Chapter 6: Busan

1.3K 165 9
                                    

"Luhan..." Nayeon langsung memeluk Luhan sambil menangis kencang dalam pelukannya.

Luhan mengusap kepala Nayeon dengan lembut. "Tidak apa-apa, menangislah sebanyak yang kau mau. Setelah kau merasa tenang, kau boleh menceritakan semuanya padaku."

Tanpa melepaskan pelukannya, Luhan langsung mengajak Nayeon untuk masuk ke dalam rumahnya. Dengan sabar, Luhan terus berusaha untuk menenangkan gadis yang sangat ia sayangi itu. Sampai akhirnya Nayeon melepaskan pelukan mereka berdua.

"Aku ingin cokelat panas..." katanya dengan terisak.

Luhan memutarkan bola matanya. Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada Nayeon. Tapi, gadis itu malah meminta cokelat panas tanpa nerasa kasihan kepada Luhan yang sudah menenangkannya dengan sabar.

"BIBI...TOLONG BUATKAN COKELAT PANAS!" Teriak Luhan kepada seorang asisten rumah tangga yang saat ini pasti sedang berada di dapur.

"Jadi..." Luhan kembali menatap Nayeon dengan serius. "Apa yang terjadi padamu."

Tanpa mengatakan satu kata pun Nayeon langsung memberikan surat peninggalan orang tuanya dulu. "Kau pasti tau tentang hal ini kan?"

Luhan langsung membaca surat yang diberikan oleh Nayeon barusan. Wajahnya berubah menjadi sangat kaget setelah membaca surat itu. "Jadi, kau sudah tau semuanya? Noona, sudah menceritakan semuanya padamu?"

Nayeon tersenyun miring. "Padahal aku adiknya unnie Yoona tapi, malah kau yang lebih dulu diberitahu olehnya. Tidak adil!" Umpatnya. "Jadi, apa yang terjadi setelah aku melakukan operasi?"

"Noona belum memberitahumu semuanya?" Tanya Luhan.

Nayeon menggelengkan kepalanya. Bukannya ia tidak ingin tau tentang kelajutan dari kisahnya itu tapi, Nayeon hanya tidak ingin mendengar kisah kelam itu dari mukut kakaknya sendiri.

"Setelah beberapa minggu di rumah sakit, akhirnya kau dinyatakan sehat oleh dokter. Tapi, ada satu hal yang kami sama sekali tidak mengerti." Luhan kembali mengusap kepala Nayeon dengan lembut. "Kau sama sekali tidak ingat tentang kejadiaan itu. Dari situlah appa,noona dan aku berjanji tidak akan menceritakan kejadian ini kepadamu sampai kau sudah cukup dewasa untuk bisa memahami dan menerima semuanya."

"Lalu...setelah itu bagaimana aku dan unnie bisa bertaha hidup?" Nayeon bertanya karena merasa penasaran dengan sistem ekonomi di rumahnya.

Walaupun Nayeon hanya memiliki seorang kakak saja tapi, ia sama sekali tidak pernah merasa kekurangan apapun. Bahkan, kakaknya juga bisa menyekolahkannya ke sekolah ternama. Jadi darimana Yoona mendapatkan uang sebanyak itu, padahal ia dulu tidak bekerja?

"Appa, yang merupakan kepercayaan ayahmu langsung mengambil alih perusahaan. Ia juga mulai mengajarkan Noona tentang tata cara mengurus perusahaan yang baik. Tapi sayang,noona lebih tertarik menjadi seorang artis daripada pebisnis. Sejak saat itulah appa mulai mengurus perusahaan ayahmu dan juga rumah sakit tempat kita berkeja sekarang. Dari situlah kalian bisa mendapatkan uang karena, sebagian besr keuntungan yang appa dapat diberikan kepada kalian berdua. Sejak itu pula aku diperintahkan untuk selalu menjaga dan juga mengikutimu kemanapun kau pergi," ucap Luhan dengan panjang lebar.

Sebuah pemikiran jahat tiba-tiba saja keluar dari otak Nayeon. "Unnie, tidak ingin mengurus perusahaan karena dia memang ingin melihatku hidup menderita-"

BIAS [Complited]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang