Mata kuliah berakhir setelah dosen melangkah keluar ruangan. Seseorang menepuk pundakku saat aku sibuk memasukkan alat tulis ke dalam ransel."Ai!" pekikku "berhenti menepuk bahuku Kyungmi-a"
"Yoorae-ya, ayo kita ke kantin" ajaknya.
"Kau duluan saja" ucapku. Gadis berambut hitam itu meninggalkanku sendiri di dalam ruangan.
Setelah selesai mengemas barang, aku melangkah santai menuju kantin dengan sebuah buku tebal dalam dekapanku.
Sejak pagi, moodku terjaga dengan baik, tidak seperti biasanya yang akan mengeluh lelah dalam hati. Kim Seokjin — bos sekaligus teman kakakku itu menutup cafenya untuk hari ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, keluarga Kim mengenang kematian kakek nenek mereka. Otomatis jadwalku kosong usai kuliah karena semua karyawan cafe diliburkan.
Sepanjang perjalanan, aku memikirkan hal apa yang akan kulakukan untuk mengisi malam minggu nanti. Mengajak Kyungmi jalan-jalan mungkin? Gadis itu sangat senang berbelanja. Bermain game dengan Yoongi juga tidak begitu buruk. Aku selalu menang melawannya. Atau mungkin Yoongi yang mengalah untukku.
Brukk!
Kamus tebalku jatuh saat seseorang menabrakku dari belakang. Kusampirkan rambut panjangku ke belakang telinga lalu memungut bukuku yang terjatuh ke lantai.
"Terjatuh, ya? Apa itu menyakitkan?"
Sialan. Ternyata dia.
Pemuda bertopi hitam itu menatapku sinis. Aku membalasnya dengan sorot mata yang kuharap tajamnya dapat melebihi sebilah pisau daging.
"Apa maumu?"
Ia mendengus "Sedih sekali kita bertemu lagi. Kau adalah pembawa sial untukku"
"Kau yang pembawa sial untukku!"
"Apa? Berani menatapku begitu?!" sentakannya takkan mampu membuatku gemetar.
"Untuk apa aku takut padamu?!" balasku.
"Malam ini, kita bertanding!"
"Apa kau sudah lupa bagaimana caraku mengalahkanmu?" tanyaku remeh.
"Itu tidak akan terjadi" ia mendekatkan wajahnya padaku
"Kau akan kalah malam ini"Aku melipat tanganku didada "apa pendapatmu kalau kau kalah lagi malam ini?"
"Kalau aku kalah.." ia menjeda kalimatnya dengan seringai jahat yang sulit dimengerti.
"Jangan panggil aku Park Jimin, sayang" aku menepis kuat tangannya yang mengusap leherku.
Pria itu tertawa sebelum akhirnya pergi meninggalkanku. Sedangkan mulutku berkomat-kamit mengumpat untuknya sambil berjalan ke kantin.
Dasar Park Jimin brengsek.
Brak!Aku menghempaskan ranselku ke atas meja kantin dengan kasar. Dapat kulihat beberapa pasang mata yang mengelilingi meja itu menatapku sambil mengerutkan dahi mereka.
Sebelum mereka bertanya, aku membuka mulutku untuk berbicara "Jungkook, mana kunci motormu? Ada panggilan untukku malam ini"
Jungkook menyerahkan kunci motornya dengan tatapan dungu ke arahku, namun Yoongi justru mencegahnya.
"Apa yang akan kau lakukan, Yoo?"
"Ada panggilan untukku malam ini. Kau bisa menontonnya" aku berusaha merebut kunci motor Jungkook darinya namun aku kalah cepat dibandingkan dengan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREPOSSESSING [KTH]
Fanfictie"Aku datang untuk menawan hatimu" Hidupku terasa datar dan hambar setelah melupakan sebuah masa lalu cinta. Berbekal kacamata dan buku tebal, kututpi sisi burukku dihadapan umum. Hingga seorang pria datang padaku, dan membuatku memperjuangkannya de...