30. WAR : LUNA

1.4K 279 33
                                    

VOTE -- FOLLOW -- COMMENT
.
VOTE -- FOLLOW -- COMMENT
.
VOTE -- FOLLOW -- COMMENT
.
.
.

🌕🌕🌕

Jauh dari gejolak peperangan di medan tempur, seekor serigala berlari secepat kilat menembus hutan belantara. Melompat sana sini dan tak ada satupun yang bisa menghalanginya. Seorang wanita sedang memeluk Luna naik di atas punggungnya.

Langkah kaki sang serigala pun menyusuri tebing tinggi yang curam. Melewati jalan sempit yang hanya berbatasan dengan jurang. Walaupun terlihat sangat bahaya dan menakutkan, baik sang serigala ataupun wanita di atas punggungnya tak gentar sekalipun.

Setelah melewati dan menyebrangi beberapa tebing, akhirnya sang serigala menghentikan langkahnya di depan gerbang sebuah kuil tua.

Kuil tua yang sunyi dan damai. Kabut tebal dan udara dingin menyelimutinya seakan sedang menyembunyikan keberadaannya. Daun daun berserakan, dan pohon pohon kering kerontang, seakan tak ada yang singgah dan merawatnya.

Kuil yang berbeda dengan kuil kuil di south forest. Kuil yang sudah lama tak pernah terjamah oleh sang empunya. Bahkan angin, air, tanahnya seakan tak ingin ikut campur. Mereka hanya menuruti takdir yang dibawa moongoddess.

Udara dingin dan kabut tebal yang menyelimuti kuil itu, tak menghalangi langkah kaki geromobalan makhluk yang baru saja melewati gerbang. Sepasang kaki manusinya dan seekor serigala.

Moora berjalan menaiki anak tangga menuju kuil tetua. Dibelakangnya seekor serigala hitam pekat mengekorinya dengan membawa sang Luna di punggungnya.

Dengan membawa tombak yang berlumuran darah segar sang Luna, kedatangan Moora seakan menjadi tamu istimewah. Udara hangat menghampiri, kabut pun perlahan memudar, diakhiri dengan hembusan angin yang menyapu bersih dedaunan dipelataran kuil tetua.

Terlihatlah sebuah meja batu keabu-abuan yang didepannya terdapat jurang yang curam. Terdapat 5 pilar masing masing di kanan dan kiri membentuk lorong jalan menuju meja batu itu. Terdapat ukiran aksara kuno yang tertulis di pilar tersebut dan hanya kaum seperti Moora yang bisa membacanya.

Mortal adalah kedamaian

Immortal adalah masalah

Alam adalah penyeimbang

Tuhan adalah sang penguasa

Yang salah harus dikembalikan

Moora merapalkan mantra yang tertulis sambil berjalan di antara pilar tersebut untuk menuju meja batu keramat. Seperti sebuah sihir ajaib, api abadi menyela di pilar pilar itu seiring berjalannya Moora yang membawa sang Luna.

Atas bantuan sang Serigala yang sudah berubah wujud dengan he-nya, Moora meletakan sang Luna untuk berbaring di atas meja kuil itu. Ia pun membatu sang Luna untuk menggenggam tombak keramat di atas perutnya. Seakan pemilik kuil telah kembali, seketika itu juga api abadi kembali berkobar mengelilingi meja batu keramat.

"Apa seperti ini caranya?" tanya Tahyung takjub.

"Itulah yang aku baca dari buku keramat leluhur Naya," jawab Moora meyakinkan dirinya.

"Apa kau yakin ini cara yang terbaik?"

"Yang salah harus dikembalikan," Moora mengulangi kalimat mantranya. "Kaum Naya adalah kaum penyihir terkuat yang bisa membalikkan suatu keadaan. Ini adalah kuil leluhur Naya, tugas ku untuk memulangkan Naya ke tempat seharusnya, untuk lebih lanjut biarkan Luna yang mengurusnya."

Jimin mengangguk mengerti. Seperti yang dijelaskan Moora, sang pemilik telah pulang, namun dia yang merasa terancam di dalam tubuh Luna membuat semua anteknya marah.

[✔] MOONLIGHT || WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang