Rabbit Wishes

451 68 13
                                    

Brak!!

"Uhuk, uhuk!" Doyoung tersedak saat sedang minum jus dikamarnya dan tiba - tiba Taeyong masuk tanpa permisi. "Yak! Udah berapa kali gue bilang kalau mau masuk ketuk pintu dulu!! Uhuk, uhuk" protes Doyoung disela - sela batuknya.

"Saya ngga ada waktu buat ketuk pintu segala, pokoknya saya mau protes sama kamu. Apaan ini??" kata Taeyong dengan nada kesal sambil menunjukkan kertas rabbit wishes miliknya.

"Itu? Kertas" jawab Doyoung singkat.

"Nenek - nenek salto juga tau ini kertas!" bentak Taeyong.

"Lah terus ngapain nanya gue? Lo ngga nemu nenek - nenek salto makanya nanya gue??" tanya Doyoung.

"Ck, saya ngga mood buat becanda sekarang, rabbit!" jawab Taeyong kesal.

"Siapa yang lagi ngajak lo becanda??" kata Doyoung.

"DOYOUNG, UDAH DEH. SAYA TAU KAMU NGERTI MAKSUD PERTANYAAN SAYA APA!" bentak Taeyong hilang kesabaran.

"Ya santai kali, ngga usah pake teriak - teriak, dasar anak tarzan" kata Doyoung nyeleneh lalu duduk disisi tempat tidurnya dan menyilangkan tangannya. "Gue ngga nerima protes, ikutin aja apa permintaan gue yang tertulis disitu, titik" lanjut Doyoung.

"Tapi ini ngga masuk akal, Young!" kata Taeyong.

Doyoung memandangi langit - langit kamarnya seolah sedang berpikir keras, "Hmm, masuk akal kok" kata Doyoung.

"Masuk akal apanya? Kamu lupa saya suka sama Jennie??" tanya Taeyong.

"Ngga usah libatin Jennie. Dia jangan sampai tau hal ini. Kalaupun suatu saat dia tau, gue yang akan bertanggungjawab untuk menjelaskan ke dia" jawab Doyoung.

"Oke kalau lo bisa bertanggungjawab soal Jennie, saya bisa percaya. Trus gimana tentang peneror itu? Kalau saya mengabulkan permintaan kamu ini, apa si peneror itu ngga akan berulah lebih parah lagi? Apa kamu juga mau bertanggungjawab kalau hal itu terjadi??" tanya Taeyong lagi.

Doyoung tersenyum dengan tenang, "Nde, gue juga akan bertanggungjawab akan hal itu" jawab Doyoung.

"Ini terlalu beresiko, saya ngga mau!" kata Taeyong memberikan berbagai alasan untuk menolak permintaan Doyoung.

"Yaudah, gini deh, kasih gue waktu satu minggu buat cari si peneror itu. Kalau gue bisa menemukan siapa si peneror itu, lo harus nurutin apa permintaan gue yang ada dikertas itu. Kalau gue ga bisa menemukannya, lupain aja permintaan gue. Gimana? Apa itu impas? Kalau gue bisa nemu peneror itu, tandanya ngga akan ada lagi yang neror your-Jennie juga lho.." kata Doyoung memberi sebuah penawaran.

Taeyong tertarik dengan penawaran tersebut, dia juga sebenarnya selama ini 'gerah' dengan perbuatan si peneror itu. Kalau si peneror itu tertangkap, itu artinya tidak ada lagi yang meneror orang - orang terdekatnya, walaupun Taeyong nanti terpaksa harus memenuhi permintaan Doyoung padanya. Dan disisi lain, satu minggu rasanya terlalu cepat untuk dapat menemukan si peneror itu. Kalau Doyoung tidak dapat menemukannya, dia bisa terbebas dari permintaan Doyoung yang ngga masuk akal baginya.

"Oke," jawab Taeyong setelah lama berpikir. Dia tidak tau kalau Doyoung sudah punya rencana yang matang untuk bisa menangkap si peneror itu secepatnya.

**********

Esok harinya, disekolah SM.

Doyoung melihat sebuah kertas diatas mejanya saat baru datang dikelas.

"Jawaban PR bahasa inggris, Kim Doyoung," kata Doyoung membaca tulisan di baris paling atas pada kertas itu. Doyoung tersenyum senang dan langsung melirik ke orang yang sudah pasti menaruh kertas itu dimejanya. "Sst, eh, winwinku, sayangku," panggil Doyoung.

The Last || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang