Buruk. Moodku benar-benar buruk malam ini.Aku mendekap erat pinggang Namjoon dengan napas memburu. Diatas motor yang melaju, aku berusaha menenangkan diriku yang habis dipermalukan.
Jangan salah. Bagiku, Namjoon dan Yoongi sudah seperti kakakku sendiri, begitupula dengan mereka yang menganggapku seorang adik. Hah, aku merasa memiliki banyak kakak sekarang.
Kejadian hari ini terus berputar di otakku. Angkuh. Terlalu meremehkan Jimin. Mungkin itu sebabnya aku lalai. Aku lupa memeriksa bahan bakar kendaraanku sebelum balapan.
"Ck, sudahlah, tidak perlu disesalkan. Kau kan sudah sering menang melawannya" ucap Yoongi saat di apartemen. Pria ini sudah duduk bersama Kyungmi di sofa biruku sesampainya di apartemen.
"Kau baik-baik saja kan?" Kyungmi menuntunku untuk duduk disampingnya.
"Kau tak perlu khawatir, Yoorae-ya. Besok kalau kau balapan lagi, aku yakin kau yang menang!" Jungkook mengaduh karena Kyungmi mencubit lengannya.
"Dia tidak boleh ikut balapan lagi!" sergah Yoongi.
"Aaargh! Aku ingin sendiri!"
Semua lelaki keluar dari aparteemenku. Sedangkan gadis berambut hitam panjang ini memeluk menenangkanku.
"Sejak kapan kau ada disini?" tanyaku.
"Sejak kau pergi balapan. Syukurlah kau baik-baik saja"
Betapa beruntungnya aku memiliki sahabat seperti mereka. Yang menjagaku, memperhatikanku dengan segenap hati mereka. Atau mungkin, Hoseok yang menitipkanku pada mereka sehingga mereka merasa bertanggung jawab.
Tapi melihat apa yang terjadi sebelumnya, saat mata Namjoon menatap tajam Jimin sebelum akhirnya membawaku pergi. Sikap Yoongi dan Kyungmi yang mengkhawatirkanku-walaupun sedikit berlebihan, sih- serta ucapan penyemangat dari Jungkook membuatku menyadari bahwa aku tidak sendirian. Aku dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku.
08.30
"Kau tidak ke kampus hari ini, hm?" aku menarik selimutku saat Kyungmi mencoba membangunkanku.
"Kau duluan saja"
Aku mendengar helaan napas Kyungmi diringi dengan suara pintu apartemen yang ditutup. Aku menyibak selimutku, mencoba bangun dari tempat tidur walaupun rasa malas menyelimuti diriku. Yah, aku juga pernah kalah dari Jimin. Jadi ini bukan kekalahanku yang pertama kalinya.
Sepuluh menit kemudian aku siap berangkat kampus dengan hoodie putih yang kupadukan dengan rok hitam dua senti dibawah lutut. Kugelung rambut cokelatku lalu menyematkan tusuk rambut warna merah sebagai pelengkapnya. Yeah, aku sangat menyukai warna merah.
Ah, aku hampir lupa satu hal terpenting dalam gayaku saat ini. Kukenakan kacamata minusku, lalu pergi menanti angkutan.
&&&
Usahaku berlari dari tempat pemberhentian bus sampai ke kampus terasa sia-sia. Mata kuliah pertama telah dimulai beberapa menit yang lalu. Kalau aku memaksa masuk ke kelas, maka dosen killer itu akan mengajarku dengan cara yang lain hari ini.
Kulangkahkan kakiku ke rooftop. Aku jarang kesini karena ini adalah tempat para jalang kampus melakukan 'tugasnya'. Nampaknya para biduan itu sedang berlibur. Kuluruskan kedua lututku yang lemas sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajahku.
"Wo? Kau disini rupanya?"
Seorang pria berkaos hitam melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREPOSSESSING [KTH]
Fiksi Penggemar"Aku datang untuk menawan hatimu" Hidupku terasa datar dan hambar setelah melupakan sebuah masa lalu cinta. Berbekal kacamata dan buku tebal, kututpi sisi burukku dihadapan umum. Hingga seorang pria datang padaku, dan membuatku memperjuangkannya de...