24 - Busan-Seoul

1.4K 127 3
                                    

Namjoon melajukan mobilnya dengan cepat. Hari mulai senja dan kami belum bertemu dengan Jungkook. Saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit yang Ahjumma tadi tunjukan.

Tampias air hujan memembasahi kaca jendela luar mobil. Mataku menatap sendu awan mendung yang menutup langit senja sore ini. Perutku mulai berbunyi ketika kami melintasi restoran seafood. Andai aku dapat makan udang sekarang.

Tapi tidak. Ada hal yang lebih penting dari itu.

Namjoon memarkirkan mobilnya di arena parkir Rumah Sakit. Hujan telah berganti menjadi gerimis kecil. Tak perlu membuka payung, kami langsung berlari memasuki gedung Rumah Sakit.

"Kau tidak ingin makan dulu, Yoo?" tanya Namjoon saat kami melewati kafetaria.

"Eonni, aku ingin maakaan..!" keluh Chaeyeon yang berjalan di barisan paling belakang.

Aku menghela napas "Kalian makanlah. Aku akan mencari Jungkook sendiri"

"Yoorae-ya, biar aku menemanimu" ucap Namjoon.

Tiga orang itu berbelok memasuki kafetaria, sedangkan aku dan Namjoon berjalan menuju resepsionis.

"Permisi, apa pasien bernama Jeon Jungkook dirawat di Rumah Sakit ini?" tanya Namjoon pada petugas resepsionis.

Wanita berambut pendek itu mengangguk "Setidaknya, ada tiga nama pasien bernama Jeon Jungkook"

Mulutku terbuka. Bagaimana bisa nama Jungkook sepasaran itu? Namjoon menoleh menatapku bingung. Dengan ragu aku mengangguk. Entah apa yang kumaksud dengan anggukan itu sendiri.

Petugas resepsionis itu memberi kami ketiga ruangan dari ketiga pasien bernama Jeon Jungkook. Oke, bukan masalah. Hanya tiga ruangan.

Ruangan pertama berada dilantai dua rumah sakit. Saat kami tiba disana, yang terlihat hanyalah seorang pria tua yang terbaring di ranjang dikelilingi beberapa bocah kecil. Mereka asyik tertawa sampai-sampai tak menyadari kehadiran kami diambang pintu.

Lewatkan ruangan tadi. Kami beralih ke ruangan selanjutnya. Mulutku terasa kaku saat melihat petuga Rumah Sakit membawa pasien yang telah ditutupi kain putih keluar dari ruangan itu. Dadaku mulai sesak. Pikiranku mulai tidak tenang karenanya. Namun Namjoon mengusap punggungku, berusaha untuk membuatku tetap tenang.

"Permisi, apa kami boleh melihat wajah pasien ini?" tanya Namjoon. Setelah mendapat izin, Namjoon membukanya perlahan. Mataku terpejam, mulutku berkomat-kamit membaca doa agar mayat ini bukanlah orang yang kami cari.

Aku menghela napasku yang sempat tertahan begitu melihat wajah pria bernama Jeon Jungkook ini. Pria ini benar-benar Jeon Jungkook.

Akan tetapi, bukan dia Jeon Jungkook yang kami cari.

Kamar selanjutnya berada di lantai tiga. Kami bergegas ke ruangan tersebut karena Jeon Jungkook yang kami cari pasti ada disana.

Namun setibanya kami disana, ruangan itu kosong. Tidak ada siapapun. Sesaat, aku dan Namjoon saling pandang. Entah apa yang pria itu pikirkan, sedangkan aku masih berharap bahwa Jungkook ada disini.

"Siapa kalian?" spontan aku dan Namjoon membalikkan badan. Seorang wanita dengan rambut yang digelung rapi menjadi satu menatap kami heran.

"Ahjumma.. Kami.."

"Namjoon Hyung, Yoorae? Sedang apa kalian ada disini?" seorang pria berambut cokelat menyunggingkan senyum kelincinya pada kami.

Ini baru Jeon Jungkook yang kami cari!

Mataku menatap lurus kaki Jungkook yang dibalut perban. Ia menopang tubuhnya berdiri menggunakan sebuah tongkat. Selain itu, keadaannya terlihat baik.

PREPOSSESSING [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang