Terlalu Cepat

7.4K 1K 69
                                    

Mingyu menyandarkan punggungnya berbatas bantal. Dibantu Wonwoo, alpha itu berusaha duduk untuk makan. Beta yang baru semalam ia kenal itu dengan telaten menyiapkan sarapan untuknya. Semangkuk sup kimchi ditemani nasi yang uapnya mengepul diudara.

Wonwoo mendudukan diri di seberangnya setelah selesai membantunya tanpa bicara. Pendiam sekali, Mingyu jadi sedikit ragu untuk memulai pembicaraan agar udara disekitarnya tidak canggung. Namun, pada akhirnya dia memilih menfokuskan diri dan memulai menyantap sarapan yang Wonwoo beli di kantin asrama.

Sebaliknya, Wonwoo tengah sibuk berpikir. Merenung tentang ucapan Mingyu pagi tadi ketika hendak menuju toilet.

Parfum?

Wonwoo sangat yakin dia tak memakainya sebelum ataupun sesudah bangun tidur. Cukup aneh, sebab dia bukan seorang omega yang bisa memancarkan wangi feromon mereka. Beta tak punya bau dan tidak dapat menbauinya layaknya omega dan alpha yang dapat mencium bau masing-masing. Tanda mate yang terasa membakar itu adalah satu-satunya cara bagi beta untuk mengetahui keberadaan mate-nya sendiri . Tidak mungkin 'kan Wonwoo berubah menjadi seorang omega setelah 3 tahun tes itu muncul. Dia juga tidak pernah heat.

Sebenarnya Wonwoo tidak ingin berpikir sejauh itu. Perkataan Mingyu mungkin hanya sedikit kekacauan dari otaknya yang belum stabil sesudah bangun tidur.

Mereka baru saling bertemu beberapa jam lalu, dan Wonwoo sudah berpikir jauh soal Mingyu yang kemungkinan adalah mate-nya? Omong kosong. Tidak mungkin, bahkan lelaki di depannya terlihat sangat cocok untuk menjadi pemimpin pack keluarga Kim. Omega pasti lebih pantas bersanding dengannya, bukan begitu?

Sang alpha berhenti mengunyah saat mengamati tingkah Wonwoo yang bergerak aneh di depannya. Beta itu, menggeleng sambil mengemut kedua ujung sumpitnya di bibir. Jika Mingyu boleh jujur, beta itu terlihat menggemaskan di matanya. Wonwoo bertingkah layaknya anak kucing di depan mata Mingyu.

"Wonwoo-ssi, kau baik?"

Wonwoo terkesiap, pikirnya kembali sadar. Memandang balik mata Mingyu yang menyiratkan kebingungan.

"Ya." Tangan Wonwoo kembali mengapit sejumpun nasi dan beberapa lauk, memakannya tanpa memandang wajah Mingyu. "Mingyu-ssi, apa kau punya mate?"

●●●

Jemari itu terus bergerak membuka halaman sebuah buku, membaca sekilas halaman itu sebelum menorehkan tinta di atas kertas tanpa garis di buku catatan milik Wonwoo. Perpustakaan adalah tempat pemberhentian terbaik bagi mahasiswa pencari studi literatur. Dan itulah yang sedang Wonwoo lakukan. Mengerjakan tugas ditemani beberapa buku tebal dan seorang teman.

Gerakan jemari itu berhenti, kali ini ia gunakan untuk menyembunyikan wajahnya karena tiba-tiba saja sebuah peristiwa terlintas diantara puluhan ingatannya, muncul seperti angin tak diundang.

"Wonwoo, jika lelah kita bisa menghentikannya." Daniel Kang, mahasiswa teknik itu menatap cemas temannya. Tangannya menyingkirkan buku-buku di depannya agar lebih leluasa melihat Wonwoo yang hanya diam tanpa menjawab.

"Apa kau mencium sesuatu?" Daniel mengangkat alisanya manakala Wonwoo menggerakan kepala dan hanya menperlihatkan sepasang mata rubahnya.

"Disini bau buku tua, dan sesungguhnya aku tidak begitu menyukainya." Daniel memopang tangannya sambil meminum minuman manis yang ia bawa.

"Bagaimana dengan wangi manis bercampur rosemary?"

"Ha?"

"Bau."

"Aku tidak menciumnya, Wonwoo-ya." Wonwoo menghela nafas, mengangkat wajahnya yang terlihat gurat frustasi.

"Aku yakin kau belum melakukan marking dengan sepupuku, iya kan? Kau masih bisa mencium bau orang lain tanpa batas."

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang