Fajar datang begitu cepat setelah sekitar satu minggu lebih Mingyu mengajukan penawaran pada keluarga Sohee. Dirasanya, dia perlu berpikir matang atas keputusan yang akan menjadi penentu masa depannya kelak. Begitupun mengenai persiapan hatinya, ia tak ingin begitu saja melepas Wonwoo tanpa aba-aba. Dan sudah sepantasnya sang beta mendapat perpisahan yang sepadan dengan pengorbanan yang telah banyak Wonwoo salurkan.
Sang alpha mengambil nafas panjang sebagai bentuk rasa syukur. Yang mana Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bangun dan melihat sosok paling diinginkannya dalam hidup. Dilihatnya sang beta yang masih lelap tidur, mendengkur lirih didekapan sang alpha.
Tadi malam terlalu haru biru, keduanya menangis sembari berpelukan, berharap akan tertidur dan menemukan mimpi yang jauh lebih indah dari kenyataan yang ada. Bertemu di alam buatan itu dalam suka-cita. Namun nyatanya, keduanya sulit menjamah dunia fana itu, kesadaran mereka malah tertahan hingga dini hari.
Tertidur sekitar pukul empat pagi dan dua jam kemudian Mingyu terbangun karena perasaan gundah. Tidak apa, dia ingin lebih lama bersama Wonwoo, ingin menikmati setiap detik waktu terakhirnya sebelum melontarkan sebuah keputusan final. Dimana tanda mate berlukiskan nama sang beta akan terhapus setelahnya.
"Aku tidak ingin berpisah denganmu, Beta." Lengan itu merengkuh pelan lelaki yang lebih kecil. Mencuri cium di area dahi begitu lama sebagai tanda cinta tak bersyarat. Lalu kembali bergumam pelan pada dirinya sendiri. "Maafkan aku karena tidak pernah bisa membahagiakanmu. Aku menerima kebencianmu nanti, juga semua kekecewaanmu. Tidak masalah.
Setelah ini hiduplah dengan baik."
.
"Mingyu!" Netra Wonwoo terbuka. Dia baru saja mendapat mimpi menyedihkan dengan Mingyu di dalamnya.
"Aku disini." Kepala Wonwoo mendongak beserta setetes air mata yang meluncur di sepanjang tulang pipi. Rasanya, nafas Wonwoo tersendat dalam beberapa saat. "Maaf membuatmu bermimpi buruk."
"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku Alpha." Untuk pertama kalinya Wonwoo merengek. Wajah sang beta lantas terbenam di dada Mingyu, bersembunyi disana disertai tangis yang mengiringi. "Tetaplah disini, bersamaku, menjadi milikku selamanya."
Sebuah permintaan memilukan, Mingyu pun kembali ikut menangis meski tanpa suara. Ia lebih memilih mengusap surai mate-nya perlahan, membungkam mulutnya sendiri untuk tidak menjawab pemintaan Wonwoo.
"Aku tidak akan menjadi menyebalkan lagi Mingyu, setelah ini aku akan menurut padamu. Aku tidak akan ragu lagi, asalkan kau tetap disini. Jangan pergi, kumohon..."
Bungkam, Mingyu masih setia menjadi pihak yang mendengar celotehan betanya hingga gerakan tubuh Wonwoo mengejutkan sang Alpha. Lantas usapan tangannya pun terhenti diiringi dengan tubuh Wonwoo yang tiba-tiba berusaha menindihnya.
Pada akhirnya, Wonwoo bangkit setelah tak mendapat jawaban yang pasti dari mate-nya, bergerak menaiki tubuh Mingyu, tergesa-gesa melepas celananya sendiri. Masih dengan linangan air mata, ia juga melepas atasannya, melepas satu-persatu kancing bajunya sendiri.
"Wonwoo, apa yang kau lakukan?" Tubuh bongsor Mingyu berusaha duduk, dan satu tangannya mencegah sang beta untuk bertindak lebih lanjut.
"Jika memang hari ini adalah perpisahan? Bisakah kau memberi kenangan lebih berarti selain sebuah kecupan?"
.
.
.
.
.
"Mingyu, berikan benihmu padaku. Aku akan merawatnya hingga ia dewasa, meski itu tanpamu."
.
.
.
.
.
Tbc/end
.
.
.
.
.
Cium bau ending ga??
Atau mau udahan gini aja???
Bagusnya sad ending atau gantung atau happy ending nih?
Yuk kasih komen dan jangan lupa vote biar misterinya cepat terungkap.
See you next time
Ps: maaf pendek karena...
Sengaja hehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense | MEANIE ABO AU ✔
Fiksi Penggemar[COMPLETE] Wonwoo hanya punya satu keinginan dari hidupnya yaitu menikahi omega suci yang ia temui sewaktu remaja. Warning: +Meanie +ABO AU +GS for some member +short update +Mpreg