Klimaks

8K 949 111
                                    

Pada akhirnya mereka duduk bersisian. Mingyu menekuk lututnya dalam, lantas membiarkan kepalanya tenggalam disana. Begitu sulit untuk sekadar menjelaskan beberapa kata pemicu yang mungkin akan menghancurkan hubungannya bersama sang mate.

Sedangkan Wonwoo berusaha bersabar. Disamping sang alpha dia hanya berani melirik meski rasa penasaran terus menelusup diantara relung hatinya. Ia bisa saja memeriksa berita kampus di dalam ponsel pintarnya, lalu mencari nama Mingyu.

Pasti tidak akan sulit, terlebih berita sang alpha sepertinya merupakan click bait yang sangat menggiurkan bagi jurnalis kampus.
Namun, Wonwoo tidak melakukannya. Dia lebih memilih menunggu. Karena ia percaya pada alphanya.

Mingyu tak mungkin berbohong padanya.

"Setelah ini apa kau akan meninggalkanku?" Mingyu mengalihkan wajahnya, memperlihatkan mata sembab dengan jejak air mata di pipi. Entah mengapa Wonwoo sedikit benci situasi ini.

Terlalu terbiasa dengan Mingyu yang ceria, sehingga jika alphanya sedih terasa begitu asing dan Wonwoo merasa aneh.

"Aku akan mempertimbangkannya. Karena itu jangan berani berbohong." Mungkin sekarang saatnya Wonwoo untuk menjadi pihak penguat. Selama ini dia selalu menjadi pihak yang membutuhkan uluran tangan, dan selalu, Mingyu selalu memberikan segalanya tanpa pamrih.

Sebagai balas budi, maka usapan ringan pun ia layangkan perlahan. Tak ingin mendesak, bahkan ketika ia merasa punggung alphanya itu kembali bergetar.

"Dia bilang aku menghamilinya."

Sesungguhnya Wonwoo tak perlu terkejut. Dia telah menduganya saat Mingyu berkata dia tak melakukannya berulang kali. Akan tetapi tetap saja, rasanya sakit sekali. Begitu mendengar kalimat itu, Wonwoo seperti mendapat hujaman bertubi dari sebilah pisau. "Aku tidak yakin, namun aku terakhir kali bertemu dengannya sekitar 3 bulan lalu -dihari yang sama ketika kau menginap untuk pertama kali."

"Dan kau melakukannya hari itu?"

"Tidak, aku yakin aku tidak melakukannya. Saat bangun, apa aku terlihat habis mabuk berat hyung? Kau tahu persis bagaimana aku bangun pagi itu, kau mendorongku dan membuatku jatuh dari tempat tidur."

Penjelasan Mingyu terdengar menggebu-gebu. Bahkan Wonwoo hanya bisa terdiam. Dia menahan rasa janggal yang hinggap di ujung kerongkongannya. Melontarkannya kemudian setelah beberapa puluh detik berlalu.

"Kau mungkin tidak ingat Mingyu," terka Wonwoo lagi yang mana menghasilkan wajah ketakutan dari Mingyu.

Sebab betanya tidak percaya kepadanya.

"Hyung-"

"Dengarkan aku sebentar. Ini hanya asumsi dan aku tidak marah. Aku tengah berusaha membantumu," jelas sang beta tenang.

Tangan alpha yang lemas itu Wonwoo genggam perlahan. Ia berharap perasaan tulusnya dapat tersampaikan dengan baik. Sungguh, meski dia merasa sakit hati, dia tetap ingin menolong Mingyu.

Tidak apa jika ia harus merelakan sesuatu, tidak apa jika cintanya harus pergi -lagi. Kesakitan ini tak lebih buruk dari dibohongi oleh seseorang. Dan disini, Mingyu tengah berusaha jujur padanya.

"Alpha itu istimewa, mereka memiliki daya tahan yang paling baik dari semua golongan. Pun ketika kau merasa sakit. Hal itu akan sembuh lebih cepat berkali lipat dari kaumku atau omega."

Mingyu seksama memperhatikan, dan penjelasan Wonwoo sangat masuk akal hingga membuatnya takut.

"Kau mungkin tak sadar seseorang memanfaatkanmu malam itu, nyatanya kau bahkan tidak sadar jika tertidur disampingku, benar?"

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang