dia sendiri belum memilikinya. Tanda mate didapat setelah umur 17 tahun dan selambat-lambatnya umur ke-21. Umur Wonwoo sekarang hampir 20 tahun, masih ada 1-2 tahun harapannya untuk mendapat tanda kehitaman penuh makna itu.

Setelah sayembara beberapa tahun lalu, dia menjadi sedikit was-was akan calon mate-nya sendiri.

Perlu diketahui, beta jarang berjodoh dengan alpha atau omega. Dan tidak mungkin berjodoh dengan omega suci. Karena dinilai tidak punya sifat pemimpin.

Dunia ini memang sedikit rasis.

"Berarti setiap sebulan sekali aku harus mengungsi ke kamar lain." Jihoon menggaruk pipinya yang tidak gatal, lalu mengangguk tidak enak.

"Maafkan aku, menjadi seorang omega memang sedikit merepotkan. Jadi mohon bantuannya Wonwoo."

Ya, tidak apa-apa. Asal dia bisa menemukan tempat yang cocok untuk bermalam selama seminggu saat Jihoon heat.

Wonwoo hanya ingin kehidupan kampusnya normal dan tanpa drama.

"Aku akan menyuruh Soonyoung untuk mencari tempat bagimu setiap minggu."

○tbc○

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang