Pemancing Mate

7.3K 1.1K 86
                                    

Pukulan Wonwoo memang tak pernah sekalipun absen saat dua anak adam itu bertemu. Meskipun sering kali menjadi korban, Mingyu tak pernah membalas perlakuan kasar Wonwoo. Malah sang alpha menikmati momen-momen kecil di setiap kesempatannya bersama Wonwoo.

Seperti sekarang, dia membiarkan Wonwoo menendangnya. Kepalanya sudah sekali terantuk pintu kayu jati di belakang tubuhnya. Tentu saja dia meringis, namun seringai lebih ingin ia tunjukan pada sosok manis di depannya.

Mingyu terkekeh setelah melihat Wonwoo terduduk dilantai pasca mengamuk. Wajah beta itu menunduk. Ada setitik rasa bersalah yang menggerayaki Mingyu, apalagi setelah melihat badan Wonwoo yang bergetar.

"Wonwoo, apa aku berlebihan?" Wonwoo menepis tangan Mingyu yang hendak menyentuh pundaknya. Mengusap wajahnya yang Mingyu yakini telah ada jejak air mata disana.

"Kau pergilah, dan ingat janjimu untuk tidak mengangguku lagi." Wonwoo pun berlalu setelah mengatakan kalimat penuh kebencian itu tanpa menatap Mingyu.

.

Ibunya menghubunginya lagi. Bertanya mengenai pemancing mate yang tiba-tiba bergerak. Jujur saja Mingyu benci ini. Meskipun dia anak sulung, tapi menurutnya dia berhak menentukan kapan dia akan mulai mencari mate-nya sendiri. Dan dia juga berasumsi bahwa mate-nya akan datang sendiri tanpa perlu dia kejar. Rencana Tuhan adalah yang terbaik, dan dia percaya dia tak akan menyesal untuk mengikuti-Nya.

Namun keluarganya adalah keluarga tidak sabaran. Setelah gagal mendapatkan omega suci selama 3 tahun berturut-turut, mereka akhirnya mengambil alternatif lain.

Memakai pemacing mate. Sesepuh yang seperti orang pintar itu memberi keluarga Mingyu benda yang sering disebut sebagai keputusasaan. Dalam kasus Mingyu sendiri berganti menjadi ketidaksabaran.

Mingyu adalah alpha muda, usianya bahkan belum menginjak 20 tahun. Akan tetapi, rengekan ibunya yang tidak sabaran itu, seolah-olah menganggap Mingyu sudah berumur lebih dari 30 tahun.

"Mingyu, pemancingnya bergerak."

"Eomma, maaf mengecewakanmu tapi calon mate-ku menolak, hari ini dia mengetahui perbuatanku." Mingyu menjawab setelah menghela nafas panjang, terbesit dalam pikirannya untuk menghancurkan benda laknat ditangannya.

"Astaga, bahkan ini baru beberapa minggu sebelum tanda di lengannyanya terbentuk. Bagaimana kau bisa gagal Kim?!" Lagi-lagi omelan yang Mingyu dapatkan.

"Eomma, sudahlah biarkan mate-ku yang asli datang sesuai waktunya, lagipula dia beta. Dia tak akan menghasilkan keturunan nanti." Mingyu berujar lirih di akhir kalimatnya. Ibunya mendadak berhenti bicara.

"Mingyu, tapi kau pernah bilang dia memiliki bau bukan? Beta tidak..."

"Eomma benar, aku juga sedikit heran mengapa baunya begitu memabukanku." Kali ini Mingyu tersenyum mengingat aroma feromon Wonwoo yang luar biasa. Apalagi ditambah hanya dia yang bisa merasakannya.

Terdengar intim dan istimewa. Mengingatnya saja sudah membuat Mingyu bahagia.

.

Sesuai janji Mingyu, sang alpha tak sekalipun menganggu beta yang tengah sibuk mengecat gambar pohon di atas kertas putih bersama dua orang lain. Alpha itu hanya memperhatikan wajah serius Wonwoo dari jauh. Memperhatikan jari kurus yang menggenggam kuas cat, yang sesekali bergerak untuk membenarkan letak kacamatanya yang melorot. Tentu saja Mingyu tak merasa cukup, namun dia perlu menahannya, menahan diri agar tak mendekat dan menyentuh wajah manis itu.

Dilain pihak, Wonwoo terlihat senang dengan hasil karyanya. Tidak istimewa memang, apalagi jika tanganmu sebenarnya tidak memiliki keahlian dibidang melukis. Namun, dia sudah merasa senang. Paling tidak, dia bisa meringankan sedikit pekerjaan teman-teman seninya.

"Mingyu, bisakah kau membantuku sebentar?" Jelas-jelas bukan nama Wonwoo yang dipanggil, tapi entah bagaimana Wonwoo ikut menolehkan wajahnya. Wonwoo tanpa sadar mengikuti pergerakan Mingyu yang mendekat kearah seorang gadis. Memperhatikan mereka saling tertawa entah sedang mengobrol apa.

Tak lama Wonwoo sadar, dan jantungnya mendadak berdetak kencang seperti habis ketahuan melakukan sesuatu yang tercela. Dalam hati berharap perbuatannya tadi tak disadari sang alpha.

Bisa malu dia.

Wonwoo memutuskan untuk izin ke kamar mandi. Dia rasa dia butuh membasuh wajahnya agak lebih segar. Dia berjalan ke toilet pria sendirian, membasuh muka dalam keheningan toilet dengan kaca besar dan aliran air yang menggema di ruangan berisi bilik itu.

Tak lama sesorang datang. Wonwoo tak begitu terkejut ketika melihat seseorang datang melalui kaca di depannya.

Siapa lagi kalau bukan Kim Mingyu. Kali ini tidak ada seringai menyebalkan, atau senyum jenaka ketika melihat Wonwoo kesal. Hanya ada wajah serius disana.

"Maafkan aku," Mingyu tiba-tiba berucap. Sang alpha seketika mengambil tempat di sebelah Wonwoo. Lalu menyalakan air dan mencuci tangannya sebelum kembali berbicara. "Maaf, karena aku tidak bisa memegang janjiku. Aku tidak bisa untuk keluar dari hidupmu, Wonwoo."

Tatapan mereka bertemu. Begitu dramatis, segalanya berubah menjadi lebih lamban ketika dua pasang netra itu bertemu dan menyelami pandangan masing-masing.

"Anggap aku lancang, hanya saja alpha ini tidak bisa berhenti memikirkanmu sejak pertama kali bertemu."

.

Entah bagaimana bibir keduanya akhirnya bisa bertemu dan menyesapi rasa bibir masing-masing. Manik kecoklatan sang beta perlahan menutup sejalan dengan aroma cendana yang begitu memabukkan mencoba memasuki indra penciumannya. Wonwoo tak bisa berpikir, tangannya bahkan sudah meremas bagian depan kaos milik Mingyu yang mendorongnya ke pojok wastafel tanpa ia sadari. Membiarkan dirinya meresapi wangi asing yang menenangkan batinnya, yang membuatnya lupa akan dunia dan tentu saja sosok Kim Mingyu yang ia benci.

Sang alpha sebisa mungkin berusaha untuk menguasai dirinya, membuatnya tetap sadar disamping feromon partner betanya yang seperti berkobar setelah bibir mereka berpagutan selama beberapa saat. Bahkan Mingyu menahan dirinya ketika desahan Wonwoo mulai keluar di sela-sela ciuman panas mereka.

"Eunghh..."

Dan saat itulah mata kecoklatan Wonwoo terbuka. Terbelalak sebelum tangannya melayang untuk menampar Mingyu.

Plak

"Ouch!" Mingyu mengaduh dan Wonwoo berlari keluar. Melarikan diri sejauh mungkin dari sang alpha.

Sang beta berulang kali mengumpat seraya berlari menuju kamar asramanya. Menyudahi acara klubnya tanpa izin sang ketua.

"Tadi itu apa?"

.
.
.
.
.

Tbc/end?
.
.
.

Thanks karena udah pada bilang suka cerita ini, jujur aku sempet mau hapus ceritanya karena agak bingung kenapa tiba-tiba peminatnya menurun padahal di chap sebelumnya banyak yg vote.

Sesungguhnya aku ga mau jadi penulis yg terlalu menginginkan vote, tapi pas liat votenya turun (pas itu bahkan aku ngerasa cuma ada 10 yg vote dan harusnya aku bersyukur) itu bikin aku ga mood nulis work ini, padahal awalnya aku semangat banget bikin cerita ini.

Maaf malah jadi curhat ga penting ke kalian. Dan makasih sudah baca workku. Aku update cepet karena seneng liat komen kalian. THANK YOU 😄😍😙

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang