Tanda

7.4K 1K 210
                                    

Terus menunggu. Alpha Kim itu mendudukan diri di lantai sembari mengusap pelan dahi basah Wonwoo menggunakan satu tangannya. Rasa gelisah menyerang Mingyu begitu brutal, apalagi menilik fakta bahwa sudah satu jam lebih kesakitan Wonwoo tidak menurun sama sekali.

Mata rubah itu terbuka, berusaha fokus melihat Mingyu yang masih saja menungguinya. Sedikit mengatur napasnya agar lebih stabil, tentu dengan banyak usaha sebab Wonwoo benar-benar kesakitan sekarang, rasa terbakar itu masih tetap ada meski sudah berangsur-angsur membaik.

"M-ming..." Dengan wajah kesakitan itu Wonwoo berusaha berbicara. Inginnya membuat Mingyu lebih tenang sebab dia tahu Mingyu lebih tegang dibanding dirinya.

"Katakan pelan-pelan, kau ingin sesuatu?"

Kepala Wonwoo menggeleng pelan. "T-tetaplah disini... j-jangan pergi."

"Tidak akan, aku akan menunggumu sampai dia terbentuk sempurna," ungkap Mingyu sembari mengecup pelan pergelangan milik Wonwoo, yang entah mengapa sedikit membuat sakit di tangan itu mereda.

"B-bagaimana jika k-kita... kita tidak b-bersama?"

Keduanya hening, sang alpha sesungguhnya sedang menahan semua perasaannya, perasaan gundah yang terus merasukinya. Lalu mencoba tersenyum. Paling tidak bisa membuat hati Wonwoo membaik. "Itu bagus bukan? Aku tidak akan masuk ke dalam hidupmu lagi."

"Itu tidak benar... akh." Wonwoo menyerngitkan dahi sebentar, dia benci rasa sakit yang tiba-tiba seperti ini. "Kau...jangan pernah berpikir untuk menghilang dari hidupku."

Suara lirih itu sukses memperlebar senyum sang alpha. Melambungkan harapannya lebih dan lebih lagi.

"P-pegang janjimu, untuk selalu memilihku."

.

Kaki Wonwoo kembali menapaki tanah setelah Mingyu tidak membiarkannya berjalan sendiri untuk naik menuju kamar asrama sang alpha. Beberapa jam lalu, Mingyu memang meminjam kamar temannya untuk mengistirahatkan Wonwoo sejenak.

Alpha itu kepalang khawatir, takut jika sang beta malah jatuh karena tidak sadarkan diri ketika mereka berusaha naik untuk mencapai kamar Mingyu. Sehingga sang Alpha terpaksa menggedor kamar teman angkatannya untuk sekadar meminjam tempat tidur.

Tangan Wonwoo kemudian terangkat, netra gelapnya menatap goresan timbul yang masih terlihat memerah di pergelangan tangannya.

"Tidak perlu khawatir hyung, dia akan timbul perlahan." Mingyu menyodorkan segelas coklat hangat pada Wonwoo, tersenyum manis. "Apa masih terasa panas?"

Kepala Wonwoo menggeleng perlahan, meminum sedikit minuman coklat hangat di  antara telapak tangannya. "Apa akan ada rasa sakit tambahan setelah ini?"

"Tidak, dia seperti luka bakar. Memerah lalu berangsur-angsur menggelap. Namun tidak bisa hilang."

Hening.

Mingyu hampir saja beranjak dari tempatnya berdiri sebelum Wonwoo tiba-tiba berbicara kembali.

"Mingyu -soal tadi." Cangkir itu Wonwoo letakkan di atas nakas, lalu tangannya memeluk Mingyu dari belakang. Menyembunyikan wajahnya pada punggung sang alpha. "Aku serius, jadi..."

Dengan rasa malu yang memuncak, sang beta mengutarakan keinginannya. Menepis rasa gengsinya yang biasanya lebih menguasai.

Segera saja Mingyu berbalik, menatap lamat-lamat beta di hadapannya. Meraih pipi menggemaskan yang sedikit memerah malu. Lantas mengusapnya perlahan.

"Tentu, aku akan selalu memilihmu." Senyuman itu terbit di bibir keduanya. Semakin gemas, manakala Wonwoo terlihat mengalihkan wajahnya. "Jangan menjadi menggemaskan, hyung. Aku jadi ingin menyerangmu."

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang