Chapter 5: Luka Lama

1.4K 173 27
                                    

Yoona memberikan sebuah surat yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya ketika kecil dulu. Nayeon terlihat kebingungan setelah menerima surat yang diberikan oleh Yoona.

"Kau hanya tau bahwa orang tua kita meninggal dalam sebuah kecelakaan. Tapi, kau sama sekali tidak tau apa yang sebenarnya terjadi," ucap Yoona dengan hati-hati. Ia bingung harus berkata apa, ia sama sekali tidak mau menyakiti Nayeon karena ucapannya.

Nayeon semakin mengerutkan keningnya, ia semakin dibuat bingung dengan kata-kata yang telah Yoona rangkai sedemikian rupa. "Bisakah unnie mengatakannya dengan lebih spesifik. Aku sama sekali tidak mengerti maksud dari ucapan unnie."

Yoona berdehem, ia sudah siap untuk meneceritakan semuanya dari awal. "Baiklah, aku akan menceritakan semuanya dari awal."

"Dulu setiap liburan musim panas, keluarga kita selalu pergi ke Busan untuk liburan. Disana, kita tinggal dirumah sahabatnya baiknya appa." Yoona mulai bercerita.

Nayeon tersenyum manis, ia mengingat semua itu. Sebuah tempat yang mempertemukan dirinya dengan Bunny, sahabat baiknya dulu.

"Aku tau kau mengingat itu semua tapi, ada sebuah peristiwa penting yang tidak kau ingat. Sebuah peristiwa yang membuat kita berdua kehilangan appa dan eomma." Yoona menghembuskan napasnya secara perlahan, matanya juga sudah berkaca-kaca.

"Tapi..." lanjut Yoona. "Ketika perjalan pulang dari Busan, mobil yang dikendarai oleh appa mengalami masalah. Sampai akhirnya mobil kita menabrak sebuah pohon besar yang berada di tepi jalan." Air mata Yoona sudah mengalir membasahi pipinya.

"Semua kaca mobil pecah, banyak serpihan kaca yang mengenai tubuh mereka berdua. Setelah itu, aku tidak mengetahui apa yang terjadi karena aku pingsan, sama sepertimu. Tapi yang aku tau appa berusaha keras untuk mengeluarkan kita berdua dari mobil itu, sampai ia tidak sempat mengeluarkan eomma yang pingsan didalam mobil itu." Yoona semakin terisak mengingat peristiwa buruk itu. Nayeon juga ikut meneteskan air matanya, ia sama sekali tidak ingat tentang kejadian ini.

"Ketika aku membuka mataku, aku sudah berada di rumah sakit dan kau masih terbaring lemah di ranjangmu." Yoona mengambil tisu lalu mengelap semua air mata yang membasahi pipinya.

"Tuan Choi, ayahnya Luhan memberitahu kepadaku bahwa appa dan eomma tidak selamat dalam kecelakaan itu. Ia juga memberitahu kepadaku untuk tidak memberitahukan kabar ini kepadamu sampai kau sembuh."

Nayeon menatap Yoona dengan tatapan penuh tanya di matanya. "Lalu, apa yang terjadi? Kenapa kau tidak memberitahu yang sebenarnya kepadaku?!" Tanya Nayeon dengan histeris.

"Ini semua demi keselamatanmu, Nayeon!" Teriak Yoona dengan tegas. "Ketika kau terbangun kau sudah tidak bisa melihat apapun. Kau terus menangis dan marah-marah karena kau tidak bisa menerima sebuah kenyataan pahit itu."

"Tunggu!" Nayeon mengusap air matanya dengan tangannya sendiri. "Jadi, waktu itu aku terbangun dalam keadaan buta?"

Yoona mengangguk. "Kami tidak memberitahumu karena kau akan melakukan operasi matamu. Dan...mata yang sekarang sedang kau pakai adalah mata milik appa. Kami tau, kau tidak akan mau dioperasi jika tau mata yang akan kau pakai adalah mata milik appa. Jadi, dengan berat hati kami tidak memberitahu yang sebenarnya kepadamu."

"Sudah! Aku tidak ingin mendengar apapun dari darimu. Aku sudah mengetahui semuanya!" Dalam keadaan menangis Nayeon pergi meninggalkan Yoona.

Entah kemana tujuan ia akan pergi sekarang, yang ia butuhkan adalah menjauh dari Yoona. Nayeon merasa sakit hati karena kakaknya telah menyembunyikan hal ini.

BIAS [Complited]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang