10. Doubt...

2.7K 508 52
                                    

VOTE – FOLLOW – COMMENT
.
VOTE – FOLLOW – COMMENT
.
VOTE – FOLLOW – COMMENT
.
.
.

🌕🌕🌕

Seungwan’s POV

Seungwan

Samar-samar aku mendengar seseorang memanggilku.

Seungwan

Suaranya semakin jelas. Aku pun mengedarkan pandanganku kesegalah arah mengikuti asal suara. Namun tak ada apapun yang kutemukan. Seperti terjebak dalam labarin, yang aku lihat hanyalah dinding-dinding putih polos tak berujung.

Seungwan... Sungwan... Seungwan...

Panggilan itu terdengar dari arah yang berbeda-beda. Terkadang dari arah depanku, tiba-tiba di belakangku dan dalam sekejap di sampingku. Hal ini semakin susah membuatku menemukan si pemanggil namaku.

Kau yakin, kau adalah Luna?....

Pertanyaan itu, pertanyaan yang sering ku tanyakan pada diriku sendiri. Pikiranku berkecambuk meminta jawaban akan pertanyaan itu.

Alpha tidak melihat moonshine pada dirimu...
Kau yakin adalah Luna yang dicarinya?

Hatiku langsung mencelos dan terasa hampa. Aku pun tak yakin pada diriku sendiri. Semakin pertanyaan itu jelas dibenak ku, semakin membuat kepalaku berputar. Tak kuat menahannya, aku terjatuh dan meringkuh kesakitan. Pertanyaan itu semakin terasa memojokkan ku, membuatku semakin merasa bersalah.

Tidak! Tidak! Tidak!

---

“Seungwan.”

“Tidak!”

“Mate.”

“Tidak!”

“Sayang!”

Aku terbangun dari tidurku. Ternyata itu adalah mimpi. Mimpi yang mengerikan, mimpi yang menyakitkan. Aku merasakan kebas di tubuhku akibat keringat ketakutanku bercucuran keluar. Aku pun menyembunyikan wajahku di balik telapak tanganku, mencoba menghilangkan ingatan mimpi buruk itu, hingga aku merasa ada seseorang menepuk pelan pundak ku.

“Sayang, kau mengagetkan ku.”

Aku mengenal suara ini. Aku menurunkan tangan ku dan ingin melihat nya bahwa ini bukan mimpi. Sepasang mata gold menyapa pandangan ku terlebih dahulu. Sorot matanya menunjukkan ke khawatiran akan diriku. Tangannya pun mengelap dahiku yang penuh akan keringat ku.

Aku teringat, terakhir aku tidur bersama Seulgi dan Moora, tetapi setelah ku pandangi disekelilingku, mereka sudah tak ada. Aku pun kembali menatap Suga yang bingung kemana perginya mereka.

“Seulgi dan Moora ada di depan. Mereka khawatir karena kau terus berteriak di dalam tidurmu. Kamu memimpikan apa?” tanya nya lembut.

Aku tak menjawab. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan tidak ingin mengingat mimpi itu. Suara panggilannya mencekam dan terasa mengintimidasi ku. Kata-katanyalah yang membuatku takut, membuatku kalut, membuatku goyah.

Suga sepertinya mengerti akan ke khawatiranku. Dia menarik tubuhku lembut ke dalam pelukannya. Mengelus rambut panjangku yang tergerai dan sesekali mengecup puncak kepala ku dalam. Semua sentuhannya terasa hangat dan nyaman, namun lagi-lagi pertanyaan yang saa terus keluar di dalam benak ku.

Alpha tidak melihat moonshine pada dirimu... Kau yakin adalah Luna yang dicarinya?

Aku pun membalas pelukannya, semakin membenamkan tubuhku, dan memejamkan mataku erat. Telinga ku yang menempel di dadanya dapat mendengar degup jantung Suga dan menjadikannya lantunan penghantar tidurku dan memcoba memulai mimpi baru yang lebih baik.

[✔] MOONLIGHT || WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang