Fatal

7.1K 969 122
                                    

Rasanya Soonyoung ingin mematahkan tangannya. Seketika dia merasa tangannya bergetar hebat. Pipi Jihoon telah memerah, membentuk telapak tangan sang alpha yang baru saja menamparnya.

Perih dan panas terasa menjalar. Bahkan Jihoon menunduk, mencoba menfokuskan pandangannya kembali yang sempat memburam.

"J-jihoon...." Soonyoung bergumam. Terkejut sekaligus merasa kebingungan akan aksinya sendiri. Ingin rasanya menjauhkan diri dari omeganya yang telah berhenti menangis. Jika bisa dia malah ingin melarikan diri dari sana.

Namun, langkahnya terhenti saat Jihoon menjatuhkan tubuhnya. Berlutut memohon ampun. "S-soonyoung, m-maaf a-aku tidak bermaksud-"

Dengan terbata-bata sang omega mengutarakan maksudnya. Meminta maaf atas ucapan buruknya yang pasti telah menghancurkan hati pasangannya.

Soonyoung menghela nafas, tubuhnya ikut berjongkok di depan Jihoon. Meraih kepala pirang omeganya sembari mengusapnya sayang. "Aku akan memanggil Wonwoo. Kau  istirahatlah lagi Jihoon-ie."

Seharusnya Soonyoung berteriak padanya, namun lelaki itu malah memilih keluar kamar. Meninggalkan Jihoon sendirian di atas lantai kamar asramanya dengan sejuta penyesalan.

.

"Soonyoung menyuruhmu kembali," ujar Mingyu sembari menyisir surai lembut Wonwoo yang baru saja selesai mandi. Masih saja gemas akan betanya yang bahkan tidak banyak bergerak, dia hanya berkedip-kedip pelan yang mana terlihat begitu polos di mata Mingyu. Bertambah manis setelah sang beta tenggelam dalam balutan sweater oversize milik alphanya.

"Mengapa? Apa Jihoon mengamuk lagi?" Ucapan Wonwoo membuat Mingyu menarik pelan pipi betanya yang terlihat menggembung lucu. "Berhenti menarik pipiku, Mingyu."

"Habis, hyung menggemaskan sekali," ujar Mingyu santai.

"Aku lebih tua darimu, mohon diingat."

"Baiklah Yang Mulia, akan hamba ingat nanti." Kesal, Wonwoo pun menendang betis Mingyu tanpa ampun. "Ya Tuhan, hyung. Itu sakit."

Sang beta melengos tidak peduli. Lebih memilih mengambil barang-barangnya untuk bersiap pulang menemui Jihoon. Dengan langkah sedikit terseok-seok, ia melewati Mingyu yang masih saja menertawakan dirinya.

"Mingyu-ssi, jika kau tertawa terus. Aku jamin kau tidak akan bisa melihatku selama seminggu."

Seketika tawa itu terhenti, Mingyu buru-buru mendekat pada betanya yang tengah memasang sepatu di depan pintu masuk.

"Baiklah, aku berhenti. Jangan marah okay?" Wonwoo diam, tak ingin menanggapi. Bahkan ketika alphanya mengambil alih pekerjaannya yaitu mengikat sepatu dan membukakannya pintu. "Kabari aku jika sudah sampai."

"Iya, alpha berisik." Mingyu mengulum senyumnya. Lantas mencuri satu ciuman perpisahan di sudut bibir Wonwoo. Yang mana malah ditanggapin dengan lumatan oleh sang beta. "Sampai jumpa besok."

"Bye, betaku. Jangan lupa memimpikan aku nanti malam," ujar Mingyu ketika Wonwoo sudah mulai menjauh dan hampir menghilang di ujung tangga.

"Tidak akan!"

.

Sesampainya Wonwoo di kamar asramanya sendiri, dia sudah tak menemukan keberadaan Soonyoung dimanapun. Dirinya hanya menemukan Jihoon yang tengah menangis sesenggukan dibalik selimut. Bahkan sepertinya tidak sadar akan keberadaan Wonwoo yang mendekat dan memeluknya.

"Soonyoung..." gumam sang omega putus asa. Mungkin dia sedang tidak fokus, Jihoon seperti lupa jika dia tengah dipeluk oleh Wonwoo yang notabene seorang beta yang mana tak punya feromon sekuat alpha atau omega.

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang