"Selama aku ada didekatmu, aku akan selalu berusaha melindungimu. Walau aku tahu aku tak mampu"
Bruk!
"Taehyung-ssi!" sesaat setelah Taehyung mengucapkan kata-kata manisnya, ia terjatuh ke lantai.
Kondisi Taehyung benar-benar drop saat ini.
What should i do now?!
Dengan susah payah aku mengangkat tubuh besar Taehyung ke sofa. Kusampirkan selimut tebal untuk menutupi tubuhnya. Terpaksa kumatikan pendingin ruangan karena kemungkinan Taehyung akan tidur disini sampai ia sadar.
Apa perlu kupanggilkan dokter, ya?
Baru saja aku ingin memanggilkan dokter untuknya, dering nada ponsel Taehyung berbunyi. Nomor dengan nama kontak 'Jin Hyung' tertera di layar ponselnya.
"Yeobseo? Apa kau kakakknya Kim Taehyung? Atau.. Atau mungkin kau temannya? Cepatlah kemari, Taehyung demam"
"Mwo? Demam? Kirimkan alamatmu segera nona"
"Baik"
Segera kukirimkan alamat apartemen serta nomor apartemenku ke nomor yang menelpon tadi. Siapa orang itu aku tidak tahu, yang terpenting sekarang aku sudah mengabari keadaan Taehyung pada kerabatnya.
Kuputuskan untuk memanggil Junhoe- tetangga apartemenku untuk memeriksa keadaan Taehyung. Bagaimanapun sekarang Taehyung pingsan, bukannya tidur. Aku takut dia tidak akan bangun.
Kumohon jangan.
"Dia hanya kelelahan, Yoorae-ssi. Tunggu saja, dia akan bangun" ucap Junhoe.
"Ngh, kepalaku pusing" ucapan Junhoe terbukti dengan cepat. Taehyung melenguh sambil memegangi kepalanya.
"Minum air putih ini dulu, Taehyung-ssi" dokter muda itu membantu Taehyung menghabiskan air putih hingga setengah gelas.
"Terima kasih ya, Junhoe-ssi. Maaf mengganggumu malam-malam" ucapku sambil membungkukkan badan. Aku merasa tak enak menanggunya di malam selarut ini.
"Bukan masalah, Yoorae-ssi. Aku pergi dulu"
Demam Taehyung tidak meninggi, tapi tidak juga turun. Mataku sibuk memandangi bibir yang pucat, terlebih lagi luka memar itu memenuhi wajahnya. Hah, semua ini karenaku. Kalau saja aku membantu Taehyung lebih cepat, dia tidak akan menambah sakitnya seperti ini.
Kukompres dahinya perlahan. Aku harus berhati-hati karena justru luka Taehyung yang berdarah ada di sudut dahinya. Kutempelkan plester untuk menutupi lukanya, lalu mengompres kembali dahinya yang tidak terluka.
Grep.
Taehyung menahan tanganku yang berada didahinya. Tangannya yang panas menggenggam erat tanganku. Senyum tipis menghiasi bibirnya setelah ia mengecup punggung tanganku.
Ya ampun. Dalam keadaan sakit begini kau masih mampu membuat jantungku berdebar.
Ting nong~
Ah, kurasa itu kerabat Taehyung yang menelpon tadi. Kulepas genggaman Taehyung lalu membukakan pintu untuk orang tersebut.
Seorang pria berbahu lebar dengan setelan jas biru muncul dari balik pintu. Aku yakin ekspresi kami sama saat ini. Terkejut.
"Yoorae?!"
"Sajangnim?!"
Ia mendecak "ya! Sudah kubilang berulang kali, jangan panggil aku sajangnim selain di tempat kerja!"
"Mct, terserah kau saja Oppa. Itu Kim Taehyung" aku menunjuk Taehyung yang terlelap di sofa.
"Ya ampun, anak ini. Menyusahkan saja" ujarnya sambil membawa Taehyung. Ia menatapku datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREPOSSESSING [KTH]
Fanfic"Aku datang untuk menawan hatimu" Hidupku terasa datar dan hambar setelah melupakan sebuah masa lalu cinta. Berbekal kacamata dan buku tebal, kututpi sisi burukku dihadapan umum. Hingga seorang pria datang padaku, dan membuatku memperjuangkannya de...