"Bagaimana dengan aktingku?" Yoongi menaikkan alisnya.
"Dasar! Kau membuatku takut!"
"Beristirahatlah. Aku akan kembali esok pagi"
"Tidak perlu. Aku merepotkanmu sepanjang hari"
"Tidak juga"
Kukira, dia benar-benar serius mengatakannya. Ternyata hanya akting. Sama seperti Kim Taehyung yang mengucapkannya dengan mudah dihadapanku waktu itu.
Lagi-lagi, senyum khas Taehyung mendominasi otakku. Kemana dia setelah kejadian di arena balapan waktu itu? Pertanyaan yang lebih pentingnya lagi adalah..
Bagaimana bisa Taehyung dan Hoseok datang secara bersamaan?
"Boleh Oppa duduk?" atensiku beralih pada Hoseok yang berdiri disamping ranjangku. Ia menghempaskan pantatnya setelah aku memberinya izin untuk duduk. Memangnya kenapa aku harus menolak permintaan kakakku?
Hoseok berdeham "Yoorae-ya. Berapa lama kau.."
"Balapan? Dua tahun terakhir ini Oppa. Dan aku masih sama seperti dulu, bukan jalang"
"Maksudku-"
"Kau percaya kan aku bukan jalang? Bertanyalah pada Yoongi, Jungkook, Seokjin, atau siapapun yang kau percayai Oppa" potongku.
Pria itu menggenggam tanganku "Aku percaya padamu, Yoo. Kau tahu? Aku juga mengalami hal berat yang merusak suasana hatiku, juga akal sehatku barangkali"
"Kau tahu kan, aku pernah bilang padamu bahwa aku ingin menikah? Tapi gadis itu menolaknya, Yoorae. Dan, yah.. Aku tak dapat menahan semuanya. Ditambah, saat aku tak sengaja melihatmu di keramaian itu, emosiku membuncah"
"Aku dalam perjalanan menuju apartemenmu. Aku berniat menginap selama beberapa hari karena pekerjaan. Juga menceritakan masalah cinta pria yang ditolak seperti ini" Hoseok tertawa renyah.
"Mianhaeyo, Oppa. Aku adik yang buruk"
"Jangan berkata seperti itu, Yoo. Aku hanya ingin kau menghentikan kebiasaan burukmu ini. Kumohon"
"Kau tidak perlu memohon, Oppa. Aku akan berhenti balapan"
Hoseok mencium punggung tanganku. Kami harap, kami bisa berpelukan. Namun dengan leher yang dibalut benda keras seperti ini? Malah akan menambah sakitku jika terlalu memaksakan diri ingin memeluk.
Malam semakin larut. Kudapati Hoseok yang tertidur pulas diatas sofa disudut ruangan. Badan yang tengkurap, serta suara dengkurannya membuatku tertawa pelan. Entah kenapa aku tak dapat tidur malam ini.
Di pertengahan musim panas ini, banyak hal terjadi diluar dugaan. Mulai dari pertemuanku dengan Taehyung, sampai keadaanku yang memprihatinkan. Aku begitu menyayangkan segalanya dalam kondisi seperti ini. Termasuk manusia pluto yang menghilang bagai ditelan bumi. Kim Taehyung.
Aku sadar. Sangat sadar. Dari tampang culunku diluar, aku bukanlah kutu buku yang akan menghabiskan waktunya di perpustakaan, atau dimanapun. Kuakui aku sangat giat membaca kamus-kamus bahasa yang tebalnya minta ampun itu, namun aku rasa itu tidak termasuk.
Tak lebih, aku hanyalah anak broken home yang tak pernah kekurangan kawan, dan tak pernah bertambah kawan.
Maksudku, baru-baru ini saja aku merasa memiliki banyak teman setelah bekerja di Cafe milik Seokjin. Kuakui Yoongi, Namjoon, dan pria lainnya adalah temanku. Hanya.. Rasanya kalau memiliki perkumpulan teman wanita, itu lebih asyik.
Aku berusaha untuk mensyukuri apapun yang kudapat di dunia ini. Teman-teman yang selalu ada untukku, kakak yang baik, dan juga.. Pertemuanku dengan Jimin, dan Kim Taehyung. Mereka adalah penghias hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREPOSSESSING [KTH]
Fanfiction"Aku datang untuk menawan hatimu" Hidupku terasa datar dan hambar setelah melupakan sebuah masa lalu cinta. Berbekal kacamata dan buku tebal, kututpi sisi burukku dihadapan umum. Hingga seorang pria datang padaku, dan membuatku memperjuangkannya de...