Rekayasa

12.9K 1K 137
                                    

Tubuh Wonwoo berdiri tegak, netranya pun segera fokus manakala pintu kayu berderit itu terbuka menampilkan sepasang makhluk Tuhan. Mereka berjalan bersisian, raut gugup begitu terlukis meski pakaian indah yang membalut tubuh terlihat lebih memikat untuk dilihat oleh khalayak.

Nafas Wonwoo tercekak, betapa serasinya dua orang yang tengah berjalan pelan ke altar itu. Setiap langkah mereka sukses membuat darah Wonwoo berdesir, gugup dan berdebar. Ia pun tanpa sadar menggigit bibir ketika pupilnya semakin berair menahan tangis.

Namun, tak lama netra Wonwoo teralihkan. Kali ini, ia memandang tangannya yang digenggam tiba-tiba oleh seseorang. Untuk beberapa saat pandangan mereka bertemu.

"Kau lebih terlihat gugup dari mereka." Senyuman nyata itu terpancar, mengalirkan rasa lega yang kentara dari wajah Wonwoo. Serta-merta genggamannya mengerat, berperilaku posesif pada orang di sebelahnya. "Apa lebih baik kita menyusul juga, Beta?"

"Tentu, tapi nanti ketika kau dan aku siap."

"Memang kau tidak siap sekarang?"

Wonwoo berdehem pelan. Lantas kembali menatap altar memandang dua teman baiknya mengucap lantang janji suci mereka. "Membina rumah tangga itu tidak mudah, Alpha. Tunggu sebentar lagi."

"Menunggu bersamamu selalu terasa menyenangkan. Jadi aku akan bersabar."

.

Semua berakhir, masalah yang lalu telah mencapai epilognya berkat bantuan Tuhan. Tidak ada lagi kesakitan sekarang -Wonwoo berharap demikian.

Setelah permainan yang dibuat Jisoo berakhir, setelah janin itu terbukti hanya rekayasa, hati Wonwoo terasa begitu ringan.

"Aku tidak tahu apa alibi kalian berbohong. Nyatanya bayi itu tidak pernah ada. Kalian menipuku!"

Mingyu dengan lantang berteriak di lorong rumah sakit, tak mempedulikan sekitar yang tak sepantasnya menimbulkan keributan. Lengan besar itu mendekap betanya erat, kemarahan terpancar jelas dan ditujukan kepada keluarga Sohee yang seketika terhenyak takut.

"Setelah ini kumohon jangan ikut campur urusanku dengan Wonwoo. Jisoo-ssi, menyerahlah. Wonwoo bukan milik Anda, mengertilah."

Tak ada pembicaraan lain setelahnya, bahkan permohonan maaf Seungcheol tak membuat Wonwoo tergerak. Hatinya terasa hancur ketika pengkhianatan itu terbongkar. Sang beta pula tak menghiraukan Jisoo yang tiba-tiba berteriak kesetanan. Pasangan mate beta-alpha itu memilih undur diri meski terlihat jelas masalah mereka belum bersih benar.

Dan sejak itu, mereka berusaha hidup lebih baik lagi. Menjalani peran sebagai pasangan mate yang lebih pengertian satu sama lain dan juga tidak gegabah.

Hingga sebuah undangan pernikahan dari teman baik mereka sampai di tangan masing-masing. Soonyoung dan Jihoon, akhirnya mereka memutuskan menikah setelah menghilang berbulan-bulan. Perut datar Jihoon telah sedikit berubah, sebab malaikat kecil disana telah bertumbuh dan memaksa sang omega untuk sedikit melonggarkan celana tuxedonya di hari pernikahan.

"Aku menunggu undanganmu." Sang omega menggoda Wonwoo yang sukses memunculkan rona merah dipipi. Sebuah doa yang sebenarnya ingin sang beta segera wujudkan. Hanya saja, ia ingin semuanya berjalan sesuai rencana untuk kelangsungan masa depannya.

"Aku akan menyusulmu nanti Jihoon. Aku tak ingin terburu-buru." Wonwoo menjawab seraya mengusap pelan perut Jihoon, memberi si jabang bayi doa-doa indah.

"Kau benar, santai saja jangan seperti orang disebelahku," ujar Jihoon sembati melirik Soonyoung yang telah sah menjadi pasangan hidupnya.

"Jangan menyindirku sayang, kau tahu aku begitu mencintaimu?" Jihoon hanya mengangguk-angguk tak ingin berdebat. Lalu menatap Mingyu yang sejak tadi diam.

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang