Teman Lama

6.4K 1K 88
                                    

Genggaman itu masih terasa erat sejak 10 menit lalu. Tentu saja Mingyu khawatir sebab Wonwoo tidak pernah terlihat setegang ini sebelumnya. Ia ingin bertanya, namun sosok di depan mereka membuat dia canggung untuk melakukan itu.

Pada akhirnya Mingyu hanya diam, sesekali menanggapi didalam pembicaraan dua orang teman lama yang Mingyu tidak ketahui asal usulnya itu.

Mereka telah berpindah ke sebuah kafe yang tadinya hendak Mingyu sambangi untuk sekedar membeli kopi dan pergi. Namun, nyatanya mereka bertiga malah berakhir untuk duduk-duduk disana dengan satu anak kecil berumur sekitar 3 tahun yang terus berlari-larian.

"Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu disini, Wonwoo." Sosok itu mengesap amerikano tanpa esnya sembari mengikuti pergerakan si kecil. Tangan Wonwoo menegang kembali. Meskipun raut wajahnya terlihat setenang biasanya, sesungguhnya dia begitu gugup sekarang.

"Aku juga terkejut bisa bertemu denganmu di kota yang besar dan luas ini, Seungcheol-hyung."

Ya, benar Choi Seungcheol. Pemuda beruntung yang telah menikah dengan seorang omega suci beberapa tahun silam. Tentu saja Wonwoo terkejut, malah terkesan takut manakala sosok teman mainnya dimasa lalu itu memanggil namanya saat berada di toko buku. Khawatir jika dia juga bertemu Hong Jisoo disana.

Tapi mungkin Tuhan sedang baik padanya, tak ada sosok Hong Jisoo, hanya ada sosok perempuan kecil duplikat ibunya yang tengah berlarian saat ini. Choi Yena.

Selanjutnya terjadi berbincangan sederhana antara mereka. Bertanya kabar, berkenalan dengan Mingyu dan tak lupa membahas Hong Jisoo. Tidak begitu banyak yang mereka bahas tentang sosok itu, Wonwoo bahkan berusaha untuk meminimalisis topik mengenai Jisoo sebisa mungkin.

"Jadi kalian sepasang mate?" Wonwoo dan Mingyu seketika saling berpandangan. Munculah guratan merah di kedua pipi mereka.

"K-kami hanya dekat," ujar Wonwoo cepat, yang dibalas tatapan tidak percaya dari Mingyu.

"Ah begitu. Aku berharap kalian benar takdir Tuhan. Kalian terlihat cocok."

Kali ini Mingyu terlihat percaya diri. "Terima Kasih, Hyung."

"Appa! Ayo pulang, Yena rindu Eomma." Perempuan kecil bernama Yena itu memeluk Seungcheol erat. Dan sang ayah pun akhirnya pamit kepada sepasang calon mate dihadapannya.

"Mampirlah kapan-kapan, Wonwoo-ya." Hingga sosoknya pun hilang dibalik pintu kafe.

Wonwoo bernafas lega, tangannya yang sedari tadi bertautan dengan Mingyu mengendur. Namun, tidak sempat terlepas karena Mingyu kembali menggenggamnya. Membuat sang beta terkesiap.

"Siapa dia, Jeon?"

.

Wonwoo berusaha untuk berterus-terang. Meskipun, sepanjang jalan pulang tadi dia hanya diam dan melamun. Mingyu merasa sudah memberi banyak waktu kepada sang beta untuk berpikir dan diapun akhirnya mendesak Wonwoo untuk bicara ketika mereka sampai di asrama.

"Kau baik-baik saja?" Mingyu bertanya sembari memberi pelukan hangat yang entah sejak kapan menjadi obat penenang paling ampuh bagi Wonwoo. Kepala itu mengangguk lemah, membalas perlakuan sang alpha yang terasa manis itu. "Jadi?"

"Jadi?" Wonwoo mendongak pura-pura tidak mengerti.

"Tidak ingin bercerita?" Jika bukan karena penasaran, Mingyu tak akan memaksa Wonwoo seperti ini. Dia hanya takut, takut jika Seungcheol adalah sosok istimewa di masa lalu.

Jujur saja, dia sebenarnya sedikit cemburu selama beberapa jam lalu. Apalagi setelah menilik perilaku Wonwoo yang cukup aneh tadi.

"Jika aku tidak ingin apa kau akan memaksaku?"

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang