Gosip

6.7K 952 148
                                    

Gedoran dan beberapa teriakan terdengar dari balik pintu milik asrama Kim Mingyu. Sang alpha yang masih setengah mengantuk terpaksa bangun, berjalan tertatih untuk membuka pintu kamarnya. Dan didapatlah sosok betanya yang terlihat bercucuran keringat, nafasnya pun terlihat terengah dramatis. Yang seketika membuat Mingyu khawatir.

"Hyung, kau habis berlari?" Tanpa menunggu Wonwoo berbicara, sang alpha terlebih dahulu membawa betanya masuk dan menyuruhnya duduk di kursi belajar. Sesungguhnya Wonwoo ingin memberontak, namun selalu saja tenaga Mingyu lebih kuat dari dirinya sehingga dia hanya bisa merengek lirih.

"Mingyu biar aku bicara sebentar." Mingyu yang hendak berjalan mengambil minum, urung pergi ketika betanya memperlihatkan raut wajah panik.

"Jihoon... Jihoon pergi. Dia menghilang."

.

Ya tuhan, rasanya Wonwoo ingin mengubur dirinya sendiri akibat rasa malu bercampur kesal setelah Mingyu menertawakannya. Menyesal sudah dia berlari dari gedungnya menuju gedung Mingyu pagi-pagi sekali. Kelelahan dan membawa rasa panik yang ternyata hanya kesia-siaan.

Kasus hilangnya Jihoon diibaratkan sebuah lelucon pagi di serial komedi. Omega itu ternyata tidak hilang sepenuhnya, dia hanya pergi dibawa Soonyoung entah kemana. Yang pasti, Jihoon aman.

Jahat sekali. Akibat omega itu yang tidak pamit padanya, jadilah dia melakukan kegiatan sia-sia yang hanya membuat dia lelah setengah mati. Olahraga adalah hal yang ia benci, dan sekarang dia malah sudi berlari antar gedung -jangan lupakan 6 tingkat tangga yang perlu ia lewati.

"Lagipula, mengapa tidak menghubungiku dulu hyung, sehingga kau tidak perlu panik begini." Masih dengan tawa tertahan, sang alpha menyeka keringat Wonwoo menggunakan handuk kecil. Tertawa lagi ketika melihat Wonwoo merajuk lucu. Wajah betanya tampak sangat kesal.

"Menghubungi katamu, aku sudah mencobanya dan kau tak kunjung menjawab."

Lantas Mingyu pun meraih ponsel yang berada di atas nakas, memeriksa benda itu yang ternyata kehabisan daya. "O-oh maaf sayang, ponselku mati."

Habislah Mingyu.

Dia bisa melihat sungut imajiner Wonwoo muncul di kepala sang bera, sebelum akhirnya sebuah pukulan terlepas. Badan Mingyu seketika terjatuh di atas kasur tidurnya. Bersama Wonwoo yang tiba-tiba menimpa tubuh besar alpha kim itu,  menyembunyikan wajah merahnya di dada sang alpha. Yang mana berhasil mengundang tawa lain dari mulut Mingyu.

"Hyung," panggil Mingyu sembari mengusap surai hitam yang sudah lumayan panjang itu.

"Jangan bicara padaku." Suara Wonwoo terdengar tegas, meski ada efek redam samar.

Mereka bertahan di posisi -yang sejatinya tidak begitu membuat nyaman dalam beberapa menit. Tangan besar Mingyu tetap berada disana, mengusap surai Wonwoo sembari sesekali merapikan rambut tidur betanya yang tampak belum sempat disisir sang empunya.

Kemudian terkekeh kecil ketika mata rubah Wonwoo tampak mengintip di atas dadanya. Menggemaskan dan Mingyu rasa, ia ingin menggigit betanya seketika itu juga.

"Rambutmu sudah panjang hyung, sebaiknya kau rapikan sedikit agar tidak menutupi matamu." Poni itu Mingyu sibak pelan. Sengaja mengekspos dahi Wonwoo  agar bisa melihat wajah betanya lebih jelas.

"Aku malas ke salon." Wonwoo berusaha bangun, menggunakan kedua lengan sebagai tumpuan. Berniat pergi dari atas tubuh Mingyu, sebelum sang alpha menggeret pinggangnya lagi. Mencuri sebuah ciuman kecil di pipi yang seketika merona merah.

"Kalau begitu, aku akan memotongnya untukmu," ujar Mingyu seraya meniup poni panjang betanya, yang mana membuat sang beta memejamkan mata dengan cara menggemaskan.

"Jadi, kapan akan bertemu Eomma?"

Bibir itu seketika mengerucut sebal, netra Wonwoo kembali terbuka dan mengarahkan pandangan sengit pada alpha yang terlihat tidak bergeming itu.

"Berhenti memaksaku, aku pasti akan menemuinya, tapi... tidak sekarang."

.

Bisik-bisik terdengar memenuhi seluruh kelasnya setelah perkuliahan selesai. Beta bermata rubah itu heran, semua mata nampak mencuri pandang padannya, pun ada beberapa orang yang secara terang-terangan menunjuk dirinya. Sembari memperhatikan ponsel masing-masing, mereka lantas berbicara dengan volume kecil.

Risih, ia pun akhirnya memutuskan untuk keluar. Sebelum itu, dia telah memasang earphone-nya sebagai penghalang dari pembicaraan orang yang pasti akan bergema di penjuru departemen.

Dan benar saja. Dilangkah pertama kakinya, ia telah disuguhi pandangan terperajat dari banyak orang yang kemudian berubah ekspresi menjadi campur aduk. Mereka mulai berbisik lagi, dan di detik itu pula sebuah panggilan masuk ke ponselnya.

Mingyu?

"Hyung tetap disana, jangan melangkah. Jangan bicara pada siapapun." Belum sempat Wonwoo berbicara, panggilan itu telah berakhir secara sepihak. Pandangan Wonwoo kemudian menyapu sekeliling, mencari sosok alphanya diantara lautan manusia yang menjadikan beta itu sebagai pusat perhatian.

Hingga dari arah barat Mingyu berlari kearahnya dan menarik lengan Wonwoo untuk ikut berlari maraton, menjauh dari kerumunan yang berisik. Wonwoo yang tidak mengerti, hanya menurut meski jujur saja dia ingin berhenti berlari sebab kebenciannya terhadap rasa lelah telah menjadi, begitupun dengan hawa panas yang terasa menyengat kulit siang itu.

Mereka berdua menarik nafas panjang setelah berlari sepanjang jalan menuju belakang gudang di dekat gedung olahraga. Perlu beberapa puluh detik bagi keduanya agar kembali menormalkan sirkulasi pernafasan mereka yang sempat terganggu.

"Sungguh, apa kita benar-benar harus berlari?"

Mingyu yang mendengar pertanyaan Wonwoo hanya mengepal, wajahnya tampak kalut. Bahkan matanya terlihat menyiratkan rasa bersalah yang kentara.

"Hyung, Maafkan aku.... Wonwoo aku benar-benar minta maaf. Dan aku bersumpah bukan aku, aku -aku tidak pernah melakukannya."

Segera saja Wonwoo berusaha menenangkan Mingyu, memeluknya yang mana malah membuat Mingyu menangis. Sesenggukan tercipta setelahnya.

Untuk pertama kali, sang alpha yang selalu menjadi dominan itu berlaku lemah di depan mata Wonwoo. Begitu rapuh hingga rasanya beta Jeon itu tak mampu berkata-kata.

Dia tak tahu apapun. Meskipun terlihat jelas jika ada sesuatu yang tak beres menyerang sepasang mate itu. Namun, Wonwoo tak ingin bertanya, ia ingin Mingyu sendiri yang menjelaskan. Menjabarkan secara rinci apa yang telah terjadi.

Maka, ia pun membiarkan air mata Mingyu untuk tetap mengalir, membiarkan kemejanya basah hingga alphanya merasa lega. Menunda keingintahuannya sampai Mingyu tenang.

"Tidak apa Mingyu, katakan setelah kau siap."

.

.

.

.

.

Tbc
.

.

.

.

.

Ada apa lagi sama mereka. Satu drama selesai muncul drama lain yang bikin sesek hati. Hohohoho

Aku datang setelah beberapa hari ga update. Chap kemaren jelek kah? Maaf ya kalo ga bagus dan menurunkan ekspektasi kalian (sambil liatin vote yg menurun)

Aku harap chap ini bisa bikin kalian seneng lagi. Dan kalian bisa vote dan comment yang banyak di chap ini hehehe.

Terima kasih buat semua pembaca. Jangan lupa vote dan comment lagi ya buat support aku. See ya

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang