Ingkar

5.7K 897 102
                                    

Bukan, seharusnya Wonwoo lah yang berhak mengatur situasi sekarang. Namun, pada kenyataannya Jisoo memberontak dengan caranya sendiri. Wanita itu menyeringai pada sang beta sesaat setelah memasuki taksi dan menyuruh sang supir untuk menuju alamat yang entah mengarah kemana.

"Noona-"

Wonwoo tidak membayangkan bahwa ia malah seperti terkena perangkap. Segala situasi yang ada sekarang berbalik menyudutkan Wonwoo.

"Kau tahu? aku rindu padamu." Jari lentik itu bergerak di atas kancing kemeja yang Wonwoo kenakan, mengusapnya seakan ingin melepas benda kecil itu seketika. "Wangimu tidak berubah Wonwoo-ya, tapi... kurasa itu semakin memikatku."

Kali ini Jisoo melirik sang supir yang ternyata tengah mengamati perbuatan penumpangnya. Melalui kaca di tengah mobil Jisoo membalas lirikan sang supir sinis. Hingga sang supir pun kembali fokus pada jalanan.

"Sekarang jujurlah, kau tidak mungkin beta bukan? Kau alpha! Kau menolak ikut sayembara agar tak menikah denganku, benar?" Bibir Wonwoo memilih diam. Memandang iba pada wanita yang lebih tua darinya itu, membiarkan Jisoo meremas kemejanya hingga kusut. "Jawab Wonwoo! Akui jika kau berbohong."

"Kau adalah wanita pertama yang begitu istimewa dihidupku. Dulu aku ingin sekali menikahimu, aku terus menunggu seperti janji kita. Dan kau tahu betapa kecewanya aku ketika kau menikah dengan Choi Seungcheol? Rasanya seperti dikhianati dan aku berusaha melupakan hal itu." Kali ini tangan Jisoo bergetar hebat, genangan air dipelupuknya telah meluncur dramatis diiringi isakan. "Aku adalah beta, aku sedikit istimewa layaknya dirimu. Seperti yang kau ketahui aku memiliki feromon meski masih dibawah feromon omega. Aku tidak pernah berbohong soal statusku, bahkan aku mengetahui wangi ini melalui mate-ku, Kim Mingyu."

"Tapi kau milikku Wonwoo, kita telah berjanji. Ayo kita menikah seperti apa yang kita rencanakan."

"Mengertilah, takdir membuat kita ingkar, janji itu sudah tidak ada artinya, kita tidak mungkin menikah. Dan akupun sekarang milik Kim Mingyu, bukan kau."

.

Mereka tetap menuju ke alamat yang Jisoo tunjuk. Sebuah apartemen bagi golongan menengah-kebawah di pusat kota menjadi tempat pemberhentian mereka. Keduanya turun dengan Jisoo yang melangkah gontai bersama air matanya.

Tanpa menghiraukan Wonwoo yang berjalan mengikuti, dia terus melangkah dan mengambil arah tangga darurat sebagai pengganti elevator di bagian lobby. Lantas terduduk setelah 10 kali pijakan anak tangga.

Wanita itu menangis keras, sesenggukan dan tampak kacau. Wonwoo tak bisa melakukan apapun, bahkan untuk memberi pelukan pun rasanya sulit. Dia tak ingin menjadi pemberi harapan palsu setelah menyakitinya, menolaknya. Sehingga dia pun hanya sanggup melihat. Mengamati punggung sempit yang bergetar itu dalam diam.

"K-kau bisa pergi, jika kau mau." Jisoo bergumam disela-sela tangisnya. Merasa putus asa dan mungkin memang sudah waktunya ia menyerah soal Wonwoo. Sudah tidak ada artinya lagi semua rencana yang ia buat sampai hari ini. Tolakan Wonwoo adalah kenyataan paling pahit.

Sebab ia kira, perasannya dan Wonwoo tak akan berubah. Ia kira pria itu akan memegang teguh hatinya karena alasan janji. Namun, ternyata Kim Mingyu berhasil mengubur semua angannya bersama Wonwoo.

"Aku tidak bisa pergi."

"Tidakkah kau paham jika kau semakin menyakitiku, Jeon Wonwoo." Wajah Jisoo terangkat. Semakin sakit hati.

"Sepupumu, dia tidak hamil anak Mingyu 'kan?"

Mendengar itu lantas Jisoo pun terkekeh, menghentikan tangisnya seketika. "Kau beta, keluarga Kim tidak akan mendapat keturunan dari kalian berdua. Dan sepupuku datang seperti anugrah bagi mereka."

Sense | MEANIE ABO AU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang