Cendana

6.7K 1.1K 103
                                    

Wonwoo tidak ingin mengakui, namun semenjak hari itu dia sering kali mencium bau cendana ketika ada sosok Mingyu disekitarnya. Meskipun aroma tersebut tidak semenyengat saat insiden toilet tempo hari, namun samar-samar aroma itu tetap mengusik pernapasan.

Hal tersebut seharusnya tidak menjadi masalah jika aroma itu tidak membangkitkan imajinasinya untuk meraih leher sang alpha dan mengendus feromon milik Mingyu selama berjam-jam atau menciumnya kembali seperti ciuman pertama mereka yang terus berputar layaknya film pendek di pikiran Wonwoo.

Itu gila. Wonwoo paham betul imajinasinya sudah terlampau liar, hanya saja dia sedikit heran. Mengapa sekarang dia menjadi aneh seperti Mingyu? Maksudnya, mengapa dia sekarang bisa membaui sebuah feromon? Apa karena ciuman itu dia menjadi tertular aneh?

Memikirkannya saja membuat Wonwoo frustasi.

"Hallo, Wonwoo?" Itu panggilan dari Soonyoung melalui telepon, alpha itu terdengar berbicara dengan hati-hati ketika mengatakan soal Jihoon yang kembali heat.

"Tidak apa Soonyoung, tapi bisakah aku mengambil beberapa baju?"

Soonyoung mengizinkan. Sang beta sesegera mungkin menuju kamar asramanya. Membuka pintu dan menemukan Jihoon yang tergulung selimut. Wonwoo sedikit khawatir melihatnya. Namun Soonyoung berkata jika Jihoon baik-baik saja.

Setelah mengambil beberapa baju ganti untuk beberapa hari kedepan, Wonwoo segera keluar kamar karena jujur saja dia tak merasa nyaman. Wonwoo merasa seperti pengintip, untung saja dia tak bisa mencium bau Jihoon yang pastinya sangat menyengat.

"Sekarang aku harus kemana?" Sang beta bergumam sendiri. Dengan tas di punggung, dia berjalan tanpa tujuan. Menuruni tangga menuju lantai satu dan sesekali melirik ponselnya. Menghubungi beberapa teman, memohon untuk menampungnya tinggal.

Sebagian dari mereka ternyata tinggal bersama mate, dan tersisa dua orang yang sepertinya merestui Wonwoo untuk tinggal bersama sementara, Hyunbin dan Jonghyun. Yang Wonwoo tahu kamar mereka juga bersebelahan.

"Kau dimana?" Hyunbin bertanya melalui telepon yang sedikit bising. Banyak suara tawa yang terdengar dari sebrang sana.

"Di depan kantin."

"Aku akan menyusulmu." Telepon itu tertutup sejalan kemudian. Dan sekitar 5 menit setelahnya Hyunbin menghampiri Wonwoo. "Ayo!" ujar Hyunbin semangat.

"Kamarmu terdengar ramai." Wonwoo bertanya sembari berjalan menaiki tangga menuju lantai 3.

"Ada pesta kecil-kecilan dikamarku, disana ada Jonghyun-hyung juga. Jika terlalu berisik kau bisa tidur di kamarnya saja, tadi dia berpesan begitu padaku." Sang beta mengangguk. Sesungguhnya dia tak begitu peduli tentang suasana kamar. Lagipula untuk sekarang dia hanya butuh tempat tidur.

Menapaki lantai 3, dia bisa mendengar teriakan segerombolan laki-laki dari sebuah kamar, semakin mendekat dia bisa melihat sebuah siluet tinggi yang tengah merokok sendirian tak jauh dari keributan.

Cendana, bau itu kembali menyapa. Seketika dia menunduk, terkejut jika Tuhan ternyata tak bisa seharipun membiarkan Wonwoo terhindar dari sosok itu.

Kim Mingyu lagi.

Disaat bersamaan Mingyu menoleh, sepertinya sadar jika beta yang tengah mengusik hidupnya datang. Puntung rokok ditangan telah ia matikan dan kaki panjang itu kemudian mendekat kepada Wonwoo.

"Kenapa kau disini? kenapa kau tidak-"

Sebelum ucapan Mingyu selesai, Wonwoo terlebih dahulu membekap mulut Mingyu.

"Hyunbin boleh aku berbicara dengan orang ini sebentar?" Hyunbin menatap bingung pada dua makhluk yang ada dihadapannya. Mengangguk memberi Wonwoo izin untuk berbicara dengan Mingyu.

"Oh iya, aku akan tidur ditempat Jonghyun-hyung, tolong sampaikan padanya dan terima kasih," lanjut Wonwoo sembari menyeret Mingyu menjauh dari sana.

.

"Apa yang kau lakukan disini?" Mingyu bertanya tanpa basa-basi. Raut wajahnya terlihat serius.

"Soonyoung tidak memberitahumu? Jihoon heat dan aku tengah mencari tempat pengungsian di kamar Hyunbin."

"Aku tahu, tapi mengapa kau bersusah payah ke tempat Hyunbin, ada satu ranjang yang bisa kau kuasai di kamar asramaku dan kau malah lebih memilih berbagi?"

Wonwoo mendengus. "Aku punya satu ranjang katamu? Lalu apa yang kau perbuat  setiap kali aku ada disana? Disini atau disana sama saja, tapi aku percaya Hyunbin atau Jonghyun-hyung tak akan menyentuhku."

Sang alpha tertawa, tangan panjangnya bergerak meraih lengan milik sang beta. Membawa tubuh ringkih itu ke dalam sebuah pelukan. "Tentu saja mereka tidak menyentuhmu, mereka tidak sadar jika beta ini memiliki aroma yang luar biasa."

Wonwoo memberontak. Pipinya memerah setelah mendengar bisikan Mingyu di telinga kanannya. "Kim Mingyu lepaskan aku, a-aku... eungh..." Wonwoo tak bisa menahan desahan ketika Mingyu berhasil menjilat leher dan telinganya, mengecup beberapa kali dan memberi tanda di belakang telinga sebelah kanan.

Lagi-lagi bau itu semakin semerbak. Wonwoo merasa mabuk lagi dengan cendana yang terasa menyesakkan tenggorokan. Mata mereka bertemu kembali, dengan wajah Wonwoo yang terlihat menahan gairah. Wajahnya memerah di bawah lampu temaram lorong sepi itu.

Mingyu sedikit tak percaya, apalagi ketika kedua lengan beta di depannya meraih leher sang alpha, mengendusnya candu bagai narkotika.

"Mingyu....aku tidak suka ini. Baumu... baumu membuatku sesak."

.

Pagi menjelang, manik kecoklatan Wonwoo terbuka perlahan. Menatap linglung sekeliling kamar yang tidak asing baginya dan sebuah dada bidang yang seketika membuatnya sadar.

"Kim Mingyu..."

"Bagaimana tidurmu?" Alpha Kim itu bergumam, mengeratkan dekapan pada pinggang Wonwoo sembari tetap menutup mata.

Wonwoo cemberut, inginnya memberontak tapi entah mengapa ia merasa nyaman, ia merasakan kehangatan dari panas tubuh pemuda yang tengah mendekapnya, ditambah wangi cendana yang masih bertahan di hidungnya yang mancung.

Tidak adil, bagaimana bisa sifat gengsinya hilang hanya karena aroma feromon ini, sejak kapan Wonwoo menjadi begitu lemah?

"Tidak ingin memukulku? Biasanya kau pasti akan memukul atau menendangku."  Wonwoo hanya diam, memilih mengubur kepalanya di dada bidang milik Alpha Kim di depannya. "Kau jadi menggemaskan."

Dan akhirnya sebuah cubitan di perut Mingyu terima.

Mingyu mengaduh.

"Lagipula sejak kapan?"

"Eung?" Gumam Wonwoo tak mengerti.

"Sejak kapan kau bisa mencium feromonku?"

Kali ini Wonwoo mendongak, mempertemukan kedua netra mereka. Wonwoo berkedip, sebelum semburan merah menguasai wajahnya.

"Sejak, kau... menciumku di toilet?"

"Apa kita perlu ke rumah sakit?"

"Kurasa..."

.

.

.

.

.

"Wonwoo?"

"Hm?"

"Bagaimana dengan morning kiss?"

"Dalam mimpimu, Kim."

.
.
.
.
.
Tbc/end?
.
.
Fast update karena aku sedang semangat kayak kemarin. Hihi
Btw maafin isinya wonu malu malu mau gitu sama mingyu. Maaf cerita ini cringe ya ;; aku mikir fluffy fluffy terus nih soalnya

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang