Entitas

7.2K 1K 22
                                    

Sekitar pukul satu siang, Wonwoo kembali ke kamar Soonyoung sedikit tergesa. Pasalnya Mingyu sudah menunggu di depan pintu kamar asrama sejak 5 menit lalu.
Bodohnya, tadi malam Mingyu pergi keluar, dan kembali tanpa kunci di tangan. Tidak ingin ambil pusing, alpha itu berkata jika kunci asrama menghilang, dan untuk hari ini dia harus berbagi kunci dengan Wonwoo.

Sepanjang jalan, Wonwoo beberapa kali menyeka keringatnya yang bercucuran ke pipi. Agaknya merasa sedikit aneh mengapa musim semi sekarang ini terasa seperti musim panas yang seharusnya datang beberapa bulan lagi.

"Tidak usah tergesa-gesa. Aku sabar menunggumu." Wonwoo menutup panggilan telepon dari Mingyu setibanya Wonwoo di lorong deretan asrama miliknya. Dia mendongak melihat Mingyu yang melambai dari lantai 3 asrama yang saat ini ia jadikan sebagai tempat pengungsian. Mingyu tersenyum, kemudian berbalik setelah yakin jika Wonwoo melihatnya. Badannya tak terlihat lagi dari pandangan si beta. Langkah Wonwoo yang sempat terhenti, ia teruskan menuju tempat tujuan.

Naik tangga adalah hal berat yang cukup sering membuat Wonwoo mengumpat dalam hati. Namun, hari itu, ketika Wonwoo  sampai dan mendekati pintu kamar Soonyoung, Wonwoo hampir mengumpat karena terkejut, langkah sepatunya terhenti, mata rubahnya membola sebentar sebelum sadar dan hendak pergi dari tempat itu.

"Wonwoo!"

Mingyu memanggil cukup keras, menciptakan gema di lorong yang saat itu sedang sepi.

"O-oh? Aku akan kembali nanti." Wonwoo menjawab terbata karena canggung setelah melihat adegan yang beberapa detik lalu terjadi.

"Masuklah dulu, aku ingin bicara denganmu sebentar."

Wonwoo hanya mengangguk seraya berjalan dan membuka pintu asrama secepat yang ia bisa. Mengabaikan dua manusia yang terus memperhatikan setiap jengkal pergeraknya. Wonwoo menutup pintu sembari membuang nafasnya, cukup lega meski dia masih bisa mendengar percakapan dari luar.

"Jadi dia alasanmu menolakku, Oppa?"

Suara yang mirip teriakan itu mengejutkan Wonwoo yang saat itu terduduk untuk beristirahat sebentar di samping rak sepatu.

"Dia bahkan baru beberapa hari datang ke kamar ini karena Soonyoung. Tapi kau bisa berasumsi sesukamu." Kali ini suara Mingyu yang menjawab dengan nada tak acuh.

"Alasanmu tidak cukup kuat untuk meninggalkanku, kau bisa mengabaikan tanda itu, seperti aku mengabaikan tanda milikku. Kita bisa hidup bahagia bersama."

"Perjalanan kita sudah selesai, tidak ada kisah lebih lanjut tentang masa lalu kita. Jadi sekarang pergilah, kembali ke kampusmu."

"Aku tidak akan menyerah."

"Ya~ terserah kau saja."

Setelah kalimat terakhir, pintu dibuka oleh Mingyu yang menatap heran Wonwoo. Beta itu masih duduk di samping rak sepatu, kali ini dengan sebotol air mineral ditangan.

"Kau pasti dengar semuanya, maafkan aku melibatkanmu." Wonwoo tak menjawab. Tangannya malah terjulur, menawari Mingyu minum.

"Sepertinya kau butuh sesuatu yang segar." Mingyu terkekeh mendengar ucapan Wonwoo. Dirinya kemudian menenggak habis isi botol itu sampai tandas.

"Mendengar teriakan wanita di tengah hari yang panas ini cukup membuat sakit kepala. Kuharap itu yang terakhir."

"Tapi dia bilang tidak akan menyerah."

"Kau benar, sepertinya aku akan menghubungi orang tuanya untuk segera menikahkan anak mereka dengan calonnya."

Kali ini giliran Wonwoo yang dibuat tertawa oleh ucapan Mingyu, beta itu bangkit dan mengikuti Mingyu yang berjalan masuk untuk berbaring di ranjangnya sendiri.

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang