23. I am a Host

1.4K 307 30
                                    

VOTE -- FOLLOW -- COMMENT
.
VOTE -- FOLLOW -- COMMENT
.
VOTE -- FOLLOW -- COMMENT
.
.
.

🌕🌕🌕

Seungwan pov.

*Flashback on...

Tubuh ku terasa mendidih, aliran darah ku mengalir cepat, pikiran ku kosong, tidak ada hal lain yang ku inginkan, kecuali rasa lapar. Aku hanya mengikuti insting ku untuk tersus berjalan entah kemana tanpa alas kaki, tidak peduli dengan kerikil-kerikil tajam yang menusuk kulit kaki ku.

Setelah sampai di tepi danau, langkah ku terhenti. Mata ku memanas saat tatapan ku terpaku melihat seekor rusa yang bersembunyi di balik pohon. Tatapannya memperlihatan ketakutannya akan keberadaan diriku, namun entah mengapa aku tersenyum puas melihatnya.

Aku melangkah semakin mendekatinya, namun rusa itu berlari kabur menghindariku. Aku tidak ingin kalah, aku pun mengejar rusa itu hingga berhasil ku tangkap. Aku pun terkejut dengan diriku sendiri yang bisa berlari dan begitu pandai menangkap rusa yang begitu lincah.

Ku layangkan tanganku ke udara, memperlihatkan kuku tajamku entah sejak kapan tumbuh panjang. Aku menatap lapar leher rusa yang telah terbaring pasrah di hadapanku. Bibirku pun membentuk lengkungan bahagia dengan pemandangan yang mengenaskan ini.

JLEP! JLEP! JLEP!

Ku cabik tubuh rusa tak berdosa itu. Darah segarnya mencuat ke segalah arah. Tanganku penuh akan darahnya. Rintihan suara tangisan rusa itu merusak kesunyian malam yang begitu dingin dan gelap ini.

Ini bukan diriku! – batin ku.

Tubuh ku terasa bergerak sendiri. Aku tidak bisa mengendalikannya. Entah siapa yang merasukiku, seakan ia telah berhasil mengambil alih tubuhku.

Hati ku menangis rasanya seperti tertusuk benda tajam saat melihat rusa itu sedang di ambang kematian, tetapi aku malah tertawa bahagia melihatnya.

Bukan! Ini bukan aku! – teriak ku dalam hati.

Tak ingin berhenti, tangan ku kembali melayang di udara dan bersiap untuk mendarat ke wajah rusa polos itu. Sungguh ini sangat kejam, aku sangat tidak menyukainya, tetapi tanganku bergerak dengan sendirinya dan terjun tepat ke arah wajah rusa itu.

TIDAK!!!!!! – teriak ku yang tak dapat di dengar siapapun.

Buk!

Aku terdiam, tangan ku tiba-tiba menyentuh tanah dan wajah sang rusa selamat dari cakaran ku. Sedikit merasa lega, namun aura panas menjalar kesuluruh tubuhku seakan memprotes akan tindakan ku.

Seklebat bayangan ketika aku berlajar mantra dengan Moora menghampiriku - "luxio sancta, kau bisa menggunakan itu untuk mendatangkan cahaya suci saat terjebak di dalam kegelapan," jelas Moora.

Tangan ku kembali terangkat dengan sendirinya dan kembali bersiap untuk mencabik wajah rusa yang sudah sekarat.

Luxio sancta! – teriak ku dalam hati sebelum kembali menyiksa si rusa.

Dalam sekejap, tiba-tiba hitam, gelap. Aku sedang berdiri di suatu tempat asing, hanya hitam pekat dan tak membentuk ruang, dimana tak ada apapun yang bisa ku lihat, kecuali tubuhku sendiri. Tak ada seorang pun ditempat ini, seakan aku berada di dimensi lain.

"Son Seungwan?"

Aku terpelonjak kaget, tiba-tiba mendengar suara seorang wanita yang memanggil nama ku dari balik punggungku. Aku pun membalikan tubuhku dan menghadap ke arah sumber suara itu berasal.

[✔] MOONLIGHT || WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang