"Yoo? Kau bisa mendengarku? Ini aku"
"Hoseok-ah, biarkan dia membuka penuh matanya"
Bau obat yang kental menusuk hidungku yang tertutup masker oksigen. Leherku serasa tertahan oleh sesuatu. Begitu juga dengan tangan kiriku yang dibalut perban tebal. Alat-alat rumah sakit yang menempel di tubuhku membuatku tak dapat bergerak bebas.
Sebuah tangan mengusap pelan rambutku. Retinaku berusaha untuk menyesuaikan gelap terang ruangan ini. Seorang pria berambut legam menggigit bibirnya, memandangku dengan matanya yang basah. Kudapati pria berambut pirang di sisi ranjangku yang lain. Menatapku khawatir. Begitu juga pemuda berambut oranye dengan gadis disampingnya. Semua orang mengerubungiku. Aku sendiri sibuk menyesuaikan diri diruangan ini.
Bibirku membentuk senyum kecil agar kakakku menghentikan pertanyaannya yang bertubi-tubi. Aku tahu pria itu sangat khawatir, begitu juga Yoongi yang menggenggam erat tanganku yang terinfus.
"Ya ampun, Yoo. Kau membuat kami khawatir" Kyungmi mengusap kasar pipinya yang basah karena air mata. Aku tertawa dalam hati melihat gadis itu menangis.
"O-ppa. Mian-ham-nida" Hoseok menggeleng kuat ketika aku mengucapkan permintaan maaf singkat untuknya. Bibirku masih sulit digunakan untuk mengucapkan kata-kata yang panjang.
"Kita akan bicarakan itu nanti. Kau harus sembuh dulu" Yoongi menimpali.
Jungkook meletakkan semangkuk bubur di atas nakas kecil disamping ranjangku "kalau ingin lekas sembuh, kau harus makan yang banyak!"
Haruskah aku makan bubur itu sekarang? Lidahku terlalu pahit untuk mengecap rasa tawar bubur tersebut. Mulutku saja masih kaku untuk terbuka.
Aku tak terlalu mengingat kejadian sebelumnya. Yang kutahu, ada seorang anak kecil yang berlari menghampiriku, lalu seorang pria berambut merah muda berlari menyusul gadis itu. Lalu aku mendorong seseorang, dan..
Park Jimin.
Pria yang sempat mampir dipikiranku kini berdiri di ambang pintu ruang rawat. Tangannya membawa keranjang yang dipenuhi buah anggur, tangannya yang lain menggendong gadis kecil yang berlari mengejar balon ke arahku sebelum kecelakaan itu terjadi. Aku dapat mengambil kesimpulan bahwa aku mengalami kecelakaan dengan keadaan leher yang patah serta tangan yang diblut perban seperti ini.
"Permisi, aku datang untuk menjenguk Yoorae" ia tersenyum manis pada Hoseok. Kakakku itu mempersilahkan pria ini mendekat ke sampingku begitu saja.
"Bolehkah aku berbicara sebentar dengannya, Hyung?"
"Yoorae baru saja siuman. Dia tidak boleh bicara dengan orang yang pernah menyakitinya dulu" sergah Yoongi. Kata-kata pedasnya meluncur begitu saja. Bisa kulihat tatapan tajam mereka beradu.
"Hanya sebentar. Kalaupun Yoorae tak mau merespon ucapanku, tak apa. Aku akan pergi, Hyung" suara Jimin merendah pada Hoseok. Kakakku itu menatapku ragu. Hingga akhirnya ia mengijinkan kami berbicara empat mata setelah aku mengangguk kecil.
"Dalam sepuluh menit, kau harus menyelesaikan pembicaraanmu. Waktu dimulai dari sekarang" aku tersenyum kecil saat Yoongi menunjukkan stopwatch yang telah mengukur waktu beberapa detik.
Jimin mendudukkan dirinya di kursi dekat ranjangku. Gadis kecil yang ia bawa tadi nampak sibuk dengan boneka barbie nya sambil memakan lolipop di sofa ruang rawat. Pria itu menatap lurus ke arahku.
"Kenapa kau menyelamatkanku, Yoo? Bukankan aku pernah mengkhianatimu?"
Aku sendiri tak tahu. Tapi ketahuilah, Jim. Aku sangat-sangat ingin melihatmu berada di posisiku saat itu.
Ingin ku berkata padamu, Jim. Sesakit apapun kau mengkhianatiku, kau memang pria yang sulit dilupakan. Tapi aku tak mencintaimu lagi. Mungkin. Aku hanya iri karena.. Dengan mudahnya kau menggandeng banyak wanita lain yang lebih cantik dariku hanya dalam waktu yang singkat setelah hubungan kita berakhir.
"Kau tahu? Aku merasa sangat bersalah melihat aksi beranimu menolongku. Sampai saat ini, aku masih tak rela melihat tumpahan darahmu di jalan sana"
Aku masih diam. Kuputuskan untuk menyimak ucapannya sampai sepuluh menit itu berlalu.
Ia menghela napas "Aku masih mencintaimu, Yoo. Entah kenapa gadis cupu sepertimu sulit untuk dilupakan"
Apa ia benar-benar serius mengatakan hal itu?
Tidak Yoo, tidak. Jangan termakan omong kosongnya lagi.
"Aku tidak menyuruhmu untuk percaya, Yoo. Tapi aku cukup merasakan betapa sulitnya mencari pengganti yang seperti dirimu"
Teruslah kau bicara begitu, Jim! Kau akan membunuhku kurang dari sepuluh menit dengan detak jantung yang tak karuan ini.
"Tidak, Yoo. Aku tidak sedang memberimu harapan. Aku hanya ingin berbicara baik-baik padamu sekali ini saja"
"Kau harus segera mencari penggantiku, Yoo. Aku takkan memintamu kembali padaku. Karena aku tahu, rasa sakitmu ada padaku. Perilakuku"
Sakit ini semakin terasa saat Jimin mengungkapkan semuanya. Aku tidak akan luluh dengan omongannya, hanya saja.. Aku sendiri belum dapat mencari pengganti Jimin.
"Sekali lagi, Yoo. Maafkan aku. Aku berhutang nyawa padamu. Hentikan saja permusuhan kita. Jadilah temanku, atau menghindar saja dariku agar kau dapat melupakanku dengan cepat"
"Tidak ada segala sesuatu yang instan, Jim. Semua butuh proses" Jimin menunduk saat aku angkat bicara. Entah kenapa bibir ini pulih seketika. Aku ingin dia mengerti bahwa rasa sakit yang ia berikan masih membekas sampai detik ini.
Dia first love ku. Dia juga yang menghancurkan hatiku untuk pertama kalinya.
Brakk!
"Sepuluh menit berlalu, Park Jimin. Waktumu habis" Yoongi mengangkat stopwatchnya yang terhenti di menit kesepuluh. Benar-benar tepat waktu.
Jimin beranjak dari tempat duduknya. Matanya menyipit saat ia menyunggingkan senyum padaku. Lalu pergi dengan gadis kecil dengan boneka barbie ditangannya. Sedangkan Yoongi duduk ditempat Jimin tadi sambil menatapku serius.
"Apa kau akan menjalin hubungan kembali dengannya?"
Dahiku mengerut"ya, ampun. Kau ini protektif sekali"
Yoongi berdecak "apa aku salah, kalau aku tak ingin dia menyakitimu lagi?"
"Iya, iya. Kau tidak perlu khawatir. Dimana Oppa?"
"Dia sedang mengangkat telepon"
Tanganku bergerak menyentuh sudut bibirnya yang terluka, namun ia mencegahnya "ada apa dengan bibirmu, Yoon?"
"Hoseok memukulku"
Dahiku mengerut. Jarang sekali Hoseok memukul orang. Pria itu sangat pemaaf. Apa yang Yoo katakan sehingga membuat bibirnya terluka?
"Singkat cerita, aku mengaku kalau kau sering balapan karenaku. Dan karena Jimin tentu saja. Anehnya, ia meminta izin untuk memukulku" bahunya berkedik.
"Maaf ya, kau jadi terluka karenaku"
"Tidak masalah. Itu semua karena.." ia mengecup pungung tanganku yang tak dibalut perban.
Ah, Yoongi memang menyayangiku.
"Aku mencintaimu"
Damn it.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREPOSSESSING [KTH]
Fanfictie"Aku datang untuk menawan hatimu" Hidupku terasa datar dan hambar setelah melupakan sebuah masa lalu cinta. Berbekal kacamata dan buku tebal, kututpi sisi burukku dihadapan umum. Hingga seorang pria datang padaku, dan membuatku memperjuangkannya de...