Karena Taehyung meninggalkanku ditempat, aku diantar pulang oleh Jimin.
Aku tidak menyangka Taehyung akan meninggalkan kesan yang begitu dalam padaku. Hanya dalam waktu satu bulan, sepuluh hari. Ia berhasil mengobrak-abrik sebagian kehidupanku.
Sisi baiknya adalah, aku yang tak pernah ikut balapan lagi. Entah itu dengan Jimin, ataupun dengan pembalap lain. Dan Taehyung berhasil membantuku keluar dari masa laluku. Dia menggantikan Jimin sepenuhnya didalam hatiku.
Aku menyukai pribadinya yang sederhana. Aku menyukai tingkah konyolnya saat bersamaku. Aku menyukai rayuan manisnya yang ia lontarkan padaku.
Sisi buruknya, ia membuatku merasakan kembali sakit yang Jimin berikan padaku dulu.
"Cinta itu.. Menyakitkan ya?" ucap Jimin "Kukira hanya aku yang merasakannya. Sekarang kau juga"
Sesaat setelah Jimin mengatakannya, tiba-tiba aku teringat pernikahan Lee Soyi dengan kakakku. Apa ini yang disebut dengan.. Karma?
Aku menghela napas. Setidaknya Hoseok baik-baik saja bersama dengan Soyi. Bahkan, Hoseok sering bercerita tentang mereka yang mulai mencintai satu sama lain.
Berbanding terbalik dengan keadaanku saat ini. Diatas motor Jimin yang melaju membelah jalan, tangisku masih terdengar. Dengan tidak berperikemanusiaannya, kudekap erat perut pria itu. Kuharap ia tidak mati kehabisan napas karena ulahku.
"Terima kasih sudah mengantarku"
"Apa ada yang bisa kubantu? Mencairkan masalahmu mungkin?"
"Kau pikir aku menangis karena terlilit hutang, hah?! Kau membuat moodku semakin buruk"
"Ya, ya, ya. Kau bisa bercerita apa masalahmu. Memangnya kau tidak bosan curhat pada Yoongi terus?"
Benar juga. Dua orang mungkin akan memberiku solusi yang bagus. Lagipula ada Yoongi di apartemen. Aku akan sangat senang bila Yoongi menampakkan sisi 'Ibu Protektif' nya dengan kedatangan Jimin.
Namun aku lupa ada gadis genit yang menginap di apartemenku. Gadis itu menatap Jimin dengan mata bulatnya yang hampir keluar sesampainya kami di apartemen.
"O-Oppa.."
"Hai, matamu sangat indah" aku melirik pada Jimin yang mendekat wajahnya ke wajah Chaeyeon, lalu..
Chup.
"Singkirkan bibir sialanmu dari Chaeyeon!" bahuku berjengkit saat Yoongi mendorong Park Jimin hingga membentur tembok.
Entah kenapa, semuanya terasa terbalik bagiku—atau mungkin otakku sudah terbalik. Seharusnya aku yang mendorong Jimin kan? Adegan itu lebih cocok, dan aku tampil sebagai kakak yang sangat menjaga adiknya. Lakon yang Yoongi perankan terlihat seperti pria yang melindungi kekasihnya dari jeratan pria mesum.
Chaeyeon berdecak "Tak kusangka kakakku dikelilingi para pria tampan. Kecuali Yoongi!"
Dikelilingi?
Kudapati Seokjin dan Namjoon duduk di sofa sambil menyeruput minuman kaleng mereka. Aku melirik pada undangan berwarna merah diatas meja—yang kulihat saat berkunjung ke rumah Kyungmi.
"Yoorae-ya, kami tidak memaksamu datang. Bahkan kalau aku jadi kau, aku tidak akan datang" ucap Seokjin.
"Oppa, apa pernikahan itu tidak bisa dibatalkan?" aku menghela napas saat Namjoon dan Seokjin menggeleng bersamaan.
"Sebenarnya bisa. Pernikahan ini bisa batal kalau pihak keluarga Kyungmi yang membatalkannya" ucap Seokjin lagi.
"Bagaimanapun.. anak Kyungmi membutuhkan kehadiran seorang ayah. Kyungmi selalu mengalah dan memberikan semua yang ia punya padaku. Aku merasa buruk jika mengacaukan pernikahannya" kupikir memang begitu. Aku terlalu egois dengan membujuk Taehyung untuk menggoyahkan keyakinannya waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREPOSSESSING [KTH]
Fanfiction"Aku datang untuk menawan hatimu" Hidupku terasa datar dan hambar setelah melupakan sebuah masa lalu cinta. Berbekal kacamata dan buku tebal, kututpi sisi burukku dihadapan umum. Hingga seorang pria datang padaku, dan membuatku memperjuangkannya de...